Bab 3 Cafe
Kenny duduk dibalik meja kerjanya tetapi pikirannya tidak pada laporan yang ada dihadapannya tetapi pada seorang gadis yang tadi siang ditabraknya dengan sengaja. Tadi saat dia keluar dari lift dan akan kembali keruangannya dia kembali mendengar suara gadis yang ada diruang bermain tadi sedang bercakap-cakap dengan Melinda, bukannya langsung meneruskan langkahnya, dia malah berdiri mendengarkan percakapan mereka bahkan menahan tawa saat mendengar perkataan gadis itu. Dia akui dia sengaja membuat gadis itu menabrak dirinya agar hari ini gadis itu berhasil mendapatkan piagam atas kecerobohannya, seperti yang dikatakan sebelumnya. Dia tidak menyangka gadis mungil yang dipikirnya masih remaja itu ternyata seorang mahasiswi tingkat pertama, dan sekarang dia tertawa dengan keras saat mengingat perkataan gadis itu. Bagaimana mungkin seorang mahasiswi memiliki pemikiran sepolos itu?, kelihatannya dia gadis yang baik, dan mengapa dia bisa tertarik pada gadis itu? apa keistimewaan gadis itu, dan membuatnya tertawa begitu saja, untung saja ruangannya kedap suara sehingga tawanya tidak terdengar sampai keluar ruangannya karena jika sampai itu terjadi dia yakin semua penghuni rumah sakit akan heboh karena mendengar tawanya karena selama ini hanya keluarganya yang bisa membuat dia tertawa lepas, dan dia berharap bisa bertemu kembali dnegan gadis mungil itu.
Kenny merapikan mejanya saat Oscar masuk keruangannya, "Ayo, kita berangkat sebelum Nathan mengomeli kita. Aku lebih memilih mendengar omelanmu daripada omelannya yang entah emngapa sejak menikah kurasa dia semakin cerewet."
Sore ini mereka harus bertemu Nathan untuk membahas beberapa hal tentang usaha café mereka, walau Nathan adalan penanggung jawab utama tetapi ada hal-hal tertentu yang kadang harus mereka putuskan bersama, dan Nathan sudah mengultimatum mereka untuk bertemu sore ini atau dia akan membuat café mereka bangkrut dan menhabiskan saham mereka berdua. Walau Kenny dan Oscar tahu jika Nathan tidak mungkin melakukan hal itu tetapi jika dia sudah mengancam mereka maka lebih baik mereka menuruti permintaannya, dari apda harus melihat sahabat mereka itu kesal dan mengomeli mereka sepanjang minggu.
"Mengapa dia meminta peretmuan di café bukan di kantor pusat?" tanya Kenny apda Oscar. Perkembangan café mereka membuat mereka kantor untuk mengkoordinasi semua cabang, Nathan berkantor disana walau dia juga sering berkeliling dari café ke café untuk pemeriksaan secara rutin kegiatan disana, dan biasanya mereka akan melakukan pertemuan dikantor.
"Karena hari ini dia berada di café, kamu seperti tidak tahu saja, bagaimana cerewetnya dia, aku hanya kasihan pada anak buahnya yang harus mendengarkan omelannya dan ceramahnya dia pada satu hal yang menurutnya kurang sempurna."
"Tapi karena dia begitu, café kita bisa sukses seperti sekarang."
Oscar tertawa mendengar komentar Kenny, tetapi memang benar apa yang dikatakan Kenny, karena ketekunan Nathan mereka berdua tidak perlu disibukkan dengan usaha mereka itu dan fokus dengan pekerjaan mereka sebagai dokter, bahkan saat mereka kuliah dikedokteran, Nathan yang mencurahkan semua fokusnya ke usaha mereka itu.
Oscar ikut dengan mobil Kenny, Melinda membawa mobil Oscar karena mobilnya sedang dibengkelkan. Seperti biasa semua mata wanita melihat kearah mereka berdua sejak mereka memasuki pintu café, seperti biasa Kenny mengabaikan tatapan itu dan Oscar langsung bertanya pada pelayan yang menyambut mereka.
"Dimana bos besarmu?" tanya Oscar pada pelayan senior yang menyambut mereka.
"Diatas, tuan."
"Ok, tolong siapkan Coffee latte. Ken, kamu mau minum?"
"Capucinno."
"Baiklah, akan saya siapkan."
Mereka berdua langsung naik keatas menuju ruang kantor café, dan tanpa mengetuk Oscar langsung masuk dan melihat sahabat mereka masih berkutat dengan setumpuk laporan.
"Apakah kebiasaanmu untuk masuk kedalam ruang kerja orang lain tanpa mengetuk terlebih dahulu masih belum bisa dihilangkan?" kata Nathan tanpa mengangkat kepala dari dokumen yang ditekuninya.
Oscar dan Kenny langsung duduk dihadapan meja dimana Nathan, "Kenapa kamu memanggil kami kemari?" tanya Kenny mengabaikan komentar Nathan pada Oscar.
"Ada beberapa hal yang perlu kudiskusikan dengan kalian dan ada beberapa dokumen yang membutuhkan tanda tangan kalian." Jawab Nathan.
"Hal sepenting apa yang perlu kamu diskusikan sampai mengharuskan kami datang kemari dikala kesibukan kami yang sangat padat." Kata Oscar santai dan langsung mendapat tatapan tajam dari kedua sahabatnya.
"Selamat sore semua" sapa Ashley pada rekan-rekannya di café.
"Lho, bukannya hari ini kamu libur?" tanya salah satu rekannya.
"Aku menggantikan Debbie." Jawab Ashley dengan riang.
"Kalau begitu, tolong antarkan ini ke kantor atas." Kata barista yang baru selesai menyiapkan pesanan."
"Kantor?" tanya Ashley lugu.
"Iya, kantor diatas."
"Baiklah." Ashley mengambil baki dan meletakan dua cangkir itu diatasnya, membawanya dengan hati-hati dan naik kelantai atas. Dia mengetuk pintu dengan pelan, selama dia bekerja dia tidak pernah masuk kedalam kantor atasannya itu, selama ini dia hanya sering melihat bosnya datang dan memeriksa café tetapi dia tidak pernah bercakap-cakap secara langsung. Dia mengetahui jika atasannya, pemilik café tempatnya bekerja ini adalah orang yang meyukai kesempurnaan, dan jika dia datang semua pelayan termasuk supervisor penanggung jawab café sedikit panik.
Ashley masuk setelah mendengar suara dari dalam yang mengijinkan dia masuk, dia melihat ada dua orang duduk dihadapan bosnya dan kelihatannya mereka sedang sibuk dengan beberapa dokumen. Perlahan dia mendekat, "Saya mengantarkan pesanan, tuan."
"Letakan disini." Kata Nathan sambil menunjuk sudut meja yang kosong.
Ashley meletakan pesanan itu tanpa berani mengangkat kepalanya, entah mengapa dia merasa salah seorang dari tamu bosnya sedang menatapnya tajam, dan dia kuatir jika dia mengangkat kepalanya tatapan tajam orang itu akan menembusnya. Setelah dia meletakan dua cangkir pesanan tamu bosnya dia segera berbalik dan dengan cepat meninggalkan ruangan itu.
Kenny sedang membaca berkas yang diberikan Nathan, berkas mengenai permintaan kerjasama dari beberapa perusahaan, saat dia kembali mendengar suara gadis yang beberapa hari ini selalu hadir dalam mimpinya. Sejak kejadian di rumah sakit waktu itu, Kenny dengan sengaja selalu melewati ruang bermain saat dia akan menuju keruangannya walau untuk itu dia harus sedikit memutar. Namun harapannya untuk melihat gadis bernama Ashley itu tidak pernah terpenuhi dan sekarang tiba-tiba saja dia mendengar suara itu dan saat dia mengangkat kepalanya dia melihat gadis itu sedang menunduk dan tanpa melepaskan tatapannya dia melihat kearahnya. Dalam benaknya dia berpikir, dia tidak menyangka akan melihat gadis itu disini.
Setelah gadis itu keluar dari ruangan itu, Kenny baru kembali menekuni dokumen dihadapannya, untung saja kedua sahabatnya sedang berkonsentrasi dan tidak melihat reaksinya tadi, karena dia yakin jika kedua sahabatnya pasti akan mengetahui perubahan sikapnya dan mereka pasti akan langsung mengejeknya.
"Diatas tadi itu siapa?" tanya Ashley pada rekan seniornya.
"Kenapa? Mereka tampan-tampan?"
"Aku tidak berani menatap mereka, mereka kelihatannya sedang sibuk."
"Hahahaha, mereka sibuk bukannya bagus? Kamu bisa menatap mereka bertiga sepuasnya."
"Memangnya mereka siapa?"
"Mereka berdua adalah bos kita juga, tepatnya mereka bertiga adalah bos kita walau yang dua memang tidak pernah mengurus café secara langsung karena mereka berdua adalah dokter terkenal yang sibuk."
"Oohhh, mereka semua pemilik café? Kenapa seorang dokter mau saja membuka café, apakah belum cukup penghasilan mereka dari profesinya sebagai dokter?"
"Kamu salah, café ini didirikan oleh mereka bertiga sejak mereka disekolah tinggi, tetapi yang mengambil sekolah bisnis hanya tuan Nathan, jadi dialah yang menjalankan dan melanjutkan usaha café ini."
"Sejak sekolah tinggi, hebat juga ya." Kata Ashley dengan kagum.
Belum sempat mereka menanjutkan perbincangan, ada beberapa pelanggan yang masuk dan Ashley langsung mengambil menu dan mendekati para pelanggan itu.
Malam itu dia pulang kerumah orang tuanya, saat memasuki pintu utama dia mendengar teriakan dari ruang makan, kelihatannya ada seseorang yang membuat ratu dirumah itu kesal dan Kenny yakin jika siapa lagi yang bisa membuat sang ratu berteriak jika bukan sang raja. Kenny melangkah keruang makan dan benar dugaannya, diruang makan sang ratu sedang berkacak pinggang dihadapan sang raja yang sedang menikmati makan malamnya tanpa terusik dengan omelan sang ratu.
"Malam mom, dad" sapa Kenny pada kedua orang yang ada diruang makan itu, dan melangkah untuk memberi pelukan dan ciuman pada sang ratu.
"Kamu sudah makan?" tanya Kayla pada putra bungsunya.
"Belum."
"Duduklah dulu." Kata Kayla dan dia melangkah menuju dapur.
"Ada apa?" tanya Kenny pada daddynya saat mommynya sudah menghilang dari pandangannya.
"Soal Kelly dan Ray."
"Oh, belum berhasil?"
"Belum lulus, Kevin dan Kevan masih bertahan dan daddy yang kena omelan mommymu."
"Dan daddy yakin dengan mengabaikannya, mommy akan diam?"
"Tentu tidak, tetapi jika daddy bersuara saat ini omelannya akan lebih panjang dan lama."
Kenny tersenyum, membenarkan perkataan daddynya. Kedua kakaknya kelihatannya masih menolak hubungan Kelly dan Ray, seperti biasa mereka pria-pria walker sangat sayang pada para wanita Walker dan tidak mudah untuk bisa mendapatkan ijin mendapatkan hati wanita-wanita Walker. Kelly dan Ray bertemu apda pesta pernikahan Kim, dan sekarang hubungan mereka semakin dekat tetapi mereka belum memberi ijin pada Kelly untuk berhubungan lebih dari teman dekat dengan Ray, dengan alasan mereka ingin melihat kesungguhan Ray pada Kelly. Kelihatannya hari ini Kelly melapor pada mommynya atas ulah kedua kakaknya lelakinya dan Kayla marah pada Calvin suaminya karena, dia yakin kedua putra sulungnya itu bertindak atas persetujuan dari suaminya yang terlalu protektif.
"Kamu dari mana? Kenapa pulang kemari?' tanya Kayla setelah kembali duduk dimeja makan.
"Dari café, dan kebetulan jam makan malam aku putuskan makan dirumah saja."
"Dasar....apakah kamu tahu ulah kedua kakakmu dan daddymu?" Kenny menggeleng.
"Jangan berpura-pura tidak tahu, kalian pikir mommy tidak tahu ulah kalian semua, kalian berdua katakan pada dua pria Walker lainnya, jika kalian masih belum memberi keputusan maka jangan salahkan mommy yang akan bertindak."
"Mommy sayang....daddy jelas tidak terlibat, mengapa terus dimarahi?" kata Calvin.
"Kamu tidak terlibat?" tanya Kayla, Calvin mengeleng, dan Kenny hanya dia menikmati makanannya.
"Mana mungkin kamu tidak terlibat jika kamu adalah pimpinan semua pria Walker. Jadi, lebih baik daddy segera putuskan, jangan membuat Kelly sakit hati atas ulah kalian."
Calvin dan Kenny hanya diam, kelihatannya sang ratu kali ini benar-benar marah dan mereka para pria harus segera melakukan pertemuan sebelum sang ratu benar-benar bertindak. Bagi mereka sekeluarga, titah sang ratu multak harus dijalankan jika tidak ingin membuat sang ratu murka.
Malam itu Kenny memutuskan untuk menginap di rumah orangtuanya, setelah dia dan Calvin melakukan panggilan video dengan Kevin dan Kevan untuk membahas keinginan sang ratu. Setelah berdiskusi cukup lama, mereka memutuskan untuk mengatur pertemuan secara langsung dikantor Calvin.
Mereka berempat sudah tidak tinggal dirumah orangtuanya, ketiga kakaknya yang sudah menikah masing-masing sudah memiliki rumah sendiri, dia dan Kelly adik kembarnya tinggal di penthouse yang dekat dengan tempat kerja mereka. tetapi mereka berempat akan bergantian pulang jika orangtua mereka ada dirumah, dan melakukan pertemuan rutin sebulan sekali pada acara makan malam keluarga, tradisi yang ditetapkan oleh sang ratu dan kegiatan itu membuat mereka tetap dekat satu sama lain.
