Bab 2 Piagam Penghargaan
Ashley tiba dibandara dan dia melihat auntie Mary yang merupakan adik dari Peter sahabat daddynya datang menjemputnya, mereka sudah berhubungan melalu telepon setelah diperkenalkan Peter. Mary bersedia membantu menjaga Ashley selama dia dikota itu, bahkan dia menawarkan Ashley untuk bekerja di sampingan dirumah sakit sebagai pendamping dan penghibur di tempat bermain anak di rumah sakit itu, yang tentu saja diterima dengan senang hati oleh Ashley, Mary menyukai Ashley dan mengangpanya seperti adiknya.
Ashley langsung memeluk Mary, dan mengucapkan terima kasih karena sudah menjemputnya, sesuai pembicaraan mereka Ashley tiba seminggu lebih awal sebelum asrama yang akan ditempatinya siap, dia akan menginap dirumah Mary, dan dalam waktu seminggu ini dia harus belajar menggunakan transportasi umum, mengenal beberapa tempat yang harus dikunjuginya.
"Terima kasih sudah menjemputku auntie."
"Auntie sudah tidak sabar bertemu denganmu."
Ashley tertawa, "Apakah benar aku boleh menginap dirumah auntie? Aku ingin bertemu dengan Dave yang lucu dan mengemaskan itu." Dave adalah putra dari Mary.
"Dia juga selalu bertanya kapan kamu datang, padahal kalian selama ini hanya berhubungan lewat video call atau telepon tetapi sudah sangat dekat."
"Karena aku mengemaskan sama seperti Dave." Mary tertawa mendengar perkataan Ashley.
"Bagaimana penerbangamu?" tanya Mary saat mereka sudah berada didalam mobil.
Ashley teringat kejadian saat akan menuju ke gerbang keberangkatan dia bertabrakan dengan seorang wanita cantik karena keteledorannya, dia sibuk mencari telepon genggam didalam tasnya untuk mengabarkan pada daddynya jika dia akan naik ke pesawat tanpa melihat kedepan. Wanita itu kelihatan sekali adalah seorang yang kaya, dan saat itu Ashley langsung menunduk meminta maaf berkali-kali, bukannya marah wanita itu malah tertawa dan mengatakan tidak apa-apa, tetapi pengawal pria yang ada disamping wanita itu menatapnya dengan tatapan ingin membunuh, mungkin pengawal wanita itu takut dimarahi atasannya karena tidak menjaganya sampai bisa ditubruk olehnya.
Belum sempat mereka bertukar kata, pengawal wanita dengan luka bakar dirahangnya langsung menarik wanita itu menjauh dan berkata jika mereka sudah terlambat, dan dia bisa melihat wanita itu menoleh padanya dan menatapnya dengan lembut serta melambaikan tangannya.
"Penerbangannya menyenangkan auntie."
"Mengapa kamu tidak ingin tinggal ebrsama suntie saja dari pada tinggal diasrama?"
"Auntie, bukankah aku sudah bilang, lebih mudah aku untuk kekampus jika tinggal diasrama dan daddy tentu lebih tenang karena asrama itu khusus untuk wanita."
"Hahahaha, daddymu terlalu menyayangimu."
"Sangat, tadi saja saat mengantarkanku dia hampir menangis. kelakuannya sama sekali tidak mencerminkan sebagai seorang polisi." Kata Asley sambil mengingat bagaimana Lerry dengan mata berkaca-kaca melepas kepergiannya dan hampir membuatnya tertawa, karena dia selalu melihat daddynya sebagai sosok pria kuat dan tidak pernah menangis.
"Baiklah, tetapi ingat sering-sering mengunjungi auntie, dan untuk kerja sampinganmu dirumah sakit kamu bisa memulainya setelah jadwal kuliahmu keluar."
"Auntie jangan bilang pada daddy dan uncle Peter....." Ashley sedikit ragu untuk mengatakannya.
"Ada apa? apa yang ingin kamu katakan?" tanya Mary sedikit kuatir.
"Sebenarnya aku juga sudah mendapat kerja sambil sebagai pelayan café didekat asrama, aku mendaftarnya lewat internet saat mereka membuka lowongan. Dan aku akna mulai bekerja bulan depan."
"Astaga Ashley, kenapa kamu harus bekerja sambilan? Bagaimana jika Lerry dan Peter tahu?"
"Aku yakin mereka akan menetangnya tetapi aku ingin belajar untuk mandiri, walau aku tahu sifatku sangat kekanak-kanakkan tetapi apakah dengans ifatku ini aku tidak boleh bekerja? Aku hanya ingin mencari pengalaman auntie."
Mary melihat kesungguhan dari Ashley, walau dalam hatinya ada sedikit kuatir karena sama seperti yang lain dia merasa Ashley masih seperti anak-anak karena sifat polosnya.
"Baiklah aunti akan menjaga rahasiamu, tetapi berjanjilah kamu akan menjaga dirimu dan tidak boleh bekerja sampai malam."
"Bagaimana aku bekerja sampai malam jika di asrama ada jam malam auntie?"
"Oh ya, benar juga. Baiklah yang penting kamu harus menjaga diri dan kesehatanmu."
"Tenang saja, aku pasti bisa menjaga diri dan kesehatanku." Sahut Ashley dengan girang, dia memang merahasiakan pada daddy dan grandmanya jika dia akan menajdi pelayan café karena dia yakin mereka berdua pasti akan melarangnya. Ashley yakin Lerry bsia membiayai hidupnya di sini tetapi dia hanya ingin mencari pengalaman, dan yang mungkin saja kelak akan berguna.
Kenny berjalan kembali keruanganya saat mendengar namanya dipanggil, dan tanpa menoleh dia sudah tahu siapa yang memanggilnya.
"Kenapa kamu tidak berhenti? Apakah kamu perlu ke dokter untuk memeriksa telingamu?" kata Oscar, sabahatnya.
"Untuk apa aku berhenti jika kamu juga pasti akan menuju keruanganku. Ada apa?"
"Mengajakmu makan siang?"
"Jam berapa ini?"
"Astaga dokter Kenny....tingkat keacuhanmu keluhatannya sudah akut sampai kamu mengacuhkan jam. Ini sudah hampir jam 1 siang."
Kenny tidak jadi kembali keruangannya dan berbalik sampai Oscar terkejut, "Mau kemana?"
"Makan siang." Jawab Kenny santai.
"Eitsss.....tunggu, kita jemput Melinda di poli anak dulu." Kata Oscar. Melinda adalah dokter anak yang merupakan kekasih dari Oscar.
Kenny hanya mengangkat bahunya dan mereka berjalan beriringan menuju poli anak, Oscar emlihat beberapa perawat melirik mereka, "Ken, apakah tidak ada dari para dokter dan perawat disini yang menarik hatimu?" dan seperti biasa tanpa menunggu jawaban yang kemungkinan besar pasti tidak akan ada Oscar kembali melanjutkan, " Lihat...bagaimana mereka mencuri-curi pandang padamu, berharap kamu menatap mereka dan memberi senyum mautmu."
Kenny hanya mengelengkan kepala mendengar komentar dari sahabatnya itu, dia bukannya tidak menyadari tatapan para dokter wanita yang single dan para perawat kepadanya saat dia melintas, tetapi bagaimana lagi dia sama sekali memang tidak berminat dan tidak ingin memberi mereka harapan.
"Kamu tunggu disini, aku menjemput Melinda dulu didalam." Kata Oscar yang memang sengaja melakukan hal itu mengingat jika Kenny ikut masuk dikuatirkan mereka akan tertahan oleh rekan-rekan Melinda yang mencoba mencari perhatian Kenny.
Kenny berdiri didekat ruang bermain anak, dan menggeluarkan hpnya untuk memeriksa pesan yang masuk, sampai telinganya mendengar suara lembut dan manja ditengah-tengah pekikan anak-anak. Kenny menoleh melihat kedalam ruangan bermain itu, disana seorang gadis mungil dikelilingi anak-anak dengan pakaian rumah sakit, gadis itu tampak asyik dan nyaman berada ditengah-tengah mereka. Kelihatan sekali dia menikmatinya dan Kenny merasa tidak pernah melihat gadis itu, dia sering melewati tempat ini, entah saat mengunjungi pasiennya, menemani Oscar menjemput kekasihnya atau melewatinya jika dia akan keruangannya dari sisi barat.
Kenny baru melepaskan pandangannya dari gadis itu saat Oscar menepuk pundaknya, dia berbalik dan mengikuti langkah Oscar dan Melinda menuju ke kantin rumah sakit.
Rumah sakit tempat Kenny bekerja adalah rumah sakit milik yayasan Amelia di bawah bendera Walker Corp, selain menjabat sebagai dokter disana, Kenny juga menjabat sebagai salah satu direktur disana. Kenny dokter yang baik dan bertanggung jawab, dan disegani oleh rekan-rekannya dan para perawat disana, bahkan dokter senior saja bisa segan padanya, bukan karena dia putra dari pemilik rumah sakit atau karena dia seorang direktur tetapi karena mereka mengakui kemampuan dari Kenny. Mereka sering meminta pendapat Kenny untuk beberapa kasus yang mereka hadapi dan biasanya mereka mendapatkan masukkan yang cukup memuaskan.
Oscar sahabatnya juga bukan dokter sembarangan, sikapnya yang santai membuat orang tidak akan percaya jika dia adalah dokter jantung terbaik dirumah sakit itu. seluruh penghuni rumah sakit sudah mengetahui jika hanya dokter Oscar yang bisa menghadapi dokter Kenny tanpa takut membeku, mengingat betapa dinginnya tatapan dan sikap Kenny.
Ashley tidak menyangka jika dia bisa dengan cepat menyesuaikan jadwal kuliah dan kegiatannya, dia juga sudah mulai bekerja di café dan sama seperti saat dia sekolah, teman-teman menganggapnya sebagai anak kecil, karena memang tubuhnya yang mungil dan sifatnya yang polos. Ada beberapa pria dari angkatannya dan seniornya yang mulai mencoba mendekatinya, dan semua dihindarinya karena selain dia memang tidak berminat, dia juga malas dibully para wanita genit yang menyukai pria-pria itu.
Ashley terang-terangan mengatakan pada pria-pria itu jika di bully oleh para wanita yang menyukai mereka, dan alhasil para pria itu meneggur langsung para wanita yang membully Ashley dan membuat mereka semakin membenci Ashley.
Seperti saat sekolah dulu, kepolosan dan keluguannya membuatnya dibenci oleh beberapa wanita karena menyebabkan mereka di tegur oleh pria idola mereka, apalagi saat para wanita itu mengetahui jika Ashley dari kalangan orang biasa mereka semakin tidak mengangapnya tetapi Ashley adalah gadis yang acuh dan dia mengabaikan semua itu lebih baik dia fokus dengan studi dan pekerjaannya daripada mendengarkan dan mengurusi hal-hal yang tidak penting itu.
Sekarang dia sudah mulai menjadi sukarelawan untuk menghibur anak-anak di rumah sakit seminggu sekali saat jadwal liburnya di café, dan dia sangat kagum saat pertama kali dibawa Mary kerumah sakit itu, Mary mengatakan jika rumah sakit itu bagian dari Walker Corp, rumah sakit besar, mewah dan megah itu ternyata bukan hanya berisi pasien-pasien kaya tetapi karena rumah sakit berada dalam naungan yayasan Amelia, rumah sakit juga menangani pasien-pasien kurang mampu.
Saat ditunjukkan ruang bermain yang berada di poli anak, Ashley sangat menyukainya. Tempat yang nyaman dan aman untuk anak-anak itu bermain walau mereka dalam kondisi sakit, Mary juga menceritakan jika ruang bermain itu didirikan oleh pimpinan Walker corp yang sekarang untuk istrinya yang mantan perawat disana dan menghabiskan waktu luangnya untuk bermain dan menghibur anak-anak yang sakit di sana, bahkan sampai sekarang sang nyonya besar masih meluangkan waktu sesekali untuk menjadi sukarelawan disana. Ashley berharap dia bisa bertemu dan berkenalan dengan nyonya besar yang baik hati itu.
Rekan-rekan kerjanya di café maupun dirumah sakit juga menyenangkan, tidak seperti teman-temannya dikampus, rekan kerjanya lebih menganggapnya sebagai adik dan menyayanginya juga seperti seorang adik sehingga dia lebih nyaman saat beekrja daripada di kampus, tetapi bagaimanapun dia harus menyelesaikan studinya.
Ashley keluar dari ruang bermain, setelah selesai merapikan semua permainan yang berantakan disana, didepan pintu dia hampir saja menabrak dokter Melinda.
"Maaf dok" katanya dengan cepat dan memukul pelan kepalanya sambil berguman, "Sekali lagi aku menabrak orang maka aku akan mendapat piagam penghargaan."
"Hahaha, memangnya sudah berapa kali hari ini Ashley?" tanya Melinda yang tertawa saat mendengar gumanan dari Ashley.
"4 kali ini, aku hari ini benar-benar ceroboh untung saja aku tidak di café, bisa-bisa gajiku habis untuk membayar ganti rugi."
"Hahahah, kamu benar-benar ceroboh. Ada apa? ada yang sedang menjadi pikiranmu sampai kamu menjadi ceroboh?"
"Bagaimana dokter bisa menebaknya? Apakah dokter cenanyang?"
"Hahahaha, kamu selalu membuatku tertawa, aku bukan cenanyang tapi wajah polosmu tidak bisa menutupi kalau kamu sedang banyak pikiran."
Ashley memegang wajahnya dan berkata, "Apakah wajahku sepolos itu sampai tembus pandang apa isi otakku?"
"Ashley!!!!, jangan membuatku sakit perut karena terlalu banyak tertawa, jadi ada apa?"
"Aku sedang memikirkan ujianku minggu depan, apakah aku bisa mendapatkan nilai yang bagus supaya bisa mempertahankan beasiswaku.
"Astaga Ashley, kamu harus percaya diri jika kamu bisa, bukankah ujian harianmu selama ini hasilnya memuaskan?"
"Tapi ujian kenaikan semester pertamaku, aku sedikit kuatir."
"Aku yakin kamu pasti bisa, jadi jangan kuatir karena jika kamu kuatir kamu malah akan kehilangan konsentrasi dan mengacaukanmu saat ujian."
"Benar juga...terima kasih dokter cantik, sudah memberiku obat yang mujarab."
"Jadi aku harap kamu tidak menabrak orang lagi hari ini supaya kamu tidak mendapat piagam penghargaan sebagai gadis ceroboh hari ini."
"Aku akan memastikan tidak akan menabrak orang lagi hari ini." kata Ashley dengan mantap, "Aku pulang dulu, dok."
"Ya, berhati-hatilah."
"Ok."
Tetapi kelihatannya nasib buruk belum pergi dari dirinya, baru saja dia melangkah dan akan berbelok menuju lift dia kembali menabrak benda keras yang membuatnya jatuh terduduk dan dokter Melinda yang melihat hal itu ikut terkejut.
"Ashley!!!, kamu tidak apa-apa?" Melinda mendekati Ashley dan melihat apa yang ditabrak oleh Ashley kali ini sampai dia jatuh terduduk. Dan dia hampir saja tertawa saat melihat apa yang ditubruk oleh Ashley, "Maaf dok, dia tidak sengaja." Kata dokter Melinda dengan cepat.
Ashley masih belum menyadari dia menabrak seseorang bukan menabrak benda, sibuk memeriksa dirinya, "Bagaimana mungkin aku menabrak tembok?" katanya berguman, membuat dokter Melinda menahan tawa.
Dokter yang ditabrak oleh Ashley hanya mengangguk sekilas dan berlalu, Meinda membantu Ashley berdiri, Ashley menoleh kesekelilingnya.
"Kamu mencari apa?"
"Tadi itu aku menabrak apa dok?"
"Hahahaha, kamu menabrak gunung es." Jawab Melinda menahan tawa.
"Gunung es? Mana?"
"Sudah hilang, sana kamu pulang dari pada kamu mati membeku disini."
Ashley berlalu sambil memikirkan perkataan dokter Melinda yang dirasanya aneh, mana mungkin ada gunung es didalam rumah sakit? pikirnya, tetapi mengingat dia menabrak benda yang keras tadi mungkin saja perkataan dokter Melinda benar.
