Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bangkitnya Raja Kegelapan.

Dengan mata berkaca-kaca, nada suara yang serak. Deripan rasa penyesalan Daniel tertuang dalam setiap langkah kakinya yang menginjak anak tangga. Bayangan-bayangan kematian para pendeta lain terngiang-ngiang di kepalanya.

Di gereja Vatikan suasana mencekam menyelimuti setiap sudut. Lilin-lilin yang biasanya berkobar tenang kini bergoyang resah, seolah merasakan badai yang akan datang. Aroma dupa yang biasanya menenangkan malah terasa berat, menekan dada setiap orang yang berada di sana.

Di ruangan altar utama, kardinal Matteo berdiri didepan patung Yesus. Kedua tangannya menggenggam rosario yang berliontin tanda salib, mata nya terpecam, mulutnya mengucapkan doa. Uskup Matus yang berdiri di belakangnya, memperhatikan kardinal Matteo.

Sampai akhirnya, pintu ruangan terbuka "Brak.." uskup Matius berbalik badan, pandangan matanya tertuju pada seorang uskup yang muncul dengan nafas terengah-engah serta muka yang sedikit pucat.

" Bapak... Daniel... Telah kembali tapi... " Dengan nada terpatah-patah disertai sorot mata yang penuh dengan kekhawatiran. Membuat uskup Matius mengerutkan keningnya.

Kardinal Matteo yang telah selesai memanjatkan doa, berbalik badan membuat kedua uskup itu memandang ke Kardinal Matteo. Mereka bertiga saling memandang seperti mengerti maksud dari pandangan tersebut.

Beberapa menit kemudian, mereka bertiga berjalan dengan begitu cepat menelusuri lorong gereja, sesampainya di pintu masuk utama mereka bertiga melihat beberapa uskup dan biarawati berkumpul membentuk setengah lingkaran, seolah-olah menutupi pandangan orang lain terhadap sosok yang baru saja tiba.

Daniel berdiri di tengah kerumunan itu, jubahnya robek di beberapa bagian. Noda darah mengering menempel di kainnya, wajahnya pucat pasi, matanya merah seperti menahan tangis dan rasa bersalah yang dalam. Tangannya gemeteran yang disertai darah.

" Daniel... " Kardinal Matteo melangkah maju, suaranya tenang namun penuh tekanan. " Apa yang telah terjadi ?. "

Daniel mengangkat wajahnya perlahan, tatapannya bergetar, bibirnya gemeteran sebelum akhirnya mengeluarkan suara serak "Dia kembali... Dia telah kembali... Dia membunuh mereka semua... "

Suasana menjadi semakin berat, beberapa biarawati menunduk sambil memegang rosario erat-erat. Uskup Matius melangkah lebih dekat, mencoba meraih bahu Daniel. Namun Daniel mundur setengah langkah seolah takut sentuhan itu akan memecahkan keteguhan tipis yang masih tersisa dalam dirinya." Siapa yang kau masuk ? Daniel" Dengan nada lembut.

Daniel menelan ludah, napasnya terdengar pendek - pendek seperti setiap kata yang akan ia ucapkan membawa beban tak tertanggungkan.

" Raja Kegelapan... " Ucapannya pelan " Dia telah bangkit dan membunuh Bapak Gabriel berserta yang lain. " Kata-kata itu seperti sebuah petir yang menyambar, membuat para biarawati dan uskup diam mematung. Tidak ada yang berani bergerak, seakan setiap hembusan nafas dapat mengundang sesuatu yang mengerikan.

Kardinal Matteo terhuyung satu langkah ke belakang, namun uskup Matius sigap menopangnya. " Bapak... " Sautan dari uskup Matius yang khawatir dengan kondisi Kardinal Matteo.

Biarawati senior bernama Marta dengan wajah tegas namun sorot mata penuh kecemasan segera melangkah maju, " kita bawa masuk kardinal Matteo dan Daniel kedalam terlebih dahulu. "

Mendengar hal itu, uskup Matius segera mebopong Kardinal Matteo dan beberapa uskup membantu Daniel berjalan. Mereka berjalan masuk kedalam gereja di ikuti oleh para biarawati termasuk Marta.

Sementara itu, setelah membantai semua pendeta tubuh raja kegelapan yang berlumuran darah menyerap setiap tetes yang menempel di kulitnya seperti spons yang rakus. Darah itu mengalir kedalam urat-urat hitam yang berdenyut di seluruh tubuh membuat kulitnya memancarkan cahaya merah samar, secara perlahan kulitnya berubah menjadi kulit manusia yang halus sehalus sutra.

Wajahnya yang tampan terpancar dengan jelas, ular-ular dikepala berubah menjadi rambut yang hitam mengkilap. Udara diruangan itu seolah-olah berhenti berputar mayat-mayat para pendeta tergeletak begitu saja.

Para pengikutnya mengangkat badan dan melihat junjungannya. Mereka terpanah melihat perubahannya, suara tangisan Lia yang meratapi kematian Elena membuat raja kegelapan tertegun. Memalingkan pandangannya ke arah Lia, matanya yang kini berwarna hijau terang seperti batu rubi.

Melangkah mendekati Lia, menjulurkan tangannya. " Ikutlah dengan ku. " Dengan nada suara yang berat dan lembut. Lia mengangkat kepalanya perlahan, matanya yang basah air mata memantulkan sorot hijau dari mata raja kegelapan.

Tangan mungilnya meraih jari-jari tangan raja kegelapan. Melihat respon itu, tanpa ragu raja kegelapan langsung mengangkat tubuh kecilnya Lia dengan lembut seakan ia bukan makhluk yang baru saja mencabik-cabik tubuh para pendeta.

Raja Kegelapan menatap Lia yang kini berada dalam pelukannya, nafasnya teratur namun penuh kekuatan yang mencekam. Di sekeliling para pengikut hanya terdiam pandangan raja Kegelapan beralih ke semua orang yang ada diruangan itu.

" Mulai sekarang, kita akan menguasai dunia, membuat dunia dengan keinginan kita dan melenyapkan orang-orang yang melawan. " Pernyataan tersebut disambut dengan sorak-sorai dari para pengikutnya.

Di sisi lain, didalam ruangan doa tersembunyi dibalik altar utama. Kardinal Matteo duduk di kursi kayu tua, nafasnya masih terengah-engah wajahnya pucat seperti kehilangan separuh jiwanya. Uskup Matius berdiri disamping, sementara Daniel dibawa keruangan kesehatan oleh uskup yang lain.

Biarawati Matra menutup pintu rapat-rapat, lalu berbalik menghadap mereka. " Bapak Kardinal, kita tidak punya banyak waktu. Jika yang dikatakan Daniel itu benar..." Mata Kardinal Matteo terangkat perlahan sorotnya penuh beban, " kalau memang benar, kita tidak bisa berbuat apa-apa... Karna yang bisa mengalahkan raja kegelapan hanyalah anak yang terlahir ketika tiga bintang paling terang di langit menyatu jadi satu membentuk bintang Betlehem, yang pernah terjadi ribuan tahun lalu."

" Berapa lama kita harus menunggu anak itu terlahir kembali Bapak Kardinal ?. " Kardinal Matteo memandang Matra lama, lalu perlahan menggeleng. Isyarat itu membuat biarawati Matra dan uskup Matius terdiam.

Diwaktu yang bersama-an, Diruang kesehatan. Daniel yang duduk di atas kasus sedang di obatin luka-luka oleh beberapa uskup, selalu merasa gelisah. Sudut pandangnya kosong, pikirkan nya tidak tenang, bayangan-bayangan kejadian sebelumnya masih terlintas di pikiran nya. Bahkan rasa sakit yang dari lukanya tidak sebanding dengan rasa takut yang merayap di setiap sudut pikirannya.

Tubuhnya mungkin berada di dalam ruangan itu tapi jiwanya masih terjebak ditempat sebelumnya. Beberapa menit telah berlalu, semua luka-luka Daniel telah di balut dengan kain putih. " Bapak, Kardinal Matteo, Bapak Matius dan Suster Matra... berada di mana sekarang ?. " Dengan nada suara yang sedikit serak. Salah satu uskup bernama Tino berkata " Sepertinya mereka pergi ke ruang doa. "

" Sudah selesai, sekarang kau istirahat biar luka-luka mu cepat kering.... " salah satu uskup bernama Simon. Setelah membereskan peralatan medis dan obat-obatan, para uskup berjalan ke luar ruangan.

Daniel memandangi para uskup yang melangkah pergi meninggalkan dia sendiri di ruangan. Daniel berdiri perlahan, napasnya teratur tapi matanya penuh keraguan. Ia melirik ke pintu yang baru saja tertutup di belakang para uskup, jemari tangan memegang gagang pintu, menariknya secara perlahan. Pandangannya melihat sekeliling, Lorong di luar ruang kesehatan sunyi, ia melangkah keluar di lorong hanya terdengar langkah kaki Daniel yang perlahan menapak di atas lantai batu tua yang dingin.

Beberapa menit berjalan, ia melihat pintu ruangan yang tertutup rapat. Berjalan mendekat ia merasa aneh suasana sunyi, mendorong pintu secara perlahan, sudut pandangnya tertuju kedalam ruangan yang sepi.

Melanggar masuk ke dalam, Daniel terus memandangi setiap sudut ruangan namun tidak melihat keberadaan Kardinal Matteo, uskup Matius dan Biarawati Matra. Sampai ia mendengar suara yang tertuju pada altar utama.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel