Seniman Beladiri
"Seniman beladiri tahap pemurnian daging?" Aron terkejut, rasa kagum dan ketertarikan menyelimuti pikirannya.
Kini, keyakinannya untuk pergi semakin kuat.
Meskipun dia bukan seorang seniman beladiri, pengetahuan tentang evolusi manusia dan warisan yang dimiliki orang-orang di sekitarnya membuatnya paham. Dia ingat betul bagaimana warisan bisa mengubah hidup seseorang, seperti yang dialami Paman Kong.
Paman Kong, yang memiliki warisan seniman beladiri, telah berlatih dengan tekun dan mencapai tahap pemurnian kulit. Aron tahu bahwa ada tingkatan-tingkatan yang lebih tinggi di atasnya.
"Di dunia ini, ada lima tingkatan dalam ranah seniman beladiri," Aron merenung, "dimulai dari pemurnian kulit, lalu pemurnian daging, pemurnian darah, pemurnian sumsum, dan terakhir pemurnian organ dalam. Setiap tingkatan dibagi menjadi tiga tahap: awal, tengah, dan akhir."
Jangan remehkan seorang seniman Beladiri, meskipun hanya pemurnian tahap awal, seperti Paman Kong, yang berada di tahap awal pemurnian tulang, senjata biasa akan sulit untuk membunuhnya. Selain itu, dalam pukulannya dia memiliki kekuatan sebesar 200 kilogram yang cukup untuk membunuh setiap manusia biasa. Jika naik alam kecil, kekuatan akan bertambah 100 kilogram.
Jadi, di tahap akhir pemurnian tulang, kekuatan pukulan seorang seniman beladiri telah mencapai 400 kilogram.
Sekali pukulan mendaratkan kekuatan hampir setengah ton, bahkan seekor banteng pun bisa di bunuh. Konsep macam apa itu?
Sedangkan untuk ranah pemurnian daging, Aron sama sekali tidak memahaminya, tapi dia yakin orang seperti itu pasti sangat kuat. Pergi keluar dan bahkan mengenal seniman beladiri pemurnian daging seperti Paman Kim Yoon, siapa yang akan ragu?
Saat menatap Kim Yoon kembali, Aron benar-benar memiliki kekaguman dan sedikit rasa iri.
Kagum, karena Kim Yoon adalah seniman beladiri terkuat selain Paman Kong sendiri. Iri, karena sebagai manusia biasa, dan belum membangkitkan warisan, mustahil baginya untuk menjadi seniman beladiri.
"Jangan terlalu terkejut," Kim Yoon berkata, merendahkan nada suaranya. "Meskipun tahap pemurnian daging lebih kuat daripada tahap pemurnian kulit, sebenarnya itu bukan apa-apa. Di luar sana, ada banyak makhluk yang bisa membunuhku hanya dengan sekali batuk."
"Apakah itu benar?" Aron tidak bisa menahan rasa ingin tahunya. "Apakah ada makhluk yang begitu kuat di luar sana? Aku pernah mendengar cerita tentang naga yang bisa membalikkan gunung dan mengerikan danau."
"Entahlah," Kim Yoon menjawab, menggelengkan kepalanya. "Aku tidak pernah melihatnya sendiri. Tapi saat perjalanan menuju Kota Awan, aku pernah melihat seekor burung raksasa yang lebih besar dari pesawat terbang, tertidur di atas gunung. Meskipun jaraknya jauh, aku yakin dia bisa membunuhku hanya dengan sekali hentakan sayapnya."
"Apakah memang sangat kuat?" Aron merasa terkejut, ngeri dan sedikit tidak percaya.
Bagaimanapun, meskipun dia sering keluar kota, dia hanya pergi ke daerah yang dikuasai manusia dan tidak pernah keluar melewati batas yang telah di tetapkan. Meskipun dia pernah melihat apa yang di sebut monster itu, dia tidak merasakan apa yang dirasakan oleh Kim Yoon.
"Jangan meragukan apa yang dikatakan oleh paman Kim mu. Dia adalah orang yang berpengalaman dan telah berpergian dari Korea ke kota Awan untuk mencari perlindungan. Dia sudah melihat terlalu banyak daripada apa yang kamu lihat sepanjang hidupmu." Sima Kong segera menasehatinya saat melihat ketidakpercayaan di wajah Aron.
Saat itu juga, setelah Sima Kong selesai berbicara, Aron segera merasa ngeri dan tertegun saat melihat Kim Yoon.
Bukannya tidak percaya Kim Yoon tidak pernah melakukan hal itu, tapi dia benar-benar tidak bisa membayangkan atau memikirkan, bagaimana Kim Yoon berjalan dari korea ke kota ini.
Sekalipun sekarang tidak ada yang namanya handphone, dan hanya orang-orang tinggi yang bisa mengakses internet, Aron masih memahami jaraknya.
Kota Awan, dulunya adalah ibukota Tiongkok yang bernama Beijing. Jadi, jika berpergian dari Korea ke kota Awan, setidaknya akan menempuh jarak 1.500 km. Jika ada pesawat, jarak tempuhnya hanya akan membutuhkan waktu beberapa jam, tapi sekarang tidak ada. Yang berarti Kim Yoon harus berjalan kaki selama lima tahun, itupun masih dengan dunia yang dipenuhi oleh monster, Aron tidak bisa membayangkan bagaimana Kim Yoon bisa melakukannya.
"Jangan terlalu memujiku," Kim Yoon berkata, mencoba merendahkan diri. "Semua itu hanya keberuntungan. Jika aku benar-benar mampu, aku tidak akan membutuhkan waktu lima tahun dan kehilangan lebih dari tiga puluh orang dari lima puluh orang yang pergi bersamaku."
Hiss...
Aron segera menghirup udara dingin dan ketakutan segera menyelimuti dirinya.
"Haha..." Kim Yoon kembali tertawa untuk mencairkan suasana dan dengan ringan berkata, "Lupakan saja. Itu semua masa lalu. Aku tidak ingin mengingatnya lagi. Untuk sekarang, Aron, setelah mendengar semuanya, apakah kamu masih memutuskan untuk ikut denganku?"
Kali ini, Aron tidak langsung menjawab. Setelah mendengar cerita barusan, bagaimanapun sebagai seorang manusia biasa dia merasa sedikit takut. Apalagi saat mendengar ada mahkluk yang bahkan bisa membunuh seniman beladiri pemurnian daging dengan sekali bergerak.
Hanya saja, dorongan untuk mendapatkan uang dan membiayai adik perempuannya sulit untuk dihindari. Sedangkan untuk kembali meminjam uang dari paman Kong, yang jauh lebih aman dan lebih mudah, Aron terlalu malu untuk melakukannya.
Memikirkan untung dan rugi, Aron masih berpikir bahwa pergi memang memiliki bahaya, tapi hasilnya juga tidak mengecewakan. Terlebih lagi, ada beberapa seniman beladiri bersamanya. Kim Yoon sendiri juga seorang seniman beladiri pemurnian daging, dia juga telah memastikan zona itu aman, dan tempatnya juga tidak terlalu jauh dari zona militer. Jadi, resikonya mungkin tidak terlalu besar.
"Aku akan ikut." Setelah berpikir beberapa waktu, akhirnya dia memutuskan untuk pergi.
Setelah perhitungan cermat, Aron masih menyadari, bahwa semua ini adalah karena Kim Yoon mengenal Paman Kong, jika tidak ada keterkaitan apapun, mustahil Kim Yoon membawa dirinya yang seorang manusia biasa.
Lagipula, siapa yang tidak menginginkan rusa kuning bertanduk merah? Bahkan mungkin seorang seniman beladiri biasa akan menginginkannya.
Mungkin karena Kim Yoon sendiri juga mengetahui kondisi Aron, dia memutuskan untuk sedikit membantu dan berbagai. Sedangkan untuk tugas apa yang harus dilakukan nantinya, itu akan di pikirkan belakangan.
"Aron, apakah kamu yakin?" Sima Kong tiba-tiba bertanya kepada Aron dengan sedikit enggan. Meskipun dia juga tahu ini adalah kebaikan Kim Yoon kepada Aron.
Aron mengangguk penuh keyakinan dan menjawab, "Paman, jangan khawatir, jika terjadi hal-hal yang tidak biasa, aku akan segera berlari. Bolehkah, Paman Kim?"
"Haha, tentu saja. Jangan khawatir, aku berjanji akan melindungimu." Dengan kata-kata Kim Yoon ini, Sima Kong akhirnya hanya bisa setuju.
"Baiklah. Aku masih akan mencari beberapa orang. Kita akan berangkat besok pagi dan berkumpul di gerbang kota." Dengan mengatakan ini, Kim Yoon mulai berdiri dan berpamitan.
