Perbedaan
Pada siang hari, Aron dan rombongannya telah menempuh jarak lima puluh kilometer dari Kota Awan.
Bersama Kim Yoon dan Aron sendiri, kelompok mereka hanya berjumlah enam orang.
Dari perkenalan singkat, Aron mengetahui bahwa mereka semua adalah orang-orang Korea yang datang ke Kota Awan bersama Kim Yoon lima tahun lalu. Namun, karena Aron hanyalah manusia biasa, keberadaannya sering diremehkan. Jika bukan karena Kim Yoon, dia percaya bahwa dirinya mungkin tidak akan pernah diundang dalam rombongan ini.
Hanya Yuuna, seorang wanita baik hati berusia tiga puluhan tahun dan satu-satunya wanita dalam rombongan, yang memiliki kekuatan seniman bela diri pemurnian kulit tahap akhir, yang masih mau berbicara dengannya.
Mungkin karena mereka berada dalam satu gerobak yang ditarik kuda, atau mungkin juga karena Kim Yoon menugaskannya untuk menjaga Aron, Yuuna mulai banyak berbicara selama perjalanan.
"Sebentar lagi kita akan sampai di perbatasan kota manusia," ujarnya.
Aron mengangguk mendengarkan penjelasan Yuuna dan mulai bertanya, "Setelah perbatasan, kira-kira berapa jauh jarak dari tujuan kita?"
"Jaraknya hanya sekitar 20 kilometer, dan tempatnya cukup tersembunyi. Jika tidak ada halangan, kemungkinan kita akan sampai di sana sebelum sore." Saat Yuuna menjawab, mereka sudah tiba di perbatasan.
Dikatakan perbatasan, sebenarnya tidak ada pagar atau tanda untuk menandai kepemilikan wilayah. Yang ada hanya beberapa pos yang dijaga oleh prajurit yang terus-menerus berpatroli.
Para prajurit ini adalah bagian dari seniman bela diri yang kini menjaga dan melindungi perbatasan kota umat manusia. Selain terlihat kuat, tegas, dan garang, mereka juga dilengkapi dengan berbagai peralatan untuk membela diri.
Tentu saja, dengan era teknologi yang telah berubah, tidak ada lagi senjata modern yang digunakan; semuanya menggunakan senjata dingin seperti tombak, pisau, pedang, dan sebagainya. Aron bahkan melihat beberapa binatang seukuran manusia di beberapa titik.
Ketika tiba di sebuah pos pemeriksaan, selain Aron, Kim Yoon, Yuuna dan yang lainnya turun dari kuda sambil memberikan lempengan besi berbentuk segi lima kepada penjaga. Benda segi lima dengan nama terukir di atasnya adalah tanda pengenal bagi seorang seniman, dan hanya seorang seniman beladiri yang bisa memilikinya.
Tentu saja, karena Aron adalah manusia biasa dan tidak memilik tanda pengenal, dia masih harus di periksa. Tidak ada pengecualian, tapi ketika para tentara ini tanpa sengaja melihat Aron, yang seorang manusia biasa membawa pistol serta beberapa senjata api di tubuhnya, mereka sedikit mengejek dan menatapnya dengan jijik. Tidak lagi memperdulikannya.
"Apakah kamu bingung kenapa mereka sangat meremehkan senjata api yang dulunya sulit digunakan oleh orang biasa, kini tampak tidak lebih baik daripada pisau sepanjang beberapa inci?" tanya Yuuna, yang baru kembali dari pemeriksaan, melihat kebingungan Aron.
"Aku mungkin mengerti, tapi aku masih tidak yakin; apakah senjata api benar-benar tidak mempan pada monster-monster itu?" Aron benar-benar penuh keraguan, karena selama ini, saat berburu, senjata api yang dimilikinya masih berguna untuk membunuh binatang bermutasi.
Namun, saat melihat senjata para penjaga barusan, Aron merasa bahwa senjata itu sama sekali berbeda dengan senjata biasa. Entah itu ketajaman, ketahanan, atau kekuatannya, dia merasa itu benar-benar berbeda dengan senjata yang dia ketahui.
Yuuna tertawa kecil mendengar keraguan Aron, tetapi dia tetap dengan baik hati menjelaskan, "Senjata api, meskipun masih berguna, ketika kamu benar-benar bertemu dengan binatang buas yang telah menjadi monster, senjata api tidak akan berguna. Bukan hanya tidak bisa membunuh, tetapi juga sangat sulit untuk sekadar menembus kulitnya."
"Apakah monster itu benar-benar tidak normal?" Aron agak terkejut dan tidak percaya.
"Inilah dunia kita sekarang," Yuuna sedikit menghela napas dan kembali menjelaskan, "Jangan katakan itu binatang buas yang bermutasi, kamu juga harus tahu bahwa bagi kita, para seniman bela diri pemurnian kulit, senjata api seperti pistol tidak akan membuatku takut."
Mulut Aron terbuka, dan tertutup. Dia terdiam, benar-benar tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
Apakah senjata api memang tidak lagi berguna?
Pandangan dunia Aron mulai berubah, dan itu mengguncangnya.
"Jika kamu tidak percaya," Yuuna tiba-tiba mengambil pistol yang Aron bawa dan mengarahkannya ke telapak tangannya sendiri. Lalu, dengan ledakan dan keterkejutan Aron, dia melihat sesuatu yang sulit untuk dia percayai.
"Bagaimana mungkin!"
Sulit dipercaya, peluru pistol itu ternyata sama sekali tidak bisa menembus kulit Yuuna. Meskipun kulitnya yang berwarna agak keperakan, tanda sebagai seorang seniman bela diri pemurnian kulit terlihat agak kemerahan karena tembakan barusan, Aron menemukan bahwa peluru itu benar-benar tidak menembus kulit Yuuna.
Seniman bela diri, apakah memang sekuat itu? Jika itu dirinya sendiri, bukankah dirinya sudah akan berlumuran darah?
"Seniman bela diri, meskipun hanya dalam ranah pertama, kekuatannya sangat jauh berbeda dengan manusia biasa," Yuuna menjelaskan sambil mengembalikan pistol kepada Aron yang masih tercengang, "Memurnikan darah dan qi untuk memperkuat kulit melalui latihan-latihan yang sulit. Ketika kamu berhasil menembus tahap awal pemurnian kulit, kulitmu akan berwarna keperakan sebagai tanda bahwa kamu telah menjadi seorang seniman bela diri. Bahkan jika kamu hanyalah seniman bela diri pemurnian kulit tahap awal, senjata api seperti pistol dan pedang biasa tidak akan bisa melukaimu. Tapi ada pengecualian."
Yuuna kini mengambil bayonet di pinggangnya dan menyayat telapak tangannya.
Pemandangan yang mengejutkan kembali terjadi. Pisau itu ternyata dengan mudah menggores telapak tangan Yuuna, yang sebelumnya tidak bisa ditembus oleh senjata api.
"Ini..." Aron tidak tahu harus mengatakan apa, hanya melihat pisau di tangan Yuuna dengan keraguan dan pertanyaan.
"Ini adalah pisau khusus. Meskipun tidak bisa dikatakan sebagai senjata ajaib, dalam kasus tertentu ini masih bisa melukai seorang seniman bela diri. Tapi, jika digunakan untuk melawan para monster itu, jawabannya adalah mustahil." Penjelasan Yuuna ini benar-benar membuat Aron terkejut dan merasa luar biasa.
"Jika senjata yang lebih kuat dan tajam daripada senjata api tidak bisa melukai monster-monster itu, lalu bagaimana kita bisa melawannya?" Saat menanyakan ini, akhirnya Aron tahu kenapa para prajurit di perbatasan barusan sangat meremehkan senjatanya.
Menggunakan senjata api untuk melawan monster, bukankah itu seperti mencoba memukul batu menggunakan telur?
"Ada dua cara. Pertama, gunakan kekuatanmu sendiri untuk melawan. Tentu saja, dalam kasus ini, kamu harus memiliki kekuatan untuk melakukannya. Sedangkan untuk cara kedua adalah menggunakan senjata ajaib." Saat mengatakan kata-kata terakhirnya, Yuuna mengambil sebuah busur yang selama ini berada di punggungnya.
Ketika Aron melihat busur itu, dia merasa tertarik dan menemukan bahwa ada sedikit perbedaan dengan pisau sebelumnya. Ada nuansa yang menutupi, membuat senjata itu tampak kuat, aneh, dan tidak dimengerti. Meskipun busurnya terbuat dari kayu, Aron merasakan bahwa ketahanan dan kekuatannya ternyata memiliki kesamaan dengan apa yang dipegang oleh para prajurit di perbatasan.
"Apakah ini senjata ajaib?" Sambil bertanya, Aron mencoba untuk memeriksanya dan terkejut saat menemukan rasa dingin saat menyentuhnya.
Yuuna tersenyum lucu melihat keterkejutan Aron, tetapi dia tidak membiarkannya terus memegangnya dan memintanya kembali.
"Senjata ajaib, dari segi ketajaman, ketahanan, dan kekuatannya, jauh melampaui senjata api biasa. Ini adalah jenis senjata yang khusus digunakan untuk membunuh beberapa monster. Memotong atau melukai kulit mereka akan semudah memotong tahu."
"Sangat kuat!" Aron merasa kagum, dan dengan rasa iri bertanya, "Bisakah aku memilikinya juga?"
"Jika kau memiliki setidaknya 10.000 Mark, aku bisa membantumu mendapatkan senjata ajaib standar yang kamu inginkan. Tapi aku menyarankan untuk tidak membelinya sebelum kamu menjadi seorang seniman bela diri." Jawaban ini langsung menghilangkan antusiasme dan semangat Aron.
Jangankan untuk memiliki dan membelinya, bahkan dia tidak berani hanya untuk sekadar memikirkannya.
Memikirkan uang 10.000 Mark? Aron tidak tahu dan tidak pernah memegang uang sebanyak itu. Jikalau dia memiliki uang sebanyak itu, dia pasti tidak akan pernah berpikir untuk membelinya.
Sedangkan untuk menunggu menjadi seniman bela diri, Aron benar-benar tidak yakin. Bisakah dia menjadi seorang seniman bela diri, atau setidaknya sekadar mendapatkan warisan seperti yang lainnya?
Memikirkan hal-hal tersebut, dia memilih untuk melupakannya.
"Berhenti!"
Teriakan Kim Yoon yang memimpin di bagian depan tiba-tiba menarik perhatian Aron. Tak lama kemudian, suara gemuruh yang diiringi lolongan dan getaran di tanah membuat wajahnya berubah.
"Ada beberapa monster tingkat pertama berlari ke arah kita. Semuanya bersiap!"
