MEMBERI SOLUSI
("Kak, tumben nggak pernah nyapa di grup lagi? Di Milan sana sibuknya sampai bikin kakak nggak bisa pegang ponsel?")
Nami menerima pesan dari Junot, sang rapper di Squirrel Crush. Tampaknya Nami melakukan kesalahan dan bersikap seperti bukan Samudra.
Nami pun mengirimkan pesan Junot kepada Samudra dan ia menerima sebuah voice note yang berbunyi jika Samudra sedang sibuk. Jadi belum bisa terlalu intens untuk menghubungi Junot dan yang lain.
("Mas, itu suara Mas asli?")
Samudra menjawab jika yang ia rekam untuk dijadikan voice note memang suaranya.
("Pokoknya kalau nanti Junot mengirim pesan kepada Nona. Segera kirimkan ke saya. Maaf, merepotkan. Anaknya sedikit ... em, begitulah.")
Nami lupakan sejenak mengenai suara di voice note yang dikirimkan Samudra, karena Nami harus segera meneruskan voice note tersebut kepada Junot, teman satu grup Samudra.
("Coba kirim foto.")
Huh!
Akhirnya Nami menghembuskan napas berat. Ia akan panen foto Samudra setelah ini. Foto-foto privat yang tidak akan ditunjukkan ke publik.
("Mas, Junot minta fotonya Mas.")
Samudra mengirimkan foto terbaru detik itu juga.
Mampus!
Nami menahan napas. Spontan menjatuhkan wajahnya ke bantal dan menjerit di sana.
Nami bisa kehilangan kewarasannya apabila ia terus menampung foto-foto privat Samudra untuk ke depannya.
Foto habis mandi dengan rambut basah acak-acakan. Wajah fresh dan tanpa senyum. Yang lebih membuat Nami shock adalah Samudra yang mengenakan bath robe.
Nami kirimkan foto tadi kepada Junot. Nami ingin rasanya memindahkan semua foto-foto yang Samudra kirimkan ke akun google drivenya. Namun Nami tidak ingin melanggar batas.
("Fotomu sedikit kurang fresh. Kamu punya kantung mata. Schedullemu di sana sepadat apa? Kalau bikin capek, mending kamu cancel.")
Kening Nami berkerut membaca balasan Junot. Menurut Nami, fotonya Samudra tidak ada yang salah. Nami sampai memperbesar area mata dan titik-titik lainnya dari paras segar sang idola.
Bukan karena Nami mengidolakan Samudra secara buta, makanya berpendapat jika idolanya paling sempurna sedunia.
Kantong mata? Tidak ada. Hanya bentuk garis yang serupa dengannya. Bahkan Nami merasa malah dirinya yang lebih terlihat kantong matanya.
Sekelas Samudra pasti bisa menghilangkan kantong mata yang baru terbentuk tipis.
("Kurang fresh? He's perfect. Dia sempurna banget dan realistic. Dia ganteng.")
Nami sampai melayangkan protes dengan sok ngide membalas pesan Junot tanpa meminta izin kepada Samudra terlebih dahulu.
("Kak? Tiba-tiba narsis. Berasa ngobrol sama Ari.")
("But ... Kakak serius kurang fresh. Kakak nyambi bikin lagu lagi? Udah dibilangin kalau sekali-kali lupain bikin lagu dulu. Healing aja, Kak.")
Nami mengetikkan pesan lagi. Namun kali ini tidak untuk membalas pesan Junot. Melainkan pesan itu ditujukan untuk Samudra.
("Mas, si Junot ini kenapa nyuruh-nyuruh Mas kayak maksa gitu, sih? Apa emang gini sifatnya selama ini?")
Nami sebagai penggemar, tahunya si Junot ini orang yang bijak dalam bertutur dan bersikap. Mengapa Junot yang ia tangkap tadi adalah orang yang sok mengatur dan agak posesif.
Macam pacar saja.
Tapi bukankah mereka sesama lelaki?
Nami membenci pemikirannya.
("Haha. Maklumi saja, Nona. Junot itu memang berperan seperti orang tua diantara kami berlima. Dia hanya menunjukkan rasa pedulinya kepada anggota.")
Oh, begitu!
Nami yang tidak tahu rasanya dipedulikan ibu sendiri, jelas diam-diam meminta maaf dalam hati kepada Junot.
("Saya ngerasa berdosa sama Junot, karena berburuk sangka tadi. Jangan dipecat jadi fans, ya, Mas?")
Samudra mengirimkan voice note tawanya yang khas. Sepertinya Nami harus selalu siap siaga dengan serangan pesona Samudra.
Ya. Nami sadar bila Samudra tidak bermaksud tebar pesona. Akan tetapi, Nami mungkin akan tetap terpesona jika seandainya melihat Samudra didandani jadi pengemis.
Ya. Jadi penggemar Samudra itu menyerempet cinta buta. Salah satunya Nami.
Kalau jadi penggemar Samudra masih membuat pemikiran waras. Maka bersyukurlah.
("Mau minta maaf sama Junot secara langsung, tapi nanti ketahuan kalau yang pegang ponsel Mas bukan Mas Dirga.")
Nami deg-degan lagi. Dirinya memanggil Samudra dengan sapaan khusus seperti itu, rasanya seperti penggemar kelas VVIP alias pacar.
Astaga!
Nami harus segera menyadarkan diri akan kehaluan yang tak sopan. Nami harus ingat jika Samudra sedang berpatah hati diselingkuhi kekasihnya.
("Nggak papa, Nona. Sabar, ya? Sebentar lagi saya pulang. Untung cuma seminggu. Rencana awal, saya abis dari Milan ... mau ke Swiss. Tapi saya batalkan.")
Nami tentu bertanya alasannya dibatalkan.
("Rencananya saya ingin survey tempat pernikahan.")
Ah, sekarang Nami tahu mengapa itu batal!
("Mas, nanti kalau sampai New City ... saya traktir makan ayam rica-rica.")
Nami ingin menghibur Samudra. Meski dirinya sedikit trauma dengan kuah rica-rica yang pernah ditumpahkan ke badannya saat dituduh pelakor di masa lalu.
Nami menawarkan hal tersebut, karena ia tahu bila Samudra suka ayam rica-rica.
("Hehe. Boleh, Nona. Nanti kita ketemuannya di rumah makan favorit saya saja.")
Nami berusaha keras agar tidak salah mengartikan sikap baik Samudra. Nami harus tahu batasan antara penggemar dan idolanya.
Baru saja Nami ingin membalas pesan Samudra. Junot melakukan bom chat yang tidak penting.
Hmmm, image Junot sedikit tercoreng lama kelamaan. Nami seketika berkeringat dingin, karena bunyi notifikasi beruntun mengingatkannya pada teror rekan kerja.
("Mas, Junot, nih!")
Nami mengirimkan screenshot bomb chat Junot pada Samudra. Dan itu bersamaan dengan Samudra yang mengirimkan screen recording obrolan di grup karyawan kantor Nami dan screenshot foto dari Pak Kaze.
("Rekan dan bos Nona membuat saya geram.")
Nami menekan tombol play dan menonton screen recording grup chat kantornya yang memberondongnya dengan tugas-tugas.
"Hah?!" Nami membelalak saat Samudra membalas kalimat-kalimat bossy mereka.
Samudra mengatakan agar mengerjakan tugas sesuai job desk masing-masing dan jangan mengusik Nami, karena Nami memiliki pekerjaannya sendiri.
"Aduh, Mas!"
Nami seakan digali kuburan oleh idolanya. Mampus nasibnya besok saat ke kantor. Bisa dijadikan Nami geprek.
("Mas, saya takut ke kantor besok? Kenapa dibalesinnya begitu? Besok saya bisa dijadikan bulan-bulanan, Mas.")
Kemudian Nami lanjut membaca isi pesan Pak Kaze dari screenshot yang dikirimkan Samudra.
Pak Kaze mengucapkan selamat malam. Lalu merentet ke perkataan menjijikkan tentang ajakan kencan.
("Mas, diemin aja atasan saya.")
Namun tentu saja Samudra tak sependapat.
("Katakan pada Junot kalau hari selasa, saya sudah di New City.")
("Maaf, kalau saya lancang. Saya tidak tahan melihat praktek bully dalam bentuk apapun.")
("Bos kamu pantas mati.")
Nami terkejut dan tidak percaya jika seorang Samudra Dirgantara yang dikenal berimage lembut dan angelic dengan entengnya mengatakan soal kematian seseorang.
Namun jika dipikir-pikir, Nami sendiri juga pernah berkhayal jika Pak Kaze, rekan-rekan jahatnya, dan mamanya mati.
("Saya masih butuh pekerjaan itu, Mas. Jadi saya harus tahan. Selama Pak Kaze nggak nekat mengusik secara langsung. Saya nggak akan bereaksi. Anggap cobaan aja, Mas.")
Samudra tidak setuju. Menurutnya Nami mampu memutus rantai tersebut demi ketenangan diri.
("Apa saya diizinkan melihat CV nona?")
Untuk apa?
("Saya bantu nona mencari pekerjaan lain yang gajinya setara bahkan jauh lebih besar.")
Nami tidak bisa menerimanya.
("Nggak usah, Mas. Saya betah kerja di sana.")
Samudra tidak mengerti.
("Alasannya apa? Jangan siksa diri anda, Nona. Teman-teman anda, ayahnya pemilik perusahaan. Mengapa tidak mencoba apply di sana?")
Setidaknya Nami memiliki orang dalam lebih dari satu.
("Jangan memanfaatkan teman, Mas.")
Tidak. Menurut Samudra, itu bukan memanfaatkan. Namun seorang teman memang wajar dibutuhkan dalam situasi tertentu.
Lagipula Samudra heran. Masa teman-teman Nami tidak ada yang berniat menyelamatkan Nami dari lingkungan kerja yang buruk?
("Apa Nona Nami sudah pernah mencoba meminta tolong, tapi mereka menolak? Jika iya, tinggalkan teman-teman yang seperti itu.")
Sayangnya kecurigaan Samudra keliru.
("Saya nggak pernah cerita. Saya minta tolong agar mas keep masalah pribadi saya termasuk soal mama saya.")
