SAMUDRA PATAH HATI
(“Nona, pacar saya selingkuh.”)
Nami mengabaikan ponsel Samudra cukup lama hari itu. Pekerjaan di kantor seolah menerjangnya sampai bernapas pun ngos-ngosan. Belum lagi Nami harus menghindari Pak Kaze yang terlalu ingin berinteraksi secara tidak professional.
Satu deret pesan yang muncul dari Samudra, baru saja Nami baca. Nami mengetikkan balasan beberapa kali. Akan tetapi, ia merasa tidak yakin dan berujung menghapus berulang. Sampai akhirnya Nami memutar otaknya untuk memilih respon yang tepat untuk segelintir informasi yang sejujurnya tidak mengejutkan lagi bagi Nami.
Nami sudah mengetahui jika kekasihnya Samudra berselingkuh. Semua itu bermula ketika dirinya ditemui Rauf di kantor waktu itu. Mereka memutuskan untuk makan siang bersama, sekalian Nami mendengarkan cerita lengkap tentang urusan asmara Rauf.
Dari sanalah terkuak jika Raline, kekasihnya Samudra yang mengejar-ngejar Rauf dengan dalih cinta lama bersemi kembali setelah mengendap di balik hati selama sepuluh tahun. Rauf yang kembali dari studynya di luar negeri, rupanya kembali menggetarkan hati Raline yang jarang dipupuk oleh Samudra akibat satu alasan telak, yaitu sibuk.
(“Mas, maaf baru membaca pesannya. Mas kalau mau curhat, saya siap menjadi tempat sampahnya.”)
Tidak dibaca oleh Samudra. Nami berharap jika Samudra sedang menjalankan schedule saja daripada meratap menangisi cinta yang kandas. Nami sendiri saja tidak percaya jika pacar Samudra yang tampak polos dan manis itu mampu berpaling.
Namun Nami juga tidak bisa menyalahkan Raline seratus persen. Berpacaran dengan orang sibuk, terutama artis dengan jumlah penggemar wanita terbanyak dan dikenal bar-bar seperti Samudra memang tidak mudah. Bagaimanapun terlihat jelas jika Samudra lebih mementingkan karirnya daripada mempublikasi Raline ke publik.
Ting!
Samudra membalas pesan.
(“Nona, gadis yang diceritakan oleh teman Nona si Rauf waktu itu ternyata pacar saya, si Raline. Saya membaca semua obrolan di grup chat bernama Generasi Tusuk Sate. Saya hampir tidak percaya sampai membaca lebih dari sepuluh kali.”)
(“Saya kalah, Nona. Padahal saya sudah menyusun rencana menuju publikasi kekasih saya ke public dengan tujuan akhir ke pelaminan. Namun tampaknya Tuhan menunjukkan bahwa Raline bukan jodoh saya.”)
(“Maaf, saya terkesan lemah begini, Nona. Saya hanya sedang kecewa. Kecewa terhadap diri saya yang payah, karena terlalu lama mengulur Raline.”)
Nami menggigit bibirnya dengan lembut seraya memikirkan reaksi yang paling mungkin untuk ditunjukkan kepada Samudra. Nami penasaran dengan isi obrolan teman-teman dekatnya. Mengapa sampai Samudra mengetahui Raline yang mendua?
(“Mas, Rauf menolak pacar mas.”)
Maksud Nami, mungkin Samudra masih bisa memiliki kesempatan untuk menarik kembali sang kekasih agar tidak lepas sama sekali.
(“Saya tahu, Nona. Namun kekasih saya sudah selingkuh hati. Sama saja mendua. Saya tidak toleransi akan hal itu, Nona.”)
Ah, Samudra dan Nami sependapat. Meski belum berhubungan, akan tetapi jika hati telah tertarik. Maka sudah bisa disebut selingkuh. Selingkuh adalah kesalahan fatal dari sebuah hubungan yang juga tidak akan pernah Nami maafkan, mau apapun alasannya.
(“Saya turut prihatin, Mas. Kondisi Mas gimana sekarang?”)
Nami tahu bila kondisi Samudra pasti tidak baik-baik saja. Akan tetapi, Nami harus memastikan jika dari segi pemikiran dan fisik-Samudra masih dalam keadaan baik.
(“Tidak baik-baik saja. Saya butuh usaha untuk berkonsentrasi saat pemotretan majalah dan wawancara barusan. Untungnya saya masih bisa handle.”)
Nami tidak bisa munafik jika Samudra dan semua anggota Squirrel Crush adalah para musisi yang berdedikasi pada pekerjaannya. Jadi meski dalam kondisi serapuh apapun, mereka pandai menutupinya untuk selalu tersenyum di depan khalayak.
(“Ketika saya pulang nanti. Saya ingin memutuskan hubungan saja. Saya marah, tapi sungguh tidak kuasa membela diri. Saya sendiri yang salah, karena membiarkan Raline jarang ditemui. Lagipula Raline dan Rauf saling mencintai. Saya tak apa mundur.”)
Nami tidak sanggup membaca pesan patah hati dari Samudra. Mengapa ia membayangkan apabila Samudra begitu murung sembari menikmati anggur merah?
(“Mas, kalau mau nangis … nggak papa, kok. Saya bakalan diam dan nggak akan ngasih tau ini ke semua orang. Saya yakin nanti Mas Dirga dapat jodohnya yang udah disiapkan Tuhan.”)
Nami mendapatkan kejutan setelahnya. Samudra tiba-tiba mengirimkan beberapa swafoto dirinya. Ada yang diam, tersenyum sedikit, sampai terbuka lebar.
(“Saya sedih, tapi tidak sampai menangis.”)
Tidak sadar kah Samudra apabila beberapa fotonya bisa menyebabkan jantung Nami berdetak secepat kepakan sayap hummingbird?
Ah, itu berlebihan! Jika itu benar, maka jantung Nami akan hancur lebur.
Tapi apa maksud Samudra mengirimkan foto-foto barefacenya?
(“KENAPA KIRIM FOTO, MAS?!”)
Untung Nami tidak menderita mimisan atau serangan jantung mendadak. Nami memukul-mukul bantal saking tidak bisa menahan kekagumannya akan wajah Samudra yang menurutnya sangat tampan.
Ya, Tuhan!
Suasana hati Nami yang tadinya sedang berempati akan patah hati sang idola, sekarang mendadak jumpalitan kurang ajar.
Begitu mudah seorang Samudra Dirgantara memporak-porandakan suasana hatinya seolah bungee jumping.
(“Cuma ingin menunjukkan kalau saya tidak menangis.”)
Iya! Nami tahu, tapi tolong lain kali gunakan aba-aba dulu jika ingin mengirim swafoto! Nami tidak siap dan mendadak lupa kalau pria yang sedang menjadi lawan berkirim pesannya sedang patah hati.
(“Mas, sadar nggak, sih, kalau barefacenya itu bikin fansnya lupa daratan?”)
Nami kaget, karena pesan memalukan itu terkirim. Nami dengan cepat menghapusnya, tapi sayangnya Samudra sudah sempat membacanya.
(“Nona sekarang dimana?”)
Nami lega, karena Samudra tidak menanyakan tentang pesan yang ia tarik.
(“Di rumah, Mas. Baru pulang.”)
Duh, jantung Nami deg-degan parah! Nami harus menyadarkan dirinya agar tidak naksir berlebihan. Pasti perasaannya sekarang hanya rasa excited, karena Mas Dirga adalah Samudra, bintang idolanya.
SADAR, NAMI! IDOLAMU SEDANG PATAH HATI. JANGAN DIAMBIL KESEMPATAN.
(“Rumah Nona tidak mengambang di air atau melayang di udara, kan?”)
Pertanyaan macam apa itu? Namun Nami tetap menjawab pesan Samudra dengan sopan.
(“Di tanah, Mas. Tapi bisa jadi rumah-rumah di masa depan nanti, banyak yang ngambang di udara.”)
Nami yang tak mengerti arah pertanyaan Samudra pun semakin bingung. Malah dirinya menambah-nambahi dengan jawaban yang sama tidak jelasnya.
(“Katanya kalau melihat bareface saya, jadinya lupa daratan. Buktinya Nona masih ingat pulang ke rumah.”)
Astaga!
Pria itu membahayakan Nami. Sumpah.
Nami tak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum lebar. Untung ia tinggal sendirian. Sekarang Nami tertawa layaknya orang kurang waras.
Ya. Nami tidak waras gara-gara Mas Dirga. Ketika menjadi Samudra saja, pria itu sukses membuat Nami dan ribuan wanita lain kelojotan.
Rupanya mode Mas Dirga juga jauh lebih berbahaya untuk hatinya.
INGAT, NAMI! MAS DIRGA TIDAK MUNGKIN NAKSIR BALIK.
Ah, Nami yakin perasaannya sekarang bukan naksir! Namun hanya seperti euforia ketika kita bertemu idola.
Iya, bukan?
