Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8-Harusnya Menjauh

"Jangan singgah tanpa alasan. Dari situ saja kamu sudah punya alasan untuk tidak perlu bertahan."

***

Dara tersenyum kecil ketika membaca komentar-komentar unik di akun sosial media miliknya. Saat ini, ia sedang duduk-duduk di kantin menikmati jam kosong. Seraya menunggu Jessica yang masih memesan makanan.

"Bersyukur dah lo Pak Anwar kaga masuk." Dara mendongak melihat Jessica yang baru saja datang.

"Kalo ngga, mampus lo." timpal Jessica seraya meletakkan dua mangkok soto di atas meja.

Dara tertawa seraya menarik soto miliknya. "Berasa tenang jiwa gue tau dia gak dateng. Mati aja pr belum siap."

Jessica hanya memilih manggut-manggut singkat seraya memasukkan mie ke dalam mulut. Waktu-waktu berikutnya mereka habiskan untuk fokus pada makanan. Sesekali diam-diam bermain hp yang langsung dapat teguran dari Jessica karena tidak baik makan sambil main hp.

"Wes, bolos ngantin yak." Daniel yang baru saja selesai main futsal langsung ikut nimbrung dengan mereka.

Cowok yang bajunya basah karena keringat itu langsung saja menyambar mangkuk soto Dara suka-suka. Hampir saja membuat sendok dan garpunya terlompat jika tidak cepat-cepat ditangkap.

"Bangke lo Dan," Cewek yang rambutnya diikat tinggi itu memilih minum es tehnya, ternyata sotonya terasa pedas juga.

Cowok yang masih memakai pakaian olahraga itu hanya terkekeh polos seraya menyantap soto Dara lahap seperti tarzan kelaparan. Sementara Jessica yang melihat dua orang itu hanya geleng-geleng kepala. Untung bukan sotonya yang jadi korban keganasan Daniel.

"Hgmm jhagdhi ghimwana phedegkhate lu shawma Jhuan?" tanya Daniel seraya menyodorkan kembali mangkok sotonya.

Mendengar Daniel menyebut-nyebut nama Juan, Dara spontan melotot. Sementara Jessica langsung mendongak. Kenapa itu anak jadi orang ember banget sih?

"Kampret, mulut lo gue tambal juga lama-lama." salak Dara berbisik.

"Tunggu, maksudnya apaan ni? Juan? Pedekate?" Kening Jessica berkerut-kerut. Tidak mengerti pembahasan Daniel.

"Jadi gini Jes," Daniel mencondongkan tubuh mendekat.

"Si Dara itu-" kedua tangannya sengaja menutupi sisi bibir, berlagak agar tidak ada yang bisa dengar.

"-Lagi deket sama Juan!"

Kalau boleh, Dara ingin menjait bibir Daniel dengan akar cabe setan sekarang juga.

"HAH?! SERIUS LO?!" Jessica histeris, kaget sekaligus bingung. Sejak kapan?

"MASA IYA DAR? KOK LO GAK CERITA SAMA GUE SIH? OH GITU YA SEKARANG," Jessica melipat kedua tangan di perut, memalingkan tubuh.

Dara masih sempat-sempatnya menjitak Daniel kesal. "Tuh kan Jejes ngambek!" bisiknya sambil melotot dengan Daniel.

"Santai Jes, santai. Gausah ngegas, haha." Dara tertawa receh mencairkan suasana.

"Ih nggak kali Jes, si kudanil itu fitnah mah!" Ucap Dara sok manis, membujuk Jessica. "Kita kenal aja baru kok."

Jessica langsung menoleh secepat kilat. "Nah kan nah kan nah kan! Jadi beneran, lo suka sama 'tu orang'?" Jessica sengaja tidak menyebut merek, kalau sampai di dengar orang lain bisa-bisa auto geger.

"Yaa enggak. Eh gak tau juga. Entahlah. Gak tau lah gue."

Jessica menilik Dara dengan tatapan curiga, tidak percaya. Detik berikutnya Jessica justru menghela nafas berat.

"Kok bisa dia sih Dar? Masih banyak cowok lain kali. Gue kan udah pernah bilang jangan naksir sama Juan." kata terakhir cewek berambut gelombang itu lebih di kecilkan volumenya.

Melihat dua orang itu sedang asik berdebat, Daniel memilih menyantap soto mereka saja diam-diam. Kali ini ia memilih menyambar soto Jessica.

"Ya gimana ya Jes. Gue bukannya suka sama Juan, gue cuma penasaran aja gitu sama dia." elak Dara.

"Ngapain kepoin dia coba? Gaada kerjaan. Dia bukan anak baik-baik intinya mah."

"Dia baik kok!" bela Dara refleks. "Lo cuma belum kenal aja sama dia."

Jessica menatap Dara intens. Tampaknya teman dekatnya satu itu benar-benar mulai tertarik dengan Juan.

Jessica mendengus. "Semua orang baik kok, Dar. Cuma sifat buruknya aja yang bikin orang itu jadi keliatan jahat." Jessica membalikkan tubuh ke depan, berniat kembali menyantap makanannya.

"Gue bukannya benci sama dia. Gue cuma gak suka aja lo tertarik sama model cowok kayak begituan. Lo pasti udah denger sendiri seberapa buruk itu cowok." ucap Jessica setelah menyerut kuah soto.

"Intinya Dar, gue ngomong kayak gini karena gue gak mau lo sakit hati gara-gara suka sama cowok kayak dia." timpal Jessica lagi. Dara mengangguk mulai mengerti kenapa Jessica bersikap segitunya.

"Jadi saran gue, mendingan lo menjauh dari Juan, Dar. Sebelum terlambat."

***

"Jadi papa gak bisa jemput ya?" cewek yang memakai tas berwarna maroon itu berjalan menuju pagar bersamaan dengan beberapa murid yang lain.

Bel pulang sekolah sudah tiga menit yang lalu berbunyi. Jessica sudah pulang duluan karena ibunya meminta cewek itu untuk membantunya membuat kue. Sementara Daniel sayangnya ada latihan futsal sepulang sekolah. Kalau tidak kan, Dara bisa saja menebeng pulang dengan cowok itu.

Dara mendengus pasrah seraya menjatuhkan bahu lemas. "Yaudah deh, Dara pesen Grab aja."

Panggilan berakhir setelah ia sampai di depan pagar. Dara yakin Saga pasti sudah pulang dengan nenek lampir menyebalkan yang entah bagaimana bisa menjadi pacar cowok itu. Kalau sudah begini, dengan terpaksa ia harus pulang seorang diri.

Tangannya sudah bergerak hendak membuka hp memesan grab terdekat ketika seorang cowok memberhentikan motornya tepat disamping cewek itu.

Cowok itu mengangkat kaca helm. "Hei, Dar!"

Dara menoleh dan mendongak. "Eh? Hai... Juan."

Dara awkward. Tidak tau ingin bersikap seperti apa dengan Juan. Satu sisi ia masih ingat saran dari Jessica tadi siang. Satu sisi ia tak ingin orang-orang berpikir kalau ia benar-benar menyukai Juan.

"Pulang sama siapa?"

Dara mengerjap. "He? Gue?"

"Enggak. Kutu di rambut lo. Yakali." Juan tergelak.

"Eh, gue kutuan? Seriusan?"

Juan menatapnya gemas. "Ya enggaklah. Becanda anjir."

Dara terkekeh polos. "Gue pulang sama abang grab sih." cewek itu kembali memikirkan kalimatnya. Takutnya Juan salah maksud dan mengira kalau Dara pacaran sama abang-abang supir grab.

"Eh maksudnya, tadi tuh bokap rencana mau jemput. Tapi tiba-tiba gak bisa ada kendala. Ya udah gue disuruh mesen grab aja. Gitu." Jelas Dara kemudian.

Juan membulatkan mulut mengeluarkan suara oh singkat. "Udah mesen?"

"Belum sih."

"Mau bareng?"

"Ha?"

Lama-lama Juan makin gemas dengan cewek di hadapannya ini. Ia lantas tersenyum tipis. "Gue anterin lo pulang. Lebih aman kalo lo pulang bareng sama gue daripada naik grab. Lagian, gue juga udah tau rumah lo deket mana."

Mungkin niat Juan baik, namun Dara masih ragu. Kalimat Jessica tadi siang masih mengadu rayu di telinganya. Tapi masalahnya, akan lebih hemat uang jika pulang menebeng Juan saja.

Setelah berpikir matang-matang, Cewek berkulit putih itu lantas tersenyum.

"Gue naik grab aja deh."

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel