Pustaka
Bahasa Indonesia

Juandara

52.0K · Tamat
Cutputrikh
47
Bab
9.0K
View
8.0
Rating

Ringkasan

Katanya, Juan pembunuh bayaran. Katanya, Juan monster yang tak berperasaan. Katanya, segala hal yang menyangkut Juan itu membahayakan.Terlalu banyak 'katanya' sampai akhirnya membuat seorang Andara Xaviera sukses dibuat penasaran dengan cowok bernama lengkap Juan M Elkana itu. Menggubris stigma masyarakat sekolah yang selalu mengatakan bahwa Juan 'berbahaya', dan menantang Dara untuk membuktikan sendiri bahwa yang 'katanya' itu belum tentu betulan 'faktanya'. Penasaran kecil yang berhasil membuat Dara mengenal Juan lebih dalam. Penasaran kecil yang sukses menjebaknya semakin menjorok ke dalam jurang perasaan. Kini Dara mengerti; ternyata mencintai Juan, memang seberbahaya itu.

TeenfictionCinta Pada Pandangan PertamaKeluargaBaperSweet

Bab 1- Kabur Bersama

"Cewek gak bakalan baper kalo gak dibaperin. Cuma kadang cowoknya aja yang suka gak bertanggung jawab udah bikin baper."

***

"Dara, kamu keliatannya pucat. Lebih baik istirahat aja dulu."

Andara Xaviera, Gadis yang rambutnya di ikat tinggi itu menghembuskan nafasnya letih. Sudah dua puluh menit dia duduk bersender di dekat dinding untuk beristirahat sesuai ujaran pelatih karatenya. Tangannya lalu mengambil ponsel, membuka aplikasi kamera untuk berkaca. Melihat seberapa pucat memangnya dia.

"Aduh, kalo ketahuan bokap bakal ribet ini mah."

Dara menarik tasnya dan merogoh sesuatu di dalam tas. Tapi ternyata cewek itu lupa membawa lipstik. Kalo kayak gini, gimana caranya nutupin bibir pucatnya?

"Oy! Mie Burung Dara!" seorang cowok yang seperkaratean dengannya menyandar di sampingnya tiba-tiba. Gerakannya sedikit menyergap, sukses membuat Dara tersentak seketika.

Cewek itu menggerling malas."Eh kampret, bisa gak sih gak usah manggil nama gue kayak gitu?"

"Soalnya gue lagi laper."

"Apasih lo, gak jelas."

Daniel tertawa garing tanpa beban. Memang sudah menjadi rutinitasnya mengganggu Dara. Biasalah, mereka udah dekat sejak masih SMP. Makanya keliatan akrab banget. Sampai sering kali teman-temannya yang baru kenal mereka pasti mengira mereka pacaran, padahal mereka cuma sekedar teman.

"Sumpah capek banget, Dar. Dipijit enak nih." Daniel kemudian menyenderkan kepalanya di bahu Dara. Mengacuhkan Dara yang masih berkutat dengan bibirnya yang pucat.

Tuh kan! Mereka nempel banget kayak lem setan?

"Lo ngode ya? Mon maap gue gak mau peka."

Daniel memukul puncak kepala Dara pelan. "Lo ngapain sih Dar? Ngopek-ngopek bibir terus. Robek baru tau rasa lo. Auto jadi kembaran Venom."

"Dih! Gue gak ngopek bibir goblok! Lo liat nih, bibir gue pucat. Lah gue lupa bawa lipstik. Cukup tau ajalah gimana bokap gue kalo tau gue sakit."

"Yaudah sini biar gue bantuin bikin bibir lo merah." Daniel memonyongkan bibirnya yang langsung mendapat sambutan hangat dari tangan Dara yang langsung menoyor jidatnya menjauh.

"Najis. Gak ngerti lagi gue bisa punya teman otak mesum kayak elo."

Daniel tertawa. "Masih mending dibantuin."

"Bantu-bantu palalu gue sleding! Karena gue lagi lemes aja nih ya, kalo nggak udah gue piting leher lo."

"Yaampun Dar, kita belum ngapa-ngapain loh udah lemes aja."

Ngajak gelud ini mah.

Bersyukurlah karena hari ini Dara sedang tidak enak badan, kalau tidak mungkin mereka sudah bergelut betulan sejak tadi. Meski padahal tangan Dara udah benar-benar gatal ingin melemparkan Daniel ke kolam yang banyak piranha-nya sekarang juga.

"Dog lu, Dan. Btw video gue gimana? Udah selesai belum?"

Daniel berdecak kesal. "Lo tuh ya, yutub terus yang dipikirin. Lah gue kapan?"

"Bacot. Serius ini,"

Daniel terkekeh. "Iya, iya, Dar, udah. Ntar gue kirim. Lo pasti sakit gara-gara telat makan lagi kan? Asik bikin video terus sih lo. Tau rasa kan."

Dara terkekeh. Daniel tau benar. Karena itu ia sulit berbohong sama cowok itu. "Jadi partner peka amat lu. Mm masih lama ya latiannya? Gue balik duluan deh, mau istirahat. Videonya jangan lupa dikirim! Mau gue upload."

"Iya, iya Dar. Gaji gue jangan lupa di tf!"

Dara hanya tertawa singkat sebelum kemudian bangkit dan pamit kepada pelatihnya. Karena ia sepertinya harus pulang duluan.

***

"Ma, bilangin papa ya, jemput Dara."

Andara berjalan di tepi trotoar sambil bertelepon dengan Amira, mamanya. Sehabis dari tempat latihan, Dara berniat ke minimarket sebentar. Ingin membeli sesuatu.

"Iya, soalnya Dara mau istirahat." Langkahnya kemudian berbelok ke arah minimarket dua puluh empat jam di daerah tempat latihan karatenya.

"Bilangin papa jemputnya di depan Alfamart aja. Soalnya ada yang mau Dara beli." Cewek itu mendorong pintu mini market, bersinggungan dengan seorang lelaki yang berjalan keluar.

"Yaudah, ma. Dara tutup ya,"

Seusai menutup panggilan, cewek itu langsung mencari barang yang ia cari. Kemudian segera membayarnya ke kasir karena kebetulan yang ingin ia beli hanya sebuah lipbalm berwarna dan sebotol air mineral saja. Setelah itu ia berangsur ke luar untuk menunggu papanya di depan mini market.

Dara mengambil ponsel dan membuka kamera hp untuk berkaca sebelum memoleskan bibirnya dengan lipbalm yang barusan ia beli.

Bukannya lebay atau terlalu berlebihan. Masalahnya Dara tau betul apa yang akan terjadi jika papanya sampai tau alasan cewek itu sampai tidak enak badan. Tentu Dara tidak ingin sampai dipisahkan dengan dunia vloggingnya. Sudahlah selama ini melakukannya diam-diam, masa ketauannya hanya karena masalah kecil doang?

"Lagi nunggu taksi, dek?"

"He?" Dara menoleh kikuk ke samping. Om-om yang kalau dipandangan Dara keliatan genit itu tengah memandanginya.

Diliat oleh om-om seperti orang disampingnya ini membuat Dara risih. Namun mamanya selalu mengajarkan bahwa kita tidak boleh bersikap tidak sopan terhadap orang yang lebih tua. Jadi Dara memberikan respon seadanya saja.

"Enggak, lagi nunggu ayah."

"Ooh. Malem gini di daerah ini emang suka sepi,"

Dara tersenyum kikuk. Mungkin gak bisa dibilang senyum sih, setidaknya ia merespon seadanya. Karena setelahnya Dara fokus memandangi layar ponselnya.

"Masih sekolah ya dek?"

Ini om-om kepo banget sih?

Lagi-lagi Dara merespon kikuk. "Iya,"

Daripada repot menjawab pertanyaan om-om itu lagi lebih baik Dara memasang handsfree, berpura-pura mendengarkan lagu. Setidaknya om-om itu cukup peka untuk tidak bertanya lagi.

Awalnya Dara pikir om-om itu sudah tidak lagi mengajaknya berkomunikasi. Namun ketika merasakan sesuatu yang menggerayap-rayap di belakang tubuhnya membuat Dara refleks menoleh ke belakang.

Ternyata tangan om-om itu yang meraba-raba bagian belakang tubuhnya!

Dengan kemampuan karate yang ia punya, Dara langsung memelintir tangan om-om itu. "Sialan! Berani-beraninya lo nyentuh gue, brengsek!"

Lupakan soal petuah ibunya yang mengharuskan Dara untuk sopan. Sementara lelaki tua ini yang malah bertindak kurang ajar padanya!

Orang itu malah menyeringai. Dara mengumpati kondisi tubuhnya yang tidak fit sehingga mudah saja di hempas lelaki itu hingga ia terjatuh.

"Bilang aja kalo adek juga suka,"

"Sialan." Dara yang terduduk di lantai berdecih menatap tajam om-om itu.

BUGH!

Om-om itu terhuyung jatuh setelah seorang cowok menendang punggungnya kasar.

Cowok itu merangkak naik dan mencengkeram kerah om-om itu sebelum menonjoknya sekali. "Udah pernah gue peringatin buat jangan ngelecehin wanita lagi!"

Om-om itu yang mulai takut langsung mendorong cowok itu menjauh untuk kemudian berlari pergi. Cowok yang keliatannya seumuran dengannya itu kemudian bergerak mendatangi Dara. Membantu cewek itu berdiri.

"Thanks," ucap cewek itu seadanya seraya menepuk-nepuk seragam putihnya yang agaknya kotor.

"Orang itu orang cabul. Udah berapa kali dia gangguin cewek di daerah sini." cowok itu bersuara, membuat Dara menoleh.

"Udah sering digebukin dong dia?"

Cowok itu mengedikkan bahu. "Mungkin. Gue baru dua kali negur dia. Biasanya gue selalu ngomong baik-baik."

"Orang kayak gitu gak pantes dibaikin!"

Cowok itu tersenyum tipis. "Tapi ada kemungkinan bentar lagi dia pasti bakalan balik lagi kesini,"

Dara menaikkan alis. "Kok gitu?"

"Kemungkinan dia gak sendirian," cowok itu melirik ke ujung jalan. "Dia pasti bawa kecengannya."

Mata Dara membulat setelah melirik ke ujung jalan. Terkaan cowok itu benar. Dan jumlah orang-orang cabul itu ternyata tidak sedikit.

"Dan kita harus kabur,"

"Hah?" Dara makin gelagapan. Bagaimana jika papanya datang?

"T-tapi b-bokap-"

Tapi cowok itu malah menjulurkan tangannya. "Percaya sama gue,"

Percaya gimana kita kan belum kenal?

Namun Dara tidak ingin mati konyol atau apalah itu saat ini. Dia masih harus menambah subscribernya naik. Jadinya, dia memilih untuk ikut kabur dengan cowok itu saja.

***