Bab 6-Keras Kepala
"I want to know you through my eyes, not my ears."
***
"Gue cuma gak mau cewek kayak lo kenapa-napa."
Padahal itu cuma kalimat sederhana, tapi sukses membuat pipi Dara memanas seketika. Cewek kalau udah kebaperan agak aneh emang. Baru dikhawatirin sedikit, perasaannya udah terbang melayang sampai ke negeri jiran.
"Eh, tapi tunggu dulu deh, maksud lo cewek kayak gue itu apa ya?" Dara memiringkan kepala, bertanya bingung dengan sosok yang kini tengah menatapnya.
Sadar akan jarak mereka, Juan langsung menurunkan tangannya dari bahu Dara. Dan bergerak menjauh dengan santai.
Baru saja di buat baper dengan kalimatnya, Juan malah bersikap biasa saja. Lantas mengecek ponselnya yang baru saja bergetar di saku celana. Membaca sebuah pesan yang masuk.
"Kenapa?"
Juan mendongak, menurunkan ponsel dan memasukkannya kembali ke dalam saku. "Rumah lo dimana? Biar gue anterin." tanya cowok yang sebelah telinganya di tindik itu mengalihkan perhatian.
"Deket kompleks Berlian sih. Lo nanya rumah gue dimana mulu deh perasaan, suka sama gue ya lo???" Tuding Dara polos. Cewek itu memutar-mutar jari telunjuknya di depan wajah Juan, dilengkapi dengan raut wajah absurdnya.
Juan manggut-manggut mengiyakan. "Suka,"
Dara spontan terdiam. Padahal ia cuma bercanda.
"Lo lucu."
Mungkin, jiwa Dara sudah terbang tinggi menembus aspal kanada sekarang.
"Kayaknya asik temenan sama lo." Juan menjeda kalimatnya. "Tapi gue gak baik buat lo. Lo udah pernah denger itu dari temen-temen lo."
Gak baik kayak gimana sih Juan? Jelasin dong!1!1
Juan hanya bersikap biasa saja. Sesekali terlihat gelisah dipandangan Dara ketika ponsel cowok itu bergetar kembali. Namun raut wajahnya terus dipamerkan sesantai mungkin.
"Dimana rumah lo? Gue anterin sekarang."
***
"Sampe sini aja!" Cewek yang posisi berjalannya di depan Juan itu balik badan, menghentikan langkah cowok itu.
Mereka berhenti di depan pagar tetangga Dara yang jaraknya agak dua rumah dari rumahnya.
Dara terkekeh singkat. "Bokap gue galak. Entar lo bisa diinterogasiin sama dia. Bisa gak pulang lo sampe besok pagi."
Juan manggut-manggut. "Oh gitu, yaudah. Gue tunggu disini aja sampe gue mastiin lo bener-bener masuk."
Yaampun ni cowok, segitunya. Kurang baik apa lagi coba?
Kalau sudah ditatap Juan begitu, Bawaannya Dara ingin baper terus. Entahlah. Juan selalu sukses menarik seluruh perhatiannya.
Terkadang Dara juga tidak mengerti bagian dari Juan yang mana yang 'jahat' itu? Semua temannya berkata Juan berbahaya. Terutama Jessica, teman dekatnya sejak kelas dua SMP. Tapi Dara masih tidak mengerti di titik manakah bagian yang mereka maksud itu.
Oke. Dara masih belum paham kenapa Juan lebih memilih dibayar untuk kalah. Tapi apakah itu sebuah kejahatan?
Juan menjentikkan jarinya, refleks Dara tersentak. Lantas menyengir memandang Juan yang menatapnya bingung.
"Yaudah, gue pulang ya."
Juan mengangguk. Dara mulai balik badan untuk kemudian melangkahkan kakinya.
Habis ini Juan mau kemana ya?
Dara melirik ke belakang, Juan masih memperhatikannya.
Kenapa Juan ngebet banget ya anterin gue pulang? Emangnya dia mau kemana?
Dara menyentuh pagar rumahnya, berniat membuka pagar. Namun sebelumnya ia sempat memperhatikan Juan lagi. Juan mulai beranjak meninggalkan tempatnya berdiri.
Juan selalu memperingatinya, 'Jangan penasaran sama gue," dan seharusnya Dara mendengar itu karena jelas semua hal yang Juan lakukan bukan urusan cewek itu.
Tapi masalahnya, semua hal yang berkaitan dengan Juan selalu sukses membuatnya penasaran. Karena itu, dengan keyakinan penuh cewek itu mengurungkan niat membuka pagar.
Lantas menyusul kembali Juan secara diam-diam.
***
Juan merutuki kliennya yang memberinya job disaat Dara tengah bersamanya. Juan hanya tidak ingin orang lain tau tentang seluk beluk hidupnya. Apalagi orang itu Dara, yang semua orang tau adalah youtuber terkenal di sekolahan.
Meskipun sudah banyak gosip miring tentang cowok itu, rasanya masih aneh saja jika orang lain mengetahuinya secara langsung. Ditambah lagi, mereka tidak benar-benar tau ceritanya.
Mereka tentu akan semakin membenci dirinya.
BUGH!
Juan menatap wajah lelaki di bawahnya datar seraya mencengkeram kerahnya. Lelaki yang ia pukuli itu menatapnya nyalang. Mendecih yang salivanya bercampur dengan darah.
"Si brengsek Ago itu kan yang ngirim lo buat ngehajar gue?!"
Juan menatapnya datar. "Dia nitip pesan," Juan menarik kerah lelaki itu dan memukulnya sekali lagi. "Jangan deketin pacar dia. Atau dia bakalan ngasih lo pelajaran lebih dari ini."
Juan sudah bersiap-siap melayangkan bogemannya di udara, tepat ketika matanya menangkap sosok Dara di seberang jalan. Dara memandangnya dengan raut wajah tak bisa terbaca. Ini bukan pertama kalinya, cewek itu sudah pernah memergokinya juga sebelum ini.
Lengah, lelaki yang tergeletak di bawah Juan langsung mendorong cowok itu. Segera pergi dari sana. Merasa tugasnya sudah selesai, Juan memilih untuk menghampiri cewek itu.
"Lo kenapa ngikutin gue?"
Dara agaknya masih terlihat syok. Justru hal itu yang membuat Juan menjadi tidak tenang. "Kenapa lo ikutin gue sih? Gue udah pernah bilang buat jangan penasaran sama gue--"
"Juan, Gue gak mau denger tentang lo dari mulut orang lain. Gue yakin, lo pasti punya alasan kan?"
Juan hanya menatap Dara dengan raut wajah yang tidak bisa ditafsirkan tanpa ada suara. Melihat ada rombongan yang menuju ke arah mereka membuat Dara mengerutkan kening. Dara spontan melotot ketika salah satu dari mereka mencoba memukul pundak Juan dengan kayu.
"Juan!!!"
Juan terpukul lantas tertunduk ke depan. Namun ia dengan sigap berbalik dan menahan balok kayu tersebut.
Juan berhasil membuang kayu itu menjauh. Tapi sialnya, perkelahian lagi-lagi terjadi.
"HWAA INI APAAN INI ADA TAWURAN APA GIMANA KOK GAK BILANG ADUH GUE HARUS APA ANJIR!" Dara panik sendiri.
Sepertinya mereka adalah teman-teman cowok yang sempat Juan pukuli tadi. Terbukti dari salah satu bagiannya adalah lelaki tadi. Kalau dihitung-hitung, jumlah mereka ada lima orang. Dara jadi khawatir Juan akan kalah karena ini.
Dua orang lainnya terlihat ingin menghampiri Dara sementara ketiganya sudah hampir kalah semua melawan Juan.
Juan terbelalak, takut Dara menjadi korban atas apa yang ia perbuat. "DAR!"
"HWAAA!!!"
GEDEBUK BUGH BUK
"Waduh tuh kan ngedeketin sih, jadi di piting kan. Obatin jangan?"
Juan mengerjap. Terkejut terheran-heran melihat Dara yang ternyata sekuat itu melawan dua orang tadi sendirian.
Anjir... Ini cewek titisan Captain Marvel apa gimana?
Melihat Juan yang sedang lengah, si pria yang paling tua tampak memanfaatkan sikon dengan langsung menendang dada Juan. Juan terjengkang, dan langsung di hajar beberapa orang yang tersisa.
Dara mendekat ingin membantu. Beruntungnya, serunei polisi yang bergerak mendekat membuat orang-orang itu segera pergi. Dara menghampiri Juan yang sedikit babak belur.
"Juan! Lo bonyok!"
Bukannya menggubris, Juan justru bangkit dan menyambar tangan Dara. Menarik cewek itu untuk segera pergi dari sana. Juan tidak mau cewek itu sampai masuk ke kantor polisi karena terlibat perkelahian bersamanya.
Mereka lantas buru-buru bersembunyi di atas pohon, lagi. Tempat persembunyian andalan mereka.
Juan menetralisirkan deru nafasnya, lantas memandang Dara yang memandangnya dari tadi.
"Lo bengal." celetuk Juan sambil menahan senyum. "Kata jangan, malah jadi sebuah perintah yang harus lo lakuin."
Dara hanya menyengir polos.
"Tapi lain kali jangan Dar, bahaya. Lo udah ngeliat sendiri tadi seberapa bahayanya."
"Jangan ngomongin bahaya terus ah, bosen gue. Yang lain kek,"
Juan tertawa ditahan. "Pinjem hape lo bentar,"
"He?" Dara menaikkan alis bingung. Namun kemudian pelan-pelan menyodorkan ponselnya juga.
Juan tampak berkutat dengan ponsel miliknya dan ponsel milik cowok itu. Dara menyundulkan kepalanya hati-hati, mengintip.
"Tiati Juan, entar lo kecemplung ke bawah kayak gue waktu itu."
Juan hanya tertawa singkat. Lalu mengembalikan ponselnya kembali. Cowok itu lantas menatapnya seraya tersenyum. Membuat Dara menaik-naikkan alis penasaran dengan apa yang Juan lakukan barusan.
"Itu nomor hape gue. Lo bisa telpon gue kapan aja setiap lo butuh gue. Terutama disaat keamanan lo lagi terancam."
"Bisa collect ga? Gue suka gak punya pulsa soalnya." Dara malah tertawa receh. "Tapi kalo cuma sekedar kasih tau doang males ah."
Juan menggeleng, lantas menatapnya lekat. Membuat Dara menghentikan tawanya.
"Gue bakalan dateng."
***
