Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4-Penasaran

Awalnya cuma penasaran, ujung-ujungnya jadi suka beneran.

???

Dara melempar tubuh ke sofa. Pikirannya masih tidak tenang, memikirkan kalimat Juan yang masih menjanggal di otaknya. Kalau sudah penasaran begini, perutnya jadi ikutan lapar. Ingin ngemil, tapi gak ingin makan nasi. Tapi masalahnya stok cemilan sedang nihil di lemari.

Melihat saudara kembarnya yang sedang duduk seraya berkutat dengan laptop di atas karpet, bibir Dara terangkat iseng.

"Sager!" Dara menutup layar laptop Saga jail.

Saga mengumpat pelan sambil mendelik sebal.

Sebut saja Sager adalah panggilan kesayangan Dara untuk Sagara, saudara kembarnya yang mageran amat sampai Dara gak ngerti lagi. Boro-boro di suruh ini itu, diajakin main PUBG aja susahnya minta ampun. Dibujukin pake sate gratis juga gak mempan. Sangking magernya itu anak.

Alasannya selalu klise, "Masih banyak hal lain yang lebih penting kali, Dar. Kayak baca buku, misalnya."

Dara akui Saga rajin. Tapi juga gak jarang, dibalik buku yang mengcoveri wajah cowok itu, selalu ada hape di tengah-tengahnya.

Nonton youtube.

"Sagerrr perut gue laper nii ronta-ronta pengen ngemill,"

"Ya makan."

Dara mencebik. "Gak peka banget sih jadi kembaran! Beliin dong!"

Saga menoleh sekilas. "Mager."

Sudah Dara duga.

"Mageran banget sih lo krupuk udang! Kasihani saudara kembar lo yang cantik dan rajin tersenyum ini sekali-kali napa. Deket juga kok di ujung kompleks. Beliin napa..."Dara merengek, sambil mengerucutkan bibir di samping cowok yang rambutnya agak berantakan itu.

"Nah tu tau deket. Beli sendiri lah!"

Dara mendelik sebal. Berharap saudara kembarnya akan menurutinya itu sama saja dengan berharap si doi mau peka. Lama. Bahkan belum tentu mau bersedia.

"Loh lagi ngapain nih? Kayaknya lagi bahagia banget." Amira, mamanya yang baru saja selesai dari urusan dapur duduk di sofa. Mengambil alih channel tv.

Dara memutar bola mata. "Kita lagi berantem loh, ma."

"Oh ya? Masa sih? Siapa yang kesleding duluan? Ringnya mana? Gak seru dong kalo gak ada wasitnya. Mama aja yang jadi wasitnya ya? Mau?"

"Mamaaa," Dara menjatuhkan bahu lemas. Mamanya sama saja.

Selang beberapa detik, papanya pulang. Wavi yang masih memakai pakaian kantor segera menghampiri Amira, istrinya.

"Maaf, aku gak tau kamu pulang cepet." Amira bangkit, menuntun suaminya duduk di sofa.

"Gapapa. Lagi jam istirahat makan siang, sayang." Sambung Wavi seraya mengecup puncak kepala Amira lembut.

Melihat romantisme papa mamanya selalu sukses membuat Dara iri. Kepingin juga. Akhirnya, cewek itu memutuskan untuk pergi saja.

"Udah ah, Dara mau pergi ke mini market aja. Dara pamit ma, pa,"

Setelah mencium punggung tangan Amira dan Wavi, Cewek dengan sendal bulu-bulu kelinci itu beranjak berdiri. Tidak lupa menendang paha Saga jail, sebelum kemudian benar-benar pergi meninggalkan ruang tengah.

***

ANDARA

Dan

Dan

Dan

Dan

Dan... Bila esok...

Dan

Danieeellll

KuDanielll

DANIEL

Makan besi sambil vaping

Apaansi nying

Dara yang tengah duduk di depan mini market melumat es krim vanilanya pelan sambil mengetik.

DARA

Gw mw bikin video prank

Bikinin konsepnya yaa?!?!

Tq?

DANIEL

Daniel sent you a photo

Asiyapp bosqu?

Dara terkikik membaca respon Daniel seraya menggigit es krim tangkainya. Tepat ketika ia mendongak, matanya spontan memicing.

Eh kek kenal...

Dara memperhatikan lebih jelas ke arah seorang pria yang sedang berjalan di seberang jalan. Cewek yang rambutnya digelung itu meneliti lebih jeli. Ternyata benar, itu Juan.

Lah, Mau kemana dia?

Oke. Ini lebih besar daripada rasa penasarannya mengenai kenapa bakso bentuknya bulat. Atau siapa yang lebih duluan lahir ayam atau telur. Juan jauh lebih membuatnya merasa penasaran.

Dengan yakin, Dara diam-diam mengikuti kemana cowok itu pergi. Menyusuri jalanan yang agaknya sepi. Dara semakin penasaran, mau kemana Juan itu pergi. Tempat apa yang ingin Juan datangi. Melihat lingkungan yang mereka lewati itu agak asing dan gelap, membuat Dara jadi bergidik ngeri.

Juan kemudian masuk ke dalam sebuah bangunan yang agaknya usang. Dara mengintip sebentar. Setelah merasa Juan sudah menghilang, barulah Dara masuk ke dalam bangunan itu.

Dara berjalan perlahan. Begitu masuk ke dalam, sungguh jauh dari apa yang sempat cewek itu bayangkan. Di dalam bangunan itu ramai orang, meskipun agak sedikit minim cahaya.

Di tengah-tengah ramainya orang, ternyata ada sebuah ring tinju. Dara semakin mengerutkan kening bingung.

Tempat apaan sih ni?

"Eh, ada cewek cantik nih disini. Sendirian aja nih Jod--?" seorang cowok mengajaknya bicara. Tangan cowok itu mulai berani untuk menggapainya, dengan sigap Dara langsung memutar pergelangan tangan cowok itu.

"Aw aw aw sakit sakit sakit!"

"Makanya jangan gatel jadi orang! Kalo gatel beli kalpanax sana ampuh dah tuh!" Dara melepaskan cengkeramannya, lalu melihat kembali ke arah ring.

Sedangkan cowok yang disampingnya itu hanya mengelus-elus pergelangan tangannya kesakitan, dengan wajah menyedihkan.

"Juan mana ya? Kok hilang?" Dara celingak-celinguk, mencari sosok Juan.

Ketika Wasit sibuk berkoar-koar dan petinju mulai masuk ke dalam ring, Dara berniat untuk menonton. Namun matanya langsung terbelalak ketika melihat orang yang ada di dalam Ring.

Yang memakai sarung tinju Biru itu Juan. Jadi Juan ikut Pertandingan Tinju Ilegal?

"Omfg! Ini pertama kalinya gue liat cowo shirtless selain saga. Juan ganteng banget!" Dara membulatkan bola mata terpesona sambil tersenyum sumringah.

"Duh duh gimana nih? Bikin story gak yah? Eh jangan deng ntar ketauan dong gue stalkerin Juan. Aish gimana dong?"

Tiba-tiba terdengar suara di sebelah. "Gue berani taruhan, Juan pasti kalah lagi."

Dara menoleh ke samping, memperhatikan cowok yang sempat mengusiknya tadi sedang berbicara dengan temannya.

"Kayaknya enggak deh masa iya dia kalah lagi. Kalo emang kalah lagi, pasti disengaja."

"Kok gitu?" Dara ikut menimbrung. Sempat membuat dua cowok itu mengerjap polos.

Si kaos hitam menggaruk tengkuk bingung, "Yaa gimana ya. Juan itu dulunya jawara tinju. Selalu aja menang, persetan lawannya lebih gede dari dia sekalipun."

Dara beroh ria. Tidak menyangka Juan sehebat itu.

"Tapi belakangan ini, dia lebih sering kalah. Gatau karena apa ya. Dia jadi kek lemah gitu. Padahal dulunya kuat amat." Si kaos hitam menggeleng tidak mengerti.

Dara hanya manggut-manggut mengerti. Oh benar saja. Selang beberapa waktu, pertandingan pun usai. Dan Juan dinyatakan kalah.

Dara semakin penasaran. Jika memang Juan kuat, lalu kenapa dia kalah? Padahal kalau diliat-liat, lawannya itu yang justru keliatan lebih lemah darinya.

Juan yang hendak turun dari ring, sempat hampir menangkap adanya cewek dengan baju rumahan itu. Tapi Dara buru-buru bersembunyi di balik si kaos hitam tadi. Setelah Juan kembali menghadap ke depan, barulah Dara keluar dari persembunyiannya.

"Juan mau kemana lagi nih? Ikutin gak ya?"

"Emm Jangan deh."

"Eh ikutin aja deh."

"Ah nanti ketauan gimana?"

"Anjir bingung sendiri gue."

Setelah menimang-nimang, akhirnya Dara mengangguk yakin. Tentu saja, bagaimana cerita ini akan menjadi menarik jika Dara tidak mengikuti Juan diam-diam lagi bukan?

Dengan langkah mengendap-endap, Dara mulai beraksi lagi. Mengikuti kemana langkah cowok dengan tubuh atletis itu tertuju.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel