Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3-Tidak Perlu Kenal

Kalo kata orang, punya temen yang super ganteng itu adalah hal yang sangat luar biasa.

Tapi bagi Dara justru biasa saja. Dia berteman dengan Daniel, Anggota geng paling ganteng dan most wanted di SMA Satya Bangsa. Bahkan ia juga sudah terbiasa berinteraksi dengan Gavin dan Bara. Teman-teman sepergengan Daniel yang tak kalah kerennya.

Mereka bertiga ibarat perwakilan cowok ganteng di tiap tingkatan kelas. Si keren Bara kelas sepuluh, si petakilan Daniel perwakilan kelas sebelas, dan si dingin Gavin kelas dua belas.

Dan tentu saja banyak siswi-siswi yang iri dengan Dara. Terutama seniornya. Tapi kembali lagi ke topik awal, cewek itu hanya biasa saja.

Kurang apa coba?

"Dar, bisa kali bagi satu. Masa iya itu cogan lu embat semua." begitulah kiranya celetukan Jessica mengenai Daniel dan teman-temannya.

"Apanya yang cogan. Titisan kodok zuma iya mah."

"Matalu noh yang ketutupan beler, geblek." Sarkas Jessica sambil menoyor jidat Dara. Terkadang Jessica suka heran, bagaimana bisa cewek itu tidak tertarik dengan aura kegantengan Daniel.

Apa Dara tidak normal?

Kau bertanya dengan rasa ragu

Seberapa besar cintaku padamu... ?

Seseorang bernyanyi lagu Ragu-Rizki Febian, diiringi musik gitar sebagai pemerdunya. Seluruh anak kelas langsung mengalihkan perhatian. Memandangi Daniel yang sedang bernyanyi dengan gitar yang menggantung di lehernya seraya berjalan ke arah Dara.

Tak perlu kau ragu lagi

Cukup jalani dan rasakan

Ohhh... Oh my lady... ?

Dara dan Jessica saling bertatap-tatapan sambil mengerjap. Memandangi Daniel yang keliatan sok keren.

"Gimana Dar? Makin ganteng kan gue?" Tanya Daniel sambil menaik-naikkan alis.

Sorakan cieee dari anak kelas spontan terdengar kemudian. Sementara Dara malah tertawa terbahak-bahak.

"Sumpah ya, suara lo kayak kuda lagi sakit tenggorokan tau gak. Kayak ada becek-beceknya."

"Uw, seksi dong suara gue." timpal cowok itu sambil menurunkan dagu dan tersenyum lebar.

"Lagian lo ngapain sih, sok-sokan nyanyi gitu. Diikira mau ditembak gue sama lo." Dara menggeleng keheranan.

"Eh, jangan sekarang dong main tembak-tembakkannya. Ntar di kamar aja." goda Daniel berbisik, Dara bergidik jijik.

Cewek itu melempar kotak pensilnya ke arah Daniel. "Edasar lo kudanil Bercula satu!"

"Eittt," Daniel menghindar. Tapi malah tidak sengaja memijak kaki bu Mina yang entah sejak kapan berdiri di sampingnya.

"DANIELL!"

"Hadir bu," sahutnya polos.

Bu Mina melotot sambil menjewer kuping Daniel, "Ngapain kamu ngamen di kelas ini hm?"

"Loh bu, masa saya ganteng-ganteng dikata mau ngamen."

"Cepat balik ke kelas kamu!"

Daniel manggut-manggut cepat. "Ahshiiaapp ibu teacher." cowok itu lantas berlari keluar kelas tanpa membuang-buang waktu.

Bu Mina menggeleng sekilas setelah membuang nafas gusar. Seusai meletakkan buku dan tasnya, Bu mina menyuruh Dara yang duduk paling depan untuk mengambil bahan alat peraga kimia untuk praktikum hari ini.

"Di lab kimia ya bu?"

Bu Mina mengangguk. "Pokoknya kamu cari aja di atas lemari, paling ujung."

Dara mengangguk sekilas, sebelum kemudian izin keluar kelas untuk pergi ke lab kimia.

***

Dara memasuki ruangan lab kimia. Bergerak mencari alat peraga yang bu Mina maksud.

Ketika ingin berbelok ke lorong rak sebelahnya, refleks ia hampir menabrak seseorang. Dara lantas memundurkan langkahnya.

Ada Juan.

Dara gelagapan. Belum lagi ingatan bagaimana cowok itu menghajar siswa di belakang toilet tadi yang masih membekas.

Apa Juan berniat memaksanya tutup mulut?

"G-gue beneran gak bakal ngadu. Serius!" Dara mengangkat dua jarinya. Dara berbalik badan hendak pergi.

"Hm," Namun Juan hanya berdeham. Lalu berjalan melewati Dara hendak membersihkan rak kaca di depan cewek itu.

Dara memiringkan kepala heran. Reaksi Juan jauh dari apa yang ia bayangkan.

"Lo... Gak marah ya? Gue udah mergokin elo loh tadi? Lo gak takut gue laporin? Gue bisa aja loh ngelaporin elo sekarang?"

Juan menatapnya sekilas. "Itu hak lo. Gue gak bisa ngelarang."

Melihat Juan yang ternyata tidak seemosional yang ia prediksi, Dara tersenyum. Cowok itu bersikap seperti di hari mereka pertama bertemu.

Jadi yang orang-orang tuduhkan itu hanya hoax kan?

"Lo ngapain disini?"

"Di hukum."

Dara berjalan mendekat, berdiri di sebelah cowok itu. Menilik Juan yang sungguh teliti mengerjakan apa yang harus ia kerjakan. "Gara-gara?"

"Gak masuk pelajaran."

Mungkin yang Jessica bilang ada benarnya. Juan itu sejenis bad boy yang doyan bolos masuk kelas.

Kalau begini, Dara jadi semakin penasaran.

"Jadi bener ya... Lo itu... pembunuh bayaran?" tanya Dara hati-hati.

Juan melirik Dara sekilas. Tapi kemudian kembali fokus membersihkan bagian rak yang lain.

"Lo beneran bisa bunuh orang ya? Lo pernah masuk penjara? Lo itu jahat ya Juan?" pertanyaan naif Dara membuat Juan sempat menghentikan pekerjaannya. Tapi kemudian memilih mengacuhkan.

"Emm... Sorry kalo pertanyaan gue ganggu--"

"Kenapa lo mau tau?" Juan akhirnya bersuara. Dara spontan mendongak.

"Karena gue mau kenal lo lebih jelas."

Juan meletakkan kemoceng yang ia pegang di atas rak.

"Karena menurut gue, gosip itu cuma hoaks doang. Lo keliatannya baik kok. Kalo enggak mana mungkinkan lo nolongin gue waktu itu?" timpal Dara dengan wajah antusiasnya. Cewek dengan rambut gelombang itu tersenyum, menebas aura tegang diantara mereka.

Juan menghembuskan nafasnya pelan. Sebelum kemudian balik badan. Berjalan mendekat. Melihat reaksi Juan, Dara refleks mundur.

Tidak sengaja siku cewek itu menabrak pilar lemari, membuat lemaru itu agaknya bergoyang. Juan bisa melihat kalau molekul-molekul buatan yang ada di atas lemari itu hendak jatuh, dengan sigap Juan menarik Dara ke dalam pelukannya. Melindungi kepala cewek itu dari molekul-molekul buatan yang berjatuhan.

Dara tersentak kaget dengan gerakan yang serba tiba-tiba itu. Cewek cantik itu kemudian melirik Juan yang masih merangkul pinggang dan kepalanya.

Kemudian cowok itu bergumam setelah perlahan menjauhkan tubuh.

"Gak perlu kenal gue lebih deket." Juan menatap Dara intens, tidak sekalipun melirik ke arah lain.

Dara menaikkan alis bingung.

"Seperti kata temen-temen lo, gue bukan anak baik-baik. Gue berbahaya buat lo."

Dara meneguk salivanya berat. Beradu tatap lebih dari satu menit dengan Juanlah yang menurutnya berbahaya.

"Ba-haya?" ulangnya sekali lagi.

"Gue bisa bikin lo jatuh cinta. Dan disaat gue juga ngerasain hal yang sama, gue gak bakalan pernah bisa ngelepasin elo gitu aja."

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel