Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2- Bahaya

"Kau membiusku dengan pesona. Membuatku tidak merasa. Bahwa menyukaimu, mungkin saja hanya membuatku terluka."

***

"Sstt..." Cowok itu berbisik, Dara mengangguk mematuhi.

Saat ini mereka sedang berada di atas pohon. Berlindung dari kejaran rombongan orang-orang mesum di mini market tadi.

"Kenapa gak dihajar aja? Lo keliatannya jago berantem," ucap Dara bisik-bisik. Tapi cowok itu hanya memandang ke arahnya sekilas.

Orang-orang tadi mulai keliatan di bawah sana. Celingak-celinguk mencari mereka. Setelah lama tidak berhasil menemukan, akhirnya orang-orang itu pergi juga.

Dara tertawa. "Ngakak gue ya ampun. Itu orang gak liat apa kita ada di atas sini? Hahaha"

"Coba tadi liat ekspresi mereka kek orang bego nyari-nyari kita. Anjir, anjir." Dara menepuk-nepuk dahan, sangking menahan tawa.

"Lagian alay banget sih pake ngejar-ngejar segalAAA--"

BRUKK!

"Aduh,"

Cewek itu jatuh tersungkur. Dengan cepat cowok tadi langsung turun dari pohon mengeceknya. Untung saja orang-orang tadi sudah tidak kelihatan lagi.

Cowok itu berjongkok, dan menunduk. "Lo gak papa?"

Disaat-saat seperti ini, Dara masih saja bisa ketawa. "Ciee panik yaaa?!"

Cowok itu mendelik. Dara spontan terdiam.

"Dimana rumah lo? Biar gue yang anterin."

Dara mengerjap. "Hah?"

"Lo cewek. Bahaya kalo pulang sendirian malem-malem. Plus lo juga keliatan lagi gak enak badan."

Dara memblushing. Cowok itu menelitinya sekali. Ditambah lagi wajah cowok itu yang juga ganteng banget kayak orang korea. Duh, Jadi baper...

"Ah, gak usah! Gue udah dijemput sama bokap. Nah! Itu kayaknya mobil bokap gue!" Dara menunjuk ke arah mini market, tampak ayahnya yang sedang keluar dari mobil.

Dara bangun lalu berlari. Ia hampir lupa dengan cowok tadi, jadi cewek itu berbalik lagi.

"Thanks, udah bantuin gue. Tadi itu seru banget!" Dara terkekeh. Sebelum kemudian langsung berlari menyusul mobil papanya di depan mini market..

"Dari mana?" Wavi, papanya, bertanya.

"Dari sana." Dara langsung masuk ke dalam mobil.

"Itu siapa? Temen kamu?"

Dara menggeleng. "Bukan."

"Pacar?" Terka Wavi lagi.

"Bukan juga,"

"Terus?"

Dara melirik Wavi sebentar, sebelum kemudian terkikik geli.

"Kepo." Balas cewek itu sekenanya, melempar pandangan ke luar jendela.

Wavi hanya mendengus singkat sebelum kemudian menyalakan mobil. Segera melaju dari sana.

***

Dara menyesali tidak sempat berkenalan dengan cowok semalam. Setidaknya dia tau namanya. Lumayan kan, ditolongin sama cowok ganteng kayak yang di film-film gitu?

"Gilak! Viewers video lu udah hampir sejuta aja Dar?!" Jessica berteriak histeris di sampingnya.

Dara hanya senyum-senyum sok tersipu sambil berlagak nutup-nutupin bibir dengan sebelah tangan. Kayak kembang desa yang baru aja dilamar sama cogan kota.

Cewek yang dandanan rapinya selalu membuat Dara iri itu tergelak geli. "Anjir, Jijik gue liat lo kek gitu Dar." toyor Jessica. "Jaim-jaim bangsat."

"Tai lo. Sesekali kan jadi cewek jaim gitu." Jawab Dara sambil tertawa. "Jangan lupa di like! Awas kalo enggak!"

"Dih maksa. 1 like 10 juta."

"Dih perhitungan. Gue bilangin cowok gue lo ya?!"

"Dih jones, kek punya cowok aja lu."

"Loh, lo gak tau? Gue udah kencan onlen loh sama Christian Yu."

Jessica tergelak geli sambil menoyor Dara jengkel. Kemudian tidak ada yang berbicara lagi. Hanya tawaan ringan sepanjang perjalanan menyusuri koridor.

Tepat ketika melewati ruang BK, seorang cowok keluar. Keduanya refleks memelankan langkah. Dara masih ingat jelas, itu cowok semalam.

Mereka saling beradu tatap sejenak. Sebelum kemudian cowok itu melengos pergi melewati mereka.

Dara masih speechless, baru tau kalau ternyata cowok itu satu SMA dengan dirinya.

Jessica tiba-tiba berdecak. "Gila ya, tuh anak pasti habis bunuh anak orang lagi." Jessica berceletuk asal setelah punggung cowok tadi menjauh.

Dara spontan menoleh. "Hah? Bunuh? Ah lu kali yang gila mah. Masa iya cowok seganteng dia kayak gitu."

Kali ini Jessica yang menatap Dara. "Serius lo gak tau dia itu siapa?"

Dara menggeleng jujur.

Jessica mendengus. "Dia itu Juan. Jangan deh coba-coba kenal sama dia. Apalagi deket-deket dia. Bahaya. Bukan anak baik-baik dia mah."

"Masa sih?" Dara bertanya tidak percaya.

Jessica mengangguk. "He such as a badboy. Berbahaya pokoknya. Jangan sampe suka sama dia. Lo boleh suka sama cowok mana aja Dar. Daniel kek, Supriadi kek, terserah. Asal jangan Juan."

"Seberbahaya itukah?" Dara menaikkan sebelah alisnya.

Jessica mendengus. Entah harus kata-kata macam apalagi agar Dara percaya. "Orang bilang, dia itu pembunuh bayaran. Rela ngelakuin apa aja demi uang."

"Tapi mana mungkin lah dia bunuh orang. Kalo dia emang pembunuh, pasti dia udah masuk penjara kali Jes."

Jessica mengedikkan bahu. "Siapa yang tau sih Dar. Psychopat itu bisa aja menghapus bukti-bukti kalo dia udah ngebunuh orang."

Dara masih menatap Jessica tidak percaya. Karena itu Jessica menunjuk ke arah punggung Juan di ujung koridor yang hampir menghilang. "Lo liat deh, gak ada satu pun orang yang berani beradu tatap sama Juan. Karena apa? Karena Juan itu bahaya."

Benar apa yang dikatakan Jessica. Orang-orang yang ada di sekitar koridor tidak ada yang berani menatap Juan. Bahkan terkesan seperti menjauhi cowok itu. Dara pikir, itu hanya pemikiran alaynya saja. Tapi ternyata tidak.

Memangnya, seberbahaya itu kah?

"Intinya, Dar. Jangan deket-deket sama Juan. Dia bisa aja nyelakain elo. Siapa yang tau kan?"

***

Tadinya Dara hanya izin ke toilet sama guru karena ingin buang air kecil saja. Tapi begitu mendengar suara riuh yang ada di belakang toilet, membuat langkahnya jadi terhipnotis untuk menuju sumber suara itu.

"Ha! Astaga!" Dara menutup mulut dengan tangan, terkejut dengan apa yang baru saja ia lihat.

Dua orang tengah saling baku hantam di belakang toilet. Oh, mungkin tidak dapat disebut saling. Karena hanya satu orang yang lebih mendominasi perkelahian.

Dan orang itu adalah Juan.

"Jadi bener? Juan itu... Berbahaya?"

Salahkan saja rasa penasaran Dara yang terlalu over dosis sampai membawanya kesini. Kalau tidak kan, Dara tidak akan sengaja menonton pertunjukan mengerikan ini?

Dara memang atlet karate. Tapi baru kali ini cewek berambut panjang itu melihat seseorang menghajar orang lain habis-habisan. Ditambah lagi yang membuat ia semakin tidak menyangka adalah mengetahui Juan yang menjadi dalang kejadian ini.

Dara pikir Juan itu baik. Jadi ternyata tidak?

"Aduh gue harus gimana ini? Lapor? Lari? Atau berhentiin?"

Juan terus-terusan menonjok lawan yang terlihat tidak mampu melawan di bawahnya itu. Dara semakin garuk-garuk kepala tidak tau apa yang harus ia lakukan.

"Gimana kalo entar gue yang kena? Kalo gue yang di hajar gimana?"

"Youtube gue gimana? Subscriber gue belum naik elah! Followers ig gue baru 400k!"

"Ah! Bodo amat! Gue lari aja,"

Dara buru-buru pergi. Namun sialnya ia terpaksa terjungkang gara-gara tali sepatunya yang tidak diikat. Sukses mengambil alih perhatian Juan. Juan langsung berhenti melayangkan tinjuannya.

"Aishh," Dara meringis lalu bangkit berdiri. Ia balik badan, gelagapan, karena kini tengah ditatap intens oleh Juan dari jauh sana.

"G-gue... Gue gak bakal laporin. L-Lo tenang aja." Dara gelagapan. Dengan langkah terseok-seok ia lalu pergi dari sana. Berlari kalau bisa.

Karena mungkin saja, keamanannya sedang tidak baik-baik saja sekarang.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel