Bab 11-Kode Terbuka
"Tak perlu meragu. Aku siap selalu berada di sisimu."
***
Juan memberhentikan motornya tatkala sampai di depan rumah tetangga Dara, seperti pertama kali dia mengantarnya pulang. Dara melambaikan tangan, sebelum kemudian melangkahkan kaki menuju rumahnya sendiri.
Namun baru selangkah, cewek itu balik badan lagi. "Sekarang gue ngerti kok Juan,"
Juan mengangkat sebelah alis bingung.
"Kenapa gue bahaya kalo deket-deket sama elo."
Juan menumpukan tubuh pada setang motornya, mendengarkan Dara lebih seksama.
"Sebenernya, yang berbahaya itu ancaman-ancaman yang ada di sekitar lo. Lo gak mau orang lain malah jadi kena sasaran gara-gara bahaya yang mengancam elo. Karena itu lo takut gue kenapa-napa kan?" terka Dara sumringah. Kemudian manggut-manggut, seolah mulai paham. Juan hanya fokus mendengarkannya saja.
"Tapi bukan berarti orang lain gak boleh deket-deket sama elo. Justru, setelah gue ngeliat kehebatan lo dalam ninju anak orang," Dara meninju-ninju udara, mengikuti gaya Juan. "Gue malah ngerasa kalo gue bakalan aman jika di deket elo. Ya meskipun elo banyak masalahnya." kekeh cewek itu di akhir kalimatnya.
"Tapi buat apa harus takut sama bahaya? Kan ada elo. Yang bakal ngelindungin gue. Iya kan?" Dara tersenyum. Mengacuhkan pernyataan sok tahu-nya yang mungkin tidak masuk akal. Tapi benar juga bukan?
Juan tidak menyangkal kalimat-kalimatnya. Hanya menatap cewek itu serta tersenyum manis. Refleks membuat Dara menggaruk belakang telinganya canggung.
"A-Em, udah itu aja. Yaudah, Gue balik duluan deh. Hati-hati." Dara membalikkan tubuh. Segera melangkahkan kaki untuk cepat-cepat pulang.
"Dar, bentar." Dara berhenti melangkah, lantas balik badan lagi. Juan ternyata menyusulnya.
Juan lantas menyodorkan sebuah buku kepadanya. "Buat lo,"
"Ha? Tapi katanya buat adek lo?"
Juan mengangguk. "Gue beli dua. Satu buat adek gue, satu sengaja buat elo. Cuma tadi hampir lupa ngasih."
Dara menurunkan pandangan, melihat novel yang sempat membuatnya tertarik saat di toko buku tadi. Namun cewek itu masih ragu menerimanya.
Melihat Dara yang tak kunjung bergerak, membuat Juan mengerti lantas menarik buku itu kembali dengan pelan.
"Lo takut- duitnya gak halal ya?"
Dara terbelalak. Juan salah paham. "Eh enggak!" sergah cewek itu seraya mengambil buku itu dari tangan Juan. "Gue cuma takut gak kebaca aja." cicit cewek itu merasa bersalah.
Juan menarik sudut bibir. "Gak papa kali, simpen aja." Dara lantas mendongak menatapnya.
"Anggap aja itu hadiah dari orang yang-" Juan mencondongkan tubuh, mendekatkan bibirnya di samping telinga Dara. Sukses membuat Jantung Dara senam aerobik seketika.
"Bakalan terus ngelindungin elo." Juan tersenyum, seraya mengacak rambut Dara gemas. Sebelum kemudian benar-benar pamit pulang. Meninggalkan Dara yang hampir saja jatuh pingsan kalau tidak ada pagar di belakangnya.
Astaga Juan, lo emang hobi bikin terbang anak orang apa gimana woy?!?!
***
Andara menggaruk sikunya canggung. Menatap lurus Bu Garfina yang juga duduk di hadapannya itu.
Walaupun beliau wali kelasnya, tetap saja rasanya gugup ketika dipanggil ke ruang kesiswaan. Padahal Dara yakin benar jika dia sama sekali tidak melakukan kesalahan apapun terakhir ini.
"Bu, ngomong-ngomong, kenapa ya saya dipanggil?"
Guru berbadan tambun di hadapannya menetralisirkan salivanya sejenak. "Jadi begini, tadi ayah kamu datang ke sekolah. Seperti biasa, bertanya mengenai aktivitas belajar kamu di sekolah."
Dara spontan membulatkan bola matanya kaget. Ayahnya datang? Oh tidak. Terbongkarlah sudah kebiasaannya yang sering tidak serius memperhatikan pelajaran itu.
"Papa saya nemuin ibu buat nanyain saya di sekolah gimana?" histeris Dara.
Bu Garfina mengangguk. "Iyalah, gak mungkin ayah kamu nanyain saya. Ya walaupun saya memang menarik sih." ucap Bu Garfina seraya mengibaskan rambutnya.
Dara hanya menyengir kaku menghormati guyonan receh bu Garfina.
"Setelah tau pencapaian pembelajaran kamu yang buruk, ayah kamu menganjurkan untuk memberikan tutor yang sebaya dengan kamu. Ayah kamu bilang guru les privat tidak mempan untuk kamu. Kamu tetap tidak akan memperhatikan pelajaran dengan serius." jelas Bu Garfina seraya membenarkan posisi duduknya.
"Jika yang membantu kamu dalam pelajaran sebaya dengan kamu, mungkin akan lebih mudah bagi kamu untuk paham. Karena itu ibu sudah memilihkan salah satu kandidat dari murid seangkatan kamu untuk menjadi tutor belajar kamu selama tiga bulan."
Dara langsung membayangkan Ucup- siswa yang selalu memakai celana kebesaran yang memperoleh juara umum semester kemarin- kemungkinan akan menjadi tutornya. Membayangkan duduk berdua dengan cowok berkacamata yang kerap menggoda anak cewek itu saja sudah membuat Dara bergidik. Apalagi harus menjadi tutornya selama tiga bulan?
Dara terkekeh kaku. "Kayaknya gak usah deh, bu. Lagian saya kan punya saudara kembar yang pinter banget kayak Saga. Jadi kayaknya saya belajar sama dia aja deh bu."
Bu Garfina meniliknya lurus sebelum mendengus. "Ayah kamu juga bilang kalau kamu bakal ngelak dengan alasan itu. Kamu memang punya kembaran serajin Saga. Tapi bukannya belajar sama dia, malah dia yang sering ngerjain PR kamu. Ayah kamu yang bilang sendiri."
Dara meringis tatkala mengingat dirinya yang beberapa kali kepergok Wavi sedang tidur sementara Saga mengerjakan pr-nya. Tadinya dia memang berniat belajar. Tapi belajar selalu sukses membuatnya mengantuk, hingga Saga berbaik hati mengerjakan tugasnya karena merasa kasian dengan kembarannya itu.
"Sebenarnya ibu juga ragu menjadikan dia sebagai tutor kamu. Tapi ibu yakin, pilihan ibu pasti baik untuk kamu."
Dara menghela nafas pasrah. Mau bagaimana lagi, dia harus menerima saja.
Selang beberapa detik kemudian terdengar suara decitan pintu yang terbuka. Dara dan Bu Garfina spontan menoleh ke arah sumber suara. Refleks, Dara spontan membulatkan bola matanya kaget begitu melihat siapa orang yang berdiri di ambang pintu tersebut.
"Nah, dia tutor kamu Dara. Semoga selama tiga bulan menjelang nanti kamu mengalami peningkatan dalam belajar, ya."
Dara pikir tadinya itu hanya asumsi asalannya saja. Tapi melihat Juan yang tersenyum di ambang pintu ke arahnya, dengan segera menjawab keraguannya.
Kalau memang cowok itulah yang benar-benar akan menjadi tutornya selama tiga bulan ke depan nanti.
***
