Bab 5 Dibawa pulang
Di kantin
"Xia, kenapa kamu nggak jujur aja sama Adit," tanya Vira
"Aku nggak mau dia berpikir aneh-aneh atau orangtuaku jahat."
"Memnag begitu kan. Lebih baik jujur daripada Adit marah dan kesal sama kamu jika tau sebenarnya."
"Baiklah nanti aku jujur sama dia. Ayo lanjut makannya.".
Usai mkan mereka memutuskan sembahyang lalu mengaji bersama. Setelah semua selesai, Xia janjian betemu dengan Adit lewat ponsel Vira pada Hendra.
Dan mereka bertemu sedangkan dua perantara itu berbalik badan
"Asalamualikum Dit."
"Waalikumsalam Xia. Ada apa kau ingin berteemu denganku."
"Maaf ya Dit, ganggu kamu. Aku cuma mau jujur sama kamu."
"Jujur tentang."
"Kemarin aku bilang jika pipiku kebentur meja tapi sebenarnya aku ditampar papa ku. Mereka kemarin kesini mengajakku pulang. Maafin aku Dit, aku takut kau mrah jika tahu orangtuaku yang melakukannya."
"Astagfirullah, Xia kenapa kamu bohong. Aku kecewa sama kau, Xia. Maafin aku,ayo Hen," ajak Adit pergi
"Dit, Adit,"panggil Xia dan air mata Xia menetes eembuat i seakins edih karena ucapamnya mlah mebuat Adit kecewa.
"Xia sabar ya, ayo balik."
Xia hanya mengangguk, dan mereka kembali ke asrama putri saat akan masuk kamar bertabrakan dengan seseorang
Brug
"Aw, sialan."
"Kau."
"Iya, kenapa. Sengaja ya nabrak aku."
"Tahu."
Gadis yang menabrak adalah Tania yag baru balik dari kampung. Saat Tania samapi dikamar, ia baru ingat jika Xia masih di pesantren
"Kok dia masih disni, sebenarnya udah dijemput belum ya."
Di asrama putra
"Bro, kamu ada masalah apa sama Xia, kasihan dia terlihat sedih gitu."
"Jujur."
"Hanya itu."
"Iya."
"Astaga, kau itu . Berlebihan banget, jaika ka diposisinyapsti ngelakuin hal yag smqa."
"Nggak akan, bagaimana kalau adikmu mencuri dan kau itu tapi kau emnutupinya. Apa kamu itu jujur atau bukan."
Nampk Adit berfikir setelah di ceramah Hemdra namun dia mash kekeh belum bisa maafin Xia.
.....
3 hari sudah Xia dan Adit tak bertemu, sesungguhnya Adit penasaran dimana gadisnya kenapa tak pernah kelihatan. Hendra melihat dai kejauahan Adit melamun segera menepuk bahunya
"Kamu kenapa, Dit."
"Aku nggak apa."
"Kamu pasti mikirin Xia kan, nah tahu kan rasanay kehilangan. Kala kehilangan beneran tahu rasa kau Dit."
Di asrama putri
"Xia, kita ke dokter ya."
"Nggak usah Vir, nanti juga sembuh. Aku mau tidur dulu ya."
"Iya udah,kalau butuh apa-apa panggil aku."
"Iya."
Siang pun berganti mejadi malam, taibadan Xia buaknnyembaik tapi main menjadi. Vira ketakutan karena Xia menggigil. Vira berlari mint bantuan kelaur
"Tolong... tolong," teriak Vira
Tak lama para santri keluar dan bertanya
"Ada apa Vir."
"Tolong Xia skait, kita bawa ke dokter."
"Baik ayo."
Nampak dari jauh, gerombolan membawa seseorang masuk kedalam ambulance. Vira dan ustadzah ikut serta di dalam ambulance mengantar . Sekilas Hendra melihat dan bertanya pada salah satu santri.
"Siapa yang sakit."
"Xia."
"Apa."
"Iya ia menggigil makanya di bawa ke rumahsakit."
"Oh gitu, ya udah makasih."
"Iya."
Hendra berlari cepat menuju asrama laki, dan ia tak juga bertemu Adit. Entah kemana laki itu, Hendra memutuskan untuk tidur saja.
S
Tak alam, Adita daang bersma Rio di kamar. Ia melihay Hwmdra tangh pulas tidur dengan iaeng menjaihilinya.
"Ancim."
"Hahhahhaa."
"Sial, kalian."
"Sorry nggak usah ngambek, becanda duank."
"Darimana kalian."
"Ngaji dunk, emang kau."
"Oh ya Dit, Xia sakit dia dibawa kerumahsakit."
"Apa! Kamu telpon Vira pasti dia lagi sama Xia."
"Nah kan sekarang tahu akibatnya."
"Uda, malah ceramah dia."
"Iya benaar sabar."
Dan akhirnya telpon tersambung.
"Asalamualikum Hen. Ada apa."
"Waalaikumsalam. Kamu lagi sama Xia kan."
"Iya kenapa, Adit tanya pengen ngomong sama Xia."
"Xia nggak boleh diganggu dulu. Ya udah asalamulaikim."
"Waalikumsalam."
Hendra terkejut telponnya di tutup sepihak oleh Vira
"Yah ditutup, kayaknya Vira kesal sama kamu, Dit. Katanya masih belum bisa di ganggu."
"Ya uda nggak apa yang penting tau aja. Ya udah aku istirahat dulu."
"Oke, aku juga."
Di rumahsakit, orqngtua Xia datag dan meliha keadaan putrinya.
"Permisi."
"Eh iya silahkqn om, tante."
"Makasih udah jagain putri om dan tate , bagaiman keadaannya."
"Katanya kelelahan tante ,om."
"Astaga, bener dah. Kita pindain aja pa ke rumhsakit kita."
"Boleh ma, nanti aku bilang sama ustadz."
"Oh ya namamu siapa nak."
"Saya Vira, tante."
"Makasih ya Vir, oh ya besok Xia akan di baw apulang. Dan dipindakan dekat rumah. Kalau kamu mau main ke rumah, silahkan nak. Ini alamatnya."
"Baik tante, terimakasih."
Tak lama Vira pamit pada iragtua Xia.
"Tante, om, Vira pamit balik ke pesantren."
"Baik Vir. Makasih ya, udah bantuin Xia."
"Sama-sama tante. Asslaamulaikum."
"Waalaikumsalam."
Setelah kepergian Vira, tak lama Xia terbangun dari tidurnya dan melihat sekeliling.
"Sayang, kamu sadar," tanya Andi
"Papa. Papa ngapain disini."
"Kami akan membawa mu pulang nak, agar kamu cepet pulih."
"Nggak, aku nggak mau."
"Xia, maafin mama papa. Kami akan berubah asal kamu mau balik ke rumah."
"Nggak bisa, Xia masih ada urusa di pesatren."
"Urusa apa, sama anak miskin itu iya,"ucap mama dengan anda tibggi
"Ini yag buat Xia tak suja dengan kalian. Berdua sok rindu tapi nyatanya kalian."
"Xia , kamu makin bandel ya."
"Itu semua karena kalian, karena pernah tahu perasaanku. Nggak kan, mau aku mati pun kalian takkan tahu."
"Mending mama papa pulang, atau aku akan pergi menghilang dari kalian selamanya."
Mama papa akhirnya memilih mengalah dan pergi meninggalkan Xia. Xia heran, kenapa mereka diem aja, biasanya bersikp arogan. Xia tak mau berpikiran tentang itu ia mikir tentang hubunganya dengan Adit yang tak kunjung baik.
"Ya Tuhan, kenapa Adit masih mendiamkanku."
Di pesantren
"Dit, kamu tak jenguk Xia," tabya Hendra
"Para pengurus nanti akan menjenguk, kamu nggak ikut."
"Nggak. Urusanku masih banyak."
"Dit kau terlalu keras. Dimana hatimu itu jika kau tak suka setidaknya datang aja. Dan akhiri smeu jagan kau gantung anak orang. Aku nanti ikut kalau kau tak mau ya sudah."
Sedangkan Marisa dan Andi masih berusaha baik pada Xia agar kembali ke rumah
"Sayang, kamu mau makan apa."
"Nggak mau apa-apa."
"Ya uda kau istirahat biar cepat sembuh."
"Mama papa mendng pulang, kerjaan butuh laian."
Marisa dan Andi hanya menghelas nafas berat melihat Xia tak memperdulikannya. Mereka memutuskan akan kembali esok usai pulang kerja. Sedangkan para pengurus bersiap untuk segera menjenguk Xia di rumhsakit.
"Dit, kau yakin tak ikut."
"Nggak, udah sana."
"Yaudah, jangan nyesel kau."
Tapi dihati Adit ingin sekali melihat keadaan kekasih taaurufnya, saat parapengurus mausk mobil ada seruan membuat mereka menoleh
"Stop."
