Bab 3 Dikira mati
Mereka adalah Vira, Tania dan juga Adit. Dari awl pertemuan Adir merasa Alexia cewek baik-baik dan seprti nya kesepian dari pakaian yang dikenakannya. Entah beberapa hari ini semenjak ia diberitahu adek dan Bundanya tentang Xia yang menolong, hatinya begitu bahagia dan entah pikirannya tertuju pada Xia.
"Hati dan wajahmu cantik, tapi aku takut kehilanganmu."
Saat asyik berceloteh sendiri, tiba-tiba ada yang menyahuti
"Cie, ada yang falling in love," goda Hendra dan Rio
"Apaan sih kalian ngagetin aja. Berisik."
"Ayo cerita bro, siapa wanita yang beruntung itu."
"Kepo. Udah snaa pergi tidur kalian."
"Nah, kau sendiri ngapain mash disini, awas ada mbak kunti, noh," ejek Rio
"Sialan, kalian awas ya," Adit mengejar keduanya karena gemas
Di sisi lain Vira menghampiri gdis cantik itu
"Xia, kamu merindukan keluargamu."
"Iya, Vir. Tapi aku pengen belajar agama lebih dalam lagi. Bolehkah aku sedikit curhat."
"Boleh dunk cantik, cerita aja."
"Kalau di rumah aku tuh kesepian, orangtuaku kerja dan kerja tanpa memperdulikanku. Mereka tak memikirkan perasaanku , dan aku beruntung bisa nyasar di tempat ini aku lebih nyaman disini banyak teman dan banyak hikmah yang bisa aku ambil. Dan buatmu Vir, makasih banyak kau udah jadi teman yang baik."
"Sama-sama Xia. Aku juga seneng punya teman kayak kamu, kamu cantik dan baik."
Keduanya saling berpelukan lantas masuk ke dalam kamar kembali. Sedangkan satu cewek bernama Tania gemas karena ada saingan baru.
"Lihat aja, aku bakal buat dia nggak betah disini."
Di asrama laki-laki, usai sholat malam, Adit mengaji sejenak. Lalu, ia keliling seperti biasa karena dia adalah salah satu santriwan teladan di pesantren Al hidayah. Saat keliling sendiri ia tak sengaja meliha ada seseorang tengah di ikat di pohon tak jauh dari asrama perempuan.
"Siapa tuh, itu beneran orang apa bukan," ucapnya
Adit perlahan berjalan menuju pohon dan dia terkejut perempuan itu adalah Xia.
"Astagfirullah, Xia. Adit panik lalu telpon Hendra serta Vira. Tak lama, keduanya datang bersamaan.
"Assalamuaikum, ada apa Dit?"
"Itu Xia, ayo bantu. Nggak mungkin kan aku angkat , kita bukan muhrim."
"Iya-iya pak ustadz," gerutu Vira dan ia mencoba memeapah temannya itu depan kamar karena Viratak snaggup lagi.
"Huh, Xia ayo bangun," ucapnya sambil menepuk pipi Xia, lama kelamaan Xia akhirnya terbangun ia terkejut ada Hendra, Adit dan Vira.
"Astaga, ini kan kamar cewek."
"Bukan Xia, ini di depan kamar lihat noh," ucap Vira menunjukkan
Xia mengerjab-ngerjab lalu ia bangun.
"Aduh, Vir. Ngapain kau disini, kau juga nagapin," bisik Xia
"Eh Xia, aku mau tanya kenapa kamu bisa ada di pohon itu," tunjuk Vira
"Hah, aku di pohon , ngapain. Enakan dikasur ngapain di pohon. Ada aja deh kamu, Vir."
"Eh stop, biar Adit jelasin,"ucap Hendra
"Jadi tadi aku nemuin kamu diikat di pohon, ya aku panik nelpon Vira dan Hendra. Maaf."
"Cie, panik. Uhui."
"Aaan sih, maksudnya takut di makan nyamuk," ucapnya kikuk
"Alasan paan tuh Dit, ada aja kamu," Vira mengejek
Adit dan Xia jdi salah tingkah dan jantung keduanya lagi marathon saat berdekatan.
"Astaga, Adit bikin aku gugup, Tuhan," batin Xia
"Oh Tuhan, apa ini jatuh cinta pertama kalinya," batin Adit
Vira menyenggol lengan Xia agar tersadar dari lamunannya, sama halnya dengan Hendra.
"Udah-udah, bubar. Nanti ada setannya beneran."
Semua membubarkan diri kembai ke asrama masing-masing.
Keesokan harinya, para anak buah Andi sudah menyebar hingga pelosok dekat Bandung
"Kemana Xia, pah," ucap Marisa
"Mana ku tahu ma. Mungkin dia kesal sama kita karena kurang perhatian."
"Maafin mama, Xia."
"Udah ma, kamu tenang papa udah mengerahkan anak buah mencarinya. Udah kamu istirahat ya."
Berita hilangnya Xia sudah menyebar di berbagai telvisi, juga di media massa. Nqmun belum juga ada tanda-tanda Xia kembali. Hingga 3 bulan almanya, Ciamwnghilang bak ditwlan bumi, selama itu pula dikira mati oleh keluarga besarnya.
"Mama udah ikhlas kamu pergi nak."
Sedangkan orang yang dikira mati sedang lomba membacakan ayat dengan suara merdua, semuq mendengarkan lantuanan ayat suci membuat rasa di hati damai ketika yang membawakannya Xia
Adit makin hari makin dekat dengan Xia, meski hanya sapa dan saling bertatap muka sekilas tapi Adit mendukung apapun yang terbaik untuk Xia, seperti saat ini. Adit bangga pada cewek yang baru jadi penghuni pesantren sudah fasih melantunkan ayat suci dengan baik dan indah.
Acara berlangsung lancar dan pukul 11siang akan diumumkan siapa pemenang. Saat istirahta, Vira dan Xia makan sejenak di kantin tapi ada seseorang mengganggu seperti biasa.
"Denger ya, aku yang bakal menang," ucap Tania songong
"Kalau aku yang menang, kau bakal jadi budakku selama satu bulan. Kau mau?"
"Baik, deal."
Tak lama, acara dilanjut dan pengumuman dimulai kembali.
"Assalamualaikum wr. Wb. Baiklah anak-anakku sekalian. Ustadzah akan membacakan pemenang lomba bersuara merdu. Kita kasih selsmat kepada anada Alexia."
Prok
Prok
"Waw, alhamdulillah Xia. Kamu menang," sorak Vira pada temannya Xia
"Alhamdulillah, sumpah nggak nyangka."
Adit senyum-senyum nggak jelas , tapi dia turut bangga pada Xia gadis cantik yang ia kagumi saat ini. Ia juga tak mau terlalu berharap pada Xia, karena takut sakit.
Tania gemas kesal dan pergi meninggalkan tempat itu
"Siapa tuh cewek, aku harus cari cara agar dia pergi selamanya dari sini."
"Udah kau istigfar Tan," ucap temannya
"Udah deim lo."
Tania memilih pulang esok hari mencari suasana baru , ia berfikir butuh refreshing agar ada pencerahan.
Di sisi lain, Adit megucapkan selamat pada Xia atas keberhasilannya.
"Xia selamat ya. Kamu pandai."
"Makasih dit, oh ya Ibumu nggak kesini lagi."
"Belum Xia, maklaum di kampung."
"Oh ok, aku balik ke asrama dulu ya."
Saat akan berbaik tapi dicegah oleh Adit
"Xia, tunggu. Aku ma kita taaruf."
Deg
Xia begitu terkejut mendengar kaliamat dari Adit. Lalu tanpa berbalik Xia menjawab.
"Iya,Dit."
Xia berlalu dan mninghlakn adit seirang, gqpi ia gak gau engao begitu bahagua.
"Alhmdulillah," teriak Adit
Tanpa ia sadari ucapan barusan dari hatinya selama ini padahal ia tak ingin mengucapkan tapi ada dorongan agar segera memberitahu Xia.
Sampai di qsrama, Xia senyum-senyum hingga tak sadar Vira masuk k dalam kamara.
"Xia."
"Astagfirullah, kau mengagetkanku Vir. Ada apa?"
"Kau ngapan senyum-senyum nggak jelas kaya orang gila."
"Aku seneng Vir, dia bilang pengen garuf."
"Apa!"
"Iya Vir, Adit bilang pengen taaruf."
"Yang bener kamu Xia."
"Iya."
Di balik kamar Xia, ada seseorang mendengar jika Xia diajak taafuf
