Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Bawah jilbob

Andi wijaya dan Marisa baru saja pulang dari luar kota tepatnya dari Jogja. Saat masuk rumah, para maid berjejer rapi menyambutnya.

"Pagi tuan, nyonya."

"Pagi bik, oh ya Alexia masih tidur ya."

"Em iya nyonya."

"Ya udah bik, kita istirahat. Kalau ada yang cari, nggak usah ganggu dulu ya," tutur Marisa

"Baik nyonya."

"Ya udah kita ke kamar dulu."

"Baik nyonya."

Di kampung Adit

"Bunda, ayo nanti telat naik keretanya," ajak Dion

"Iya Dion bentar nyari kunci."

Tak lama keduanya berangkat ke stasiun menuju Bandung. Sampai di stasiun benar sjaa mareka ketinggaln kereata. Dion kesal karena Bundanya telat, ajirya mrka mencai angkutan menumpang sapi di Bandung. Sejam kemudian barulah keduanya mendapat umpangan ke Bandung. Saat di terminal, Bunda Alya dan Dion berisitirahat sejenak lalu bertanya kembali unyuk menuju pesantern Alhidayah.

"Permisi pak,angkutan ke pesantren Al hidayah manaya."

"Oh itu Bu, angkutan warna hijau."

"Baik terimakasih pak."

Disatu sisi, Adit bahagia Bunda dan Dion akan mengunjunginya.

"Ada apa Dit, kayaknya kau bahagia banget."

"Iya, Bunda ku dan Dion mau kesini."

"Wah, pasti bawa banyak makanan."

"Dasar makanan mulu dipikirin."

"Heee.. biar nanti masuk ke otak."

"Oh iya Dit, menurutmu Xia cantik nggak?"

"Cantik, kan perempuan."

"Ya tahu, kalau perempuan cantik kalau cowok ya tampan," gerutu Hendra

"Nah tahu tuh."

"Dasar temen nggak ada baiknya."

"Hahahhaha."

"Udah-udah, ngambek gitu aja."

"Kita keliling yuk kali ada yang bandel."

"Ayo buruan, kali aja ketemu Xia."

"Dasar ngarep aja."

Di asrama perempuan

Xia dan Vira sedang membersihkan depan kamar bersama yang lain juga. Tapi saat Xia membersihkan dekat gerbang, ia melihat ada Ibu yang jatuh di tengah jalan bersama seorang anak laki. Sontak Xia membuka gerbang dan berlari keluar membantu .

"Bu, tidak apa. Ayo Xia bantu," ucap Xia membantu memapah dan berjalan

"Makasih kak, tadi Bunda keseleo kak. Untung ada kakak, Dion mana kuat."

"Oh gitu, ayo duduk sini dulu, Bu. Ibu mau kemana?"

"Makasih ya nak. Kamu cantik secantik wajahmu. Ibu bersyukur kau menolong,Ibu mau ke pesantren al hidayah."

"Oh itu, saya kebetulan juga santri disitu. Ibu mau bertemu siapa."

"Kak Adit, kak."

"Adit. Kamu adeknya Adit."

"Iya kak, kakak kenal."

"I-iya kenal. Ya udah tunggu sebentar ya Bu, Aku ijin dulu buat ngantar Ibu temui Adit."

"Apa tak merepotkan nak."

"Oh tidak Bu."

Xia meninggalkan Ibu dan Dion di tempat duduk yang tak jauh dari gerbang asrama, Xia mencari Keberadaan Vira namun tak juga bertemu.

"Kemana Vira ya."

Sedangkan Tania bersama kedua sahabatnya berjalan keluar dan sampai di depan pintu gerbang mereka melihat ada Ibu dan anak kecil dan terlihat miskin. Sontak ia mencoba mengerjai mereka, Tania berjalan menghampiri mereka dan pura-pira kakinya keseleo dan menyiramka ar padatibuh Ibu dan Dion

Byur

"Ops. Aduh aku nggak snegaja ,gimana nih," ucap Tania pura-pura

"Maaf ya Bu, kita emang sengaja. Hahahah," uca teman Tania.

Dion tak terima Bundanya di hina segera membalasnya

"Kamu kira aku diam aja."

Byur

Dion membalas dengan menyiram air mineral 1 liter pada ketiga cewek tersebut.

"Sialan kau ya. Udah miskin belagu, pakai balas juga. Punya kaca nggak sih, ha," bentak Tania

"Kau yang miskin ilmu, atas jilbab bawah jilbob."

"Sialan." Tania bersiap menyerang Dion namun keburu Vira dan Xia kembali

"Ibu, Ibu nggak pa-pa."

"Ibu tak pa nak."

"Untung kakak dateng cepat waktu, kalau tidak udah aku tendang peremuan jilbob ini."

"Siapa maksudmu?"

"Dia," tunjuk Dion pada ketiga perempuan itu

"Come on guys, kita cari mainan baru "

"Let's go," ucap Tania mengajak temannya berlalu meninggalkan tempat itu

"Assalamualaikum Bu, masih ingat saya Vira teman Adit dan Hendra."

"Oh iya nak, Ibu ingat. Bisa bertemu dengan Adit."

"Bisa Bu, ayo Vira antar bareng Xia."

Tak lama mereka sampai di dekat kantor pesantren.

Tok

Tok

"Assalamulaikum."

"Waaalaikumsalam Vira. Ada apa?"

"Ustadz. Ini Ibunya Adit pengen ketemu Adit."

"Assalamulaikum ustadz, saya Ibu dari Adit. Bolehkah kami bertemu."

"Waalaikumsalam Bu, bisa. Tunggu sebentar saya panggil anaknya.

"Iya pak."

Pengurus pesantren itu keluar dan tepat Adit melintas

"Adit,"panggil pengurus

"Ustad, assalamulaikum."

"Waalaikumsalam, Dit. Ayo masuk ke kantor ada seseorang bertemu denganmu."

Adit dan pengurus pesantren masuk kantor, ia terkejut ada sosok yang di rindukan.

"Assalamualaikum Bunda, Dion."

Waalaikumsalam nak."

"Kakak."

Xia dan Vira berpamitan kembali ke asrama

"Ustadz, Adit. Kita kembali ke asrama."

"Oh iya Vira,Xia. Terimakash."

"Sama-sama ustadz."

Seilas Adit melirik Xia dan berkata, "Makasih."

Xia hanya mengangguk dan pergi bersama Vira

Di kantor, usai makan bersama Dion dan Bundanya bercerita

"Kak, tadi kakak cantik itu yang nolong kita . Ya kan bun."

"Kaka cantik yang mana, Dion."

"Kalau nggak salah namanya Xia."

"Lalu."

"Tadi kaki Bunda keseleo dan ada Xia bantu. Lalu, juga mengantar bunda kesini."

"Kakak itu udah cantik baik pula. Nggak kayak yang satunya tadi."

"Siapa."

"Tak tahu, pokoknya ceweknya judes, jahat."

Adit hanya tersenyum menanggapi adik kesayangannya dan mengelus kepalanya.

Di kediaman Wijaya

Saat kedua orangtua Alexia baru pulang kerja, mereka ingin menemui putri kesayangannya.

"Kita ke kamar Alexia, Mama kangen sama dia pa."

"Ok, papa juga mau bicara sama dia soal perjodohan dengan Dimas."

"Ayo."

Andi danarisa nak ke lantai dua tempat kamar putrinya dan mulai mengetuk

Tok

Tok

"Kok nggak ada sahutan ya Ma. Xia ini papa nak. Buka pintunya."

"Nak, maafin mama papa, tolong bukain pintu dulu ya."

Saat keduanya berteriak ada salah satu maid menghampirinya.

"Maaf tuan, nyonya."

"Iya bik, ada apa. Kqmu tau dimana Alexia."

"Dari tuan dan nyonyakeluar kota non, belum balik ke ruma kami sudha emngerhakan anak bua emncari tapi tak da tanda alias nihil, tuan, nyinya."

"Apa!"pekik keduanya

"Kenapa kqlian baru ngomong, kita harus ke kantor polisi pah, ini udah lebih dari dua hari."

"Iya-iya. Kita mandi dulu barulah kesana."

"Oke."

Kedua orangtua Alexia buru-buru mandi dan mengganti pakaian bergegas ke kantor polisi.

Di pesantren, Xia duduk merenung setelah mendapat pengertian dari ustazqhnya. Ia sesungguhnya merindukan orangtua, hanya saja dia pasti kesepian jika berada di rumah karena orangtua hanya mementingkan pekerjaan daripada dirinya. Gadis cantik itu tak terasa meneteskan air mata atas kelakuannya terdahulu, ia rindu kasih sayang akhirnya menjadi brutal. Mulai hari ini ia akan bertaubat menjadi lebih baik, Xia bersungguh-sungguh merubah tingkah laku dan ucapannya karena ia berfikir kapan lagi memperbaiki diri jika sewaktu-waktu dipanggil yang kuasa.

Dari jauh ada tiga orang memperhatikan Alexia, degan pikirannya mading-masing entah apa itu

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel