Bab 9 Kemarahan Raya
Bab 9 Kemarahan Raya
Pagi-pagi sekali Raya sudah bangun dari tidurnya. Dia menyuruh Yuyut untuk memanggil asisten dan security di ruang tengah. Tidak butuh waktu lama semua penghuni rumah mewah itu terlihat sudah berkumpul menghadap majikan mereka. Tidak ada yang berani bersuara, semua tampak terdiam menunggu Miss Raya untuk bicara.
“Siapa semalam security yang bertugas di pos utama?” tanya Raya dengan serius sambil menatap dua orang security yang menjaga rumahnya.
“Sa-saya Nyonya,” jawab Supri dengan ketakutan.
“Semalam kenapa kamu bisa tidak tahu, ada penyusup masuk ke kamar saya?” tanya Raya dengan sorot mata yang tajam.
“Maaf Nyonya, saya ketiduran,” jawab Supri dengan jujur sambil melirik ke arah Hero.
Mendengar itu Raya sangat murka sekali dan ia bertanya dengan suara yang lantang, “Apa?! Kok bisa kamu lagi tugas ketiduran? Saya gaji kamu dengan mahal itu buat kerja, bukan untuk tidur!”
“Ma-maaf Nyonya, saya janji tidak akan mengulanginya lagi,” ucap Supri dengan bersungguh–sungguh.
“Lalu mana bukti CCTV?” pinta Raya sambil berkacak pinggang.
Supri terlihat ketakutan untuk menjawabnya karena Nyonya Raya pasti akan bertambah murka, tetapi ia juga tidak mungkin mencari alasan lain karena Hero sudah memergokinya semalam.
“Cepat jawab!” bentak Raya yang membuat lelaki itu kaget.
“CCTV mati Nyonya, kabelnya tercabut dari stok kontak,” jawab Supri sambil menjelaskan.
Raya tampak menggeleng sepertinya ia tidak bisa memaafkan. Menurutnya Supri sudah lalai dalam bertugas karena bisa membahayakan semua penghuni di rumahnya.
“Kamu sudah melakukan kesalahan fatal Supri, saya pecat kamu!” ujar Raya yang membuat Supri sangat terkejut.
“Tolong Nyonya jangan pecat saya.” Supri terlihat memohon kepada Raya.
Raya tampak menggeleng dan menjawab, “Saya tidak akan berubah pikiran karena kamu bisa saja melakukan kesalahan yang sama di lain waktu.”
“Saya mohon Nyonya, saya punya tiga orang anak yang harus dinafkahi, kasihanilah kami,” ujar Supri dengan memohon belas kasih Raya tetapi wanita itu tidak mau tahu.
“Tidak bisa, silakan kamu pergi dari sini!” Raya tidak memberikan Supri kesempatan lagi.
“Saya tidak tahu harus kerja di mana lagi Nyonya, tolong beri saya kesempatan sekali lagi,” pinta Supri dengan begitu mengiba tetapi usahanya terlihat sia-sia belaka, Raya tidak mengubah keputusannya.
“Yut, berikan Supri gaji full sebulan!” seru Raya yang membuat Supri terlihat pasrah.
“Baik Miss,” sahut Yuyut tanpa membantah sebenarnya ia tidak tega melihat Supri dipecat tapi apa daya Yuyut juga bekerja pada Raya. Ia tidak bisa membantu Supri dalam hal ini, “Ini Pak.” Yuyut memberikan sebuah amplop putih kepada security itu.
Dengan raut wajah yang sedih, akhirnya Supri menerima amplop dari Yuyut. Langkahnya pun terlihat gontai ketika meninggalkan ruangan itu. Ia tidak tahu harus mencari pekerjaan ke mana lagi untuk memberi nafkah istri dan ketiga anaknya.
“Yut, cepat telepon yayasan penyalur jasa keamanan dan minta mereka mengirim satu orang security untuk pengganti Supri!” seru Raya memberikan perintah kepada asisten pribadinya itu.
“Baik Miss,” jawab Yuyut segera.
“Perhatian untuk semuanya, terutama buat security dan kamu Hero. Mulai dari sekarang kalian harus berjaga-jaga dan lebih waspada lagi. Jangan sampai kejadian semalam terulang kembali atau kalian akan saya rumahkan juga!” seru Raya yang disertai dengan ancaman.
“Baik Nyonya,” jawab mereka serentak.
“Oke, kalian boleh kembali bekerja lagi!” seru Raya kemudian.
“Miss, boleh saya bicara?” tanya Hero begitu yang lainnya bubar.
Sambil menatap Hero dengan acuh tak acuh Raya pun menjawab, “Silakan.”
“Saya ingin masuk ke kamar Miss untuk mengecek dan memperketat keamanan,” ujar Hero dengan serius.
“Oke, ayo ikut!” sahut Raya dengan wajah yang masih kesal dengan penolakan Hero semalam.
Hero kemudian mengikuti Raya menuju ke kamar wanita itu. Sesampai di dalam ia langsung memeriksa jendela dan mengamati sekitar balkon. Lalu masuk lagi ke dalam dan menelisik tiap sudut kamar Raya. Hero tampak berpikir sejenak kemudian mengangguk seperti sedang menyusun sebuah rencana. Lalu ia menghampiri Raya yang sedang berdiri mengawasinya.
“Saya usulkan jendela kamar Miss diberi teralis baja. Maka tidak akan ada yang pernah bisa menyusup masuk lewat sana lagi,” ujar Hero mulai mengutarakan rencana, “Kamar ini juga perlu diberi beberapa CCTV tersembunyi, terutama di atas jendela, di mata lukisan orang itu, dan dekat lampu,” jelasnya kemudian sambil menunjuk beberapa tempat.
Raya tampak tersenyum simpul mendengar rencana Hero soal penambahan CCTV di kamarnya. Ia kemudian mendekat ke arah lelaki itu dan bertanya, “Lalu para security bisa dengan puas melihat aku sedang tidur dan tidak pakai baju?” Raya terlihat menatap Hero dengan sinis atas rencana lelaki itu yang menurutnya sangat konyol.
“Khusus CCTV di kamar ini hanya Miss yang bisa lihat dan saya yang tersambung ke ponsel pribadi kita. Jadi—“
“Buat apa ke ponselmu?” tanya Raya dengan cepat.
“Miss lupa, saya adalah seorang bodyguard jadi harus melindungi di mana pun kamu berada, tetapi Miss jangan takut CCTV yang tersambung ke ponsel saya bisa dimatikan secara manual. Jadi saya tidak bisa melihat apa pun aktivitas pribadi Miss di dalam kamar ini,” jelas Hero kemudian karena ia tidak mau dianggap mengambil kesempatan.
Raya tampak mengangguk, ia kini mengerti rencana Hero yang menurutnya sangat jenius sekali. Teralis baja, CCTV tersembunyi pasti para penyusup itu tidak akan bisa masuk lagi ke kamar pribadinya.
“Baiklah saya setuju, kamu sebutkan saja berapa biaya untuk membeli semua peralatannya. Saya akan transfer ke rekening kamu sekarang juga,” sahut Raya kemudian.
“Saya akan buat perinciannya dahulu, nanti saya kirim permisi,” ujar Hero sambil pamit undur diri, lalu ia keluar dari kamar Raya.
Beberapa saat kemudian ponsel Raya bergetar yang menandakan ada sebuah pesan masuk. Dengan segera wanita itu membaca sebuah daftar nama alat, barang serta rincian biaya, dan nama toko yang telah dikirim dari Hero. Raya segera memanggil Yuyut untuk membeli semua itu melalui online.
“Semua ini Miss?” tanya Yuyut memastikan.
“Iya, jangan sampai salah pesan!” jawab Raya sambil mengingatkan.
“Tenang Miss, kalau soal belanja Ratu online tidak akan pernah salah,” sahut Yuyut dengan percaya diri.
“Iya, percaya deh sama kamu,” ujar Raya sambil memutar bola matanya.
Yuyut tampak tercengang melihat harga barang-barang yang akan dipesannya. Dengan segera ia memberitahu Raya untuk mengkonfirmasi.
“Soal harga tidak masalah, beli saja!” seru Raya memberikan pendapatnya.
“Siap Miss,” sahut Yuyut yang langsung memesannya.
Tidak butuh waktu lama semua pesanan Yuyut telah sampai karena ia pakai jasa super express tanpa transit ke kargo barang dahulu.
“Bang Hero, ini pesanan barangnya sudah sampai,” ujar Yuyut memberitahu.
Hero langsung bergerak cepat, ia segera bersiap untuk mengerjakan sendiri. Mulai dari memasang teralis baja sampai CCTV di tempat yang tersembunyi.
“Bang Hero mau mengerjakan semua sendiri?” tanya Yuyut ketika melihat lelaki hendak ke kamar Raya.
“Iya, Miss Raya ada di dalam kamar?” jawab Hero sambil balik bertanya.
“Lagi santai di taman, tapi katanya Miss Raya tadi masuk saja! Terus saya disuruh menemani Bang Hero,” jawab Yuyut yang mulai terlihat genit.
Hero tampak mengangguk kemudian ia segera membawa semua peralatan dan sebuah teralis baja ke kamar Raya.
Sambil mengawasi Hero yang mulai bekerja Yuyut terlihat salah tingkah ketika ia berada berdua di dalam kamar bersama lelaki itu.
“Kamu kenapa?” tanya Hero yang mulai merasa risih melihat gaya Yuyut.
“Tidak apa-apa, Bang Hero macho banget sih,” puji Yuyut sambil tersenyum genit.
Hero tampak tersenyum simpul mendengar hal itu dan bertanya kembali, “Mau saya bor tidak?”
Yuyut tampak tercengang mendengar ajakan Hero. Tanpa berpikir panjang lagi ia pun bertanya, “Jangan di sini Bang! Nanti ketahuan Miss Raya.
“Tidak apa-apa, cuma sebentar kok,” bujuk Hero sambil mengedipkan matanya.
Tiba-tiba jantung Yuyut berdetak sangat cepat kemudian ia pun menerima ajakan Hero, “Oke, tapi pelan-pelan ya Bang!”
“Sipp, tapi kamu tutup mata ya!” seru Hero sambil bersiap.
Yuyut menutup matanya dan membuka mulutnya bersiap untuk menerima ciuman dari Hero. Tiba-tiba terdengar suara bor berbunyi seketika Yuyut membuka matanya.
“Aooowww …..!” teriak Yuyut dengan terkejut karena ada bor tepat di depan bibirnya. Sambil mengelus-ngelus dada ia segera pergi dari kamar Raya.
“Mau ke mana katanya minta dibor? He ... he ....” tanya Hero sambil terkekeh melihat Yuyut yang tersungut-sungut.
Hero segera meneruskan pekerjaannya kembali. Ia paling tidak bisa kalau sedang kerja di awasi oleh orang seperti Yuyut. Mengganggu konsentrasinya saja, tidak bisa fokus.
Sejam kemudian Hero sudah menyelesaikan semuanya. Lelaki itu sangat cekatan sekali memasang teralis jendela kamar dan beberapa CCTV dengan rapi.
Raya tampak tersenyum puas melihat kinerja Hero yang sangat cepat. Nyaris tidak ada yang tahu jika kamar itu sudah dipasang CCTV pengintai. Dengan pengaman seperti ini, ia merasa terlindungi dengan aman.
“Semua CCTV di rumah ini sekarang sudah terhubung ke ponsel saya dan Miss. Jika kejadian seperti kemarin terulang lagi, kita masih bisa melacaknya. Oh ya, satu hal lagi tolong jangan beri tahu siapa pun yang tahu tentang kamera tersembunyi ini termasuk kepada Yuyut!” tutur Hero memberitahu.
“Oke, good works Hero,” jawab Raya sambil memuji bodyguardnya itu.
Dapatkan Raya menjalani kehidupannya dengan aman? Kita lihat saja nanti karena bahaya sepertinya masih terus mengintai wanita cantik itu.
BERSAMBUNG
