Pustaka
Bahasa Indonesia

Jerat Janda Jalang

95.0K · Tamat
Romansa Universe
80
Bab
83.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Menjadi janda muda kaya raya membuat Raya benar-benar menikmati hidup, menyuruh orang bersikap seperti apa yang dia mau, hingga suatu hari ketika Raya mabuk dan sadar ada yang mengincarnya untuk dibunuh, sama seperti suaminya tewas dibantai, seorang pria menyelamatkan hidupnya (pria ini mantan algojo pembunuh suaminya). Keduanya saling jatuh cinta tanpa mengungkap rahasia satu sama lain.

RomansaMetropolitanDewasaWanita Cantik

Bab 1 Raya Janda Cantik

Bab 1 Raya Janda Cantik

Raya adalah seorang janda yang cantik dan seksi. Ia tinggal di sebuah rumah yang sangat besar. Mungkin lebih tepat disebut sebuah istana kecil karena sangat megah dan mewah.

Pemilik kediaman itu sebenarnya adalah Tuan Ado, seorang konglomerat di kota ini. Namun, lelaki itu tewas dibunuh oleh orang tidak dikenal pada suatu malam.

Masih segar dalam ingatan Raya ketika malam naas itu terjadi. Pada malam itu, dirinya baru saja selesai dari kamar mandi. Ia melihat suaminya sudah terbujur kaku di atas tempat tidur. Tampak darah merembes dari dada sebelah kanan lelaki itu. Seketika Raya pun tersadar jika telah terjadi pembunuhan terhadap suaminya.

Namun, ketika Raya hendak berteriak. Tiba-tiba dari arah belakang, sebuah tangan dengan cepat meraih kepala wanita itu dan membenturkannya ke dinding. Seketika kepalanya terasa sangat pusing. Pandangannya pun jadi berputar. Sebelum ambruk ke lantai, ia sempat melihat seorang lelaki asing di hadapannya dengan samar. Lalu semuanya pun tampak gelap dan wanita itu pun jatuh tidak sadarkan diri. Setelah memastikan semuanya aman terkendali, lelaki misterius itu pun segera pergi lewat jendela kamar dan hilang dalam ke gelapan malam.

***

“Tolong …!” teriak seorang asisten rumah tangga yang memecah keheningan pagi hari.

Semua penghuni rumah besar itu pun segera keluar untuk mengetahui apa yang sudah terjadi.

“Ada apa sih, bikin kaget orang saja kamu, Ne?” tanya Yuyut yang merupakan seorang asisten pribadi Raya.

“Tu-tuan dan nyonya, ti-tidak—“

“Eh, kalau jawab yang bener dong!” potong Yuyut yang tidak sabar menunggu jawaban.

“Liat sendiri saja Ses, Yut!” seru asistan itu dengan wajah yang tegang.

Yuyut segera berlalu menuju ke kamar utama dengan diikuti beberapa asisten lain di belakangnya. Sesampai di dalam kamar, Yuyut tampak tercengang melihat tuannya sudah terbujur kaku di atas kasur dan Nyonya Raya tergeletak di lantai. Ia segera menghampiri tubuh wanita itu dan mencoba untuk membangunkannya.

“Miss, bangun! Miss!” seru Yuyut sambil mengguncang bahu Raya dengan panik.

Wanita yang dipanggil Miss Raya tampak bergerak dan merintih, “Aduh kepalaku sakit.”

“Cepat panggil security!” seru Yuyut kembali kepada asistan lainnya.

Tidak lama kemudian beberapa security datang. Setelah mengetahui apa yang telah terjadi, mereka segera menghubungi polisi dan membawa Nyonya Raya keluar dari kamar itu untuk mendapat pertolongan pertama. Sementara itu jasad Tuan Ado tidak ada satu orang pun yang berani menyentuhnya sampai pihak yang berwenang datang.

Polisi segera bertindak cepat dalam menangani kasus ini. Mereka langsung memeriksa jasad Tuan Ado dan mencari bukti serta petunjuk dan keterangan para saksi. Dari semua orang yang berada di rumah itu dan hasil pengamatan CCTV. Hanya Raya yang dibawa ke kantor polisi untuk diminta keterangan lebih lanjut karena dia adalah saksi kunci yang berada di tempat kejadian. Raya langsung menyuruh Yuyut menghubungi seorang pengacara handal untuk mendampinginya.

Seketika pembunuhan Tuan Ado pun terekspos ke media massa karena lelaki itu merupakan seorang jutawan yang terkenal di kota ini. Banyak pendapat yang mengatakan jika lelaki tajir itu dibunuh rival bisnisnya. Mengingat beberapa kali perusahaan Tuan Ado memenangkan tender-tender besar. Selain itu tidak ada satu pun barang berharga yang hilang. Namun, ada pula yang menduga jika pembunuhan itu didalangi oleh istrinya sendiri, Raya untuk mendapatkan warisan. Entah mana yang benar yang pasti polisi masih menyelidiki kasus ini.

***

Hari berganti hari, tidak terasa sudah beberapa bulan kasus Tuan Ado belum juga terungkap siapa dan apa motif dari pembunuhan itu. Minimnya bukti dan saksi membuat kasus itu berjalan dengan alot.

Setelah dimintai keterangan sebagai saksi selama beberapa hari, Raya akhirnya bebas dari tuntutan karena tidak ada bukti yang menjadikannya tersangka atas pembunuhan Tuan Ado. Pelaku pembunuhan itu juga tidak terungkap. Sepertinya tersangka sangat hati-hati dan pintar dalam menjalankan aksinya hingga tidak meninggalkan jejak sama sekali.

“Kami akan terus menyelidiki kasus ini Nyonya,” ujar seorang polisi yang ditugaskan menangani kasus itu.

“Baiklah kalau begitu, tapi saya berharap kasus ini bisa terungkap dengan cepat,” pinta Nyonya Raya dengan penuh harap.

“Akan tetapi kami mohon kerja samanya, jika ada info penting lainnya. Tolong Nyonya segera beritahu kami!” saran polisi itu kemudian.

“Tentu,” sahut Nyonya Raya sambil tersenyum. Kemudian wanita itu pun segera meninggalkan kantor polisi dengan Yuyut dan seorang pengacara

Hari berganti hari, tidak terasa sudah beberapa bulan kasus Tuan Ado belum juga terungkap siapa dan apa motif dari pembunuhan itu. Kurangnya bukti dan saksi membuat kasus itu tidak terpecahkan juga.

***

Setelah kepergian mendiang suaminya, otomatis Raya mewarisi semua kekayaan Tuan Ado yang tidak punya anak. Mungkin bagi orang biasa, hidup bergelimang harta seperti Raya sangat enak dan bahagia, tetapi kenyataannya tidak seperti itu.

Sebagai janda muda yang masih cantik dan seksi, tentu berat bagi Raya menjalani kehidupan seorang diri. Ia merasa sangat kesepian dan hampa. Terlebih dirinya pernah seorang yang pernah berumah tangga. Tentunya ia sangat mendambakan seorang pendamping yang bisa memenuhi kebutuhan biologisnya.

Kini Raya bebas menikmati statusnya dengan bergelimang harta. Ia selalu mendapatkan apa pun yang diinginkan termasuk memilih lelaki untuk menjadi teman kencannya.

“Jadi kita mau minum di mana malam ini, Miss?” tanya Yuyut sambil memperhatikan penampilan Raya yang sudah bersiap untuk pergi.

“Terserah yang pasti tempat itu harus asyik buat nongki dan minum,” jawab Raya dengan santai sambil mengibaskan rambutnya yang pirang.

"Eike, sudah dapat tempat yang oke banget, Miss," sahut Yuyut sambil menyentuh layar ponsel dengan jari lentiknya.

"Go!" seru Raya sambil berdiri dan berlalu yang diikuti oleh Yuyut.

Dengan diantar oleh sopir pribadinya, Raya dan Yuyut segera pergi ke salah satu bar yang terkenal.

Netra Raya tampak menelisik ruangan yang sudah mulai ramai oleh pengunjung itu. Hingga ia menatap sebuah tempat yang cukup santai.

“Kita mau duduk di mana Miss,” tanya Yuyut sambil memilah tempat yang kosong.

“Di sana!” jawab Raya sambil menunjuk ke arah pojok

‘Oke,” sahut Yuyut dengan gemah gemulai.

Seorang waiters cowok yang terlihat cool langsung menghampiri Raya.

"Mau pesan apa Miss?" terdengar suara bass yang ramah bertanya.

"Vodka dulu," jawab Raya sambil tersenyum menggoda.

Entah sudah berapa banyak Raya menenggak minuman beralkohol. Ia ingin berharap bisa melupakan semua masalah yang sedang menimpanya. Sementara itu Yuyut hanya minum sedikit, ia memang harus tetap sadar jika Raya sampai mabuk.

Yuyut segera membayar minuman yang telah dipesan. Kemudian ia segera memapah tubuh Raya yang sudah mabuk berat untuk meninggalkan tempat itu.

"Aku masih mau minum, lagi," pinta Raya sambil berjalan dengan gontai.

"Besok lagi ya Miss, sekarang kita pulang dulu!" ujar Yuyut sambil mengimbangi gerakan Raya yang berjalan tidak terarah.

Di bawah temaram lampu, mereka segera menuju ke parkiran. Namun, tiba-tiba sebuah sepeda motor melaju dengan cepat dan melepaskan tembakan ke arah Raya.

Dor ..!

Tank ...!

tembakan itu melesat mengenai sebuah tiang. Seorang lelaki yang dibonceng kembali melepas tembakan sekali lagi dan berhasil mengenai sasarannya.

Dor ..!

"Auw ...," teriak Yuyut.

Raya dan Yuyut terlihat panik mendapat serangan tiba-tiba. Mereka pun segera berlindung di balik sebuah mobil.

"Cepat putar balik! Wanita itu harus mati malam ini juga," seru lelaki yang memegang pistol.

"Cepat, lari Miss!" seru Yuyut sambil merasakan sakit dan sesuatu mengalir di lengannya.

Raya yang panik kemudian berlari tidak terarah.

"Sial, wanita itu kabur. Cepat kejar!" umpat lelaki yang memaki helm ketika mereka hanya melihat Yuyut yang pingsan.

Dengan wajah yang panik dan ketakutan, Raya terus berlari. Tentu ia akan terkejar karena sedang mabuk dan tidak bisa berlari dengan cepat. Raya sudah tidak kuat lagi, wanita itu pun terlihat pasrah jika dirinya harus mati dibunuh sama seperti mendiang suaminya.

"Pasti wanita itu ada di sekitar sini, cepat cari!" ujar seseorang sambil berseru.

Pada saat yang genting, tiba-tiba seseorang menarik Raya dan membawanya lari menjauh dari tempat itu.

BERSAMBUNG