Bab 18 Skandal
Bab 18 Skandal
Raya menatap Hero yang masih tertidur pulas setelah bercinta dengannya. Entah mengapa Raya merasa debaran itu semakin kuat yang mana belum pernah ia alami dengan lelaki lain. Baginya lelaki itu lebih dari seorang pengawal pribadi, mungkin lebih tepatnya bisa dibilang teman tapi mesra.
Hanya Hero satu-satunya lelaki yang bisa memenuhi kebutuhan biologis Raya saat ini. Wanita itu sangat puas sekali dengan pelayanan yang telah Hero berikan. Baik itu soal keamanan maupun urusan ranjang. Tidak lama kemudian Hero tampak terjaga dan mendapati tubuhnya yang polos berada di dalam selimut. Sementara itu Raya tersenyum melihat bodyguardnya yang sudah bangun.
“Tiduran saja dan santai, jangan buru-buru pergi dari kamar ini!” seru Raya sambil menahan dada Hero ketika lelaki itu hendak bangun.
“Akan tetapi Miss, apa yang telah kita lakukan seharusnya tidak boleh terjadi,“ ujar Hero memberikan pendapatnya.
“Kenapa?” tanya Raya dengan heran, “Bukankah kita saling membutuhkan?” lanjutnya kemudian.
“Saya adalah seorang bodyguard yang harus menjaga Miss dalam keadaan apa pun. Bukan mengambil kesenangan dan kesempatan,” jelas Hero yang membuat Raya tersenyum.
“Kamu jangan merasa seperti itu, saya justru sangat senang sekali setiap kita melakukannya dan aku ingin kamu lebih dari sekedar pengawal pribadiku,” sahut Raya sambil mengutarakan keinginannya.
Hero tampak mengernyitkan dahinya dan bertanya, “Maksud Miss?”
Raya yang duduk di bibir ranjang sebelah Hero, mulai mengelus dada lelaki itu yang berotot dan menjawab, “Aku ingin kita saling memberikan kepuasan satu sama lain tanpa rasa sungkan.”
Hero segera memegang tangan Raya sebelum turun ke bagian bawah. Lelaki itu kemudian mengecup jari Raya yang jentik dan bertanya, “Benarkah Miss mau melakukannya dengan diriku yang hanya seorang biasa?”
“Kenapa tidak, kamu adalah lelaki terhebat yang pernah aku kenal,” sahut Raya sambil memuji Hero.
“Baiklah jika itu sudah menjadi keinginan Miss, tetapi apakah Miss siap jika suatu saat publik tahu tentang skandal kita.” Hero akhirnya menuruti keinginan Raya untuk menjalin hubungan lebih dekat lagi dan bertanya konsekuensinya.
“Tentu kita harus main cantik, di tempat umum kamu tetap bodyguardku, tetapi bila di dalam kamar kamu adalah kekasihku. Mulai malam ini, aku ingin kamu tidur bersama denganku!” seru Raya yang disambut anggukan oleh Hero, “Sekarang pakailah bajumu karena aku sudah lapar sekali. Aku tunggu kamu di meja makan ya!” ajaknya sambil meninggalkan Hero untuk makan siang. Sehabis bercinta dengan Hero ternyata sangat menguras tenaga Raya tadi.
Ketika sampai di meja makan Raya melihat Yuyut yang tengah meneguk air putih dengan wajah lemasnya karena terlalu lama menunggu Raya untuk makan siang bersama.
“Ya ampun Miss lama banget sih datangnya, perut Eike sudah keroncongan dari tadi,” ujar Yuyut dengan wajah memelasnya.
“Memangnya kamu belum makan?” tanya Raya sambil mengambil piring dan mengisinya dengan nasi serta lauk pauk.
Yuyut tampak heran karena tidak biasanya Raya mengambil sendiri makannya. Ketika waria itu hendak bertanya, tiba-tiba Hero datang dan bergabung dengan mereka untuk makan bersama.
“Duduk sini Hero!” seru Raya sambil menarik bangku di sebelahnya. Tanpa membantah lagi Hero segera duduk di samping wanita itu, “Ini buatmu.” Raya kemudian memberikan sepiring nasi yang tadi ia ambil.
“Terima kasih Miss,” ucap Hero sambil tersenyum.
“Yut, ambilkan buatku!” seru Raya kepada asistennya itu.
“Baik Miss,” sahut Yuyut yang segera mengambilkan makan siang untuk Raya. Setelah itu, baru buat dirinya sendiri.
“Hero coba deh capcainya!” Raya terlihat menyuapi Hero tanpa sungkan di hadapan Yuyut. Bahkan lelaki itu kemudian membalasnya dengan mengelap sisa makanan di bibir Raya.
Yuyut merasa seperti nyamuk yang melihat sepasang kupu-kupu sedang terbang dengan mesranya. Ia tampak menggeleng ketika Raya dan Hero selayaknya kekasih yang sedang dimabuk asmara sehingga mengira dunia hanya milik mereka berdua. Selain itu terlihat beberapa tanda merah yang sama di leher Raya dan Hero dan mereka terlihat cuek saja dan tidak merasa malu sedikit pun. Akhirnya Yuyut jadi risi dan ingin segera meninggalkan meja makan.
“Maaf Miss, Eike sudah kenyang,” pamit Yuyut yang telah menyudahi makan siangnya. Raya hanya mengangguk sambil melirik sekilas ke arah Yuyut. Kemudian ia melanjutkan makan siangnya kembali bersama Hero dengan sesekali tertawa kecil.
Sementara itu Yuyut terlihat menuju ke ruang tamu dan duduk di sofa sambil bertanya kepada dirinya sendiri dengan heran, “Kok bisa ya, Miss Raya jadi semakin dekat sama Hero? Atau jangan-jangan Hero sudah main dukun buat pelet karena ia tahu jika Miss itu janda kaya yang haus belaian kasih sayang.” Yuyut menebak apa penyebab Raya jadi lengket dengan Hero.
Ketika Yuyut sedang berkalut dengan pikirannya tentang kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, tiba-tiba handphonenya berdering. Ia segera menatap layar ponselnya dan membaca sebuah nama yang tidak asing lagi.
[Halo Bang Jaka, ada apa?] ucap Yuyut sambil bertanya.
[Iya Yut, kalian sedang berada di mana?] tanya Jaka dari seberang sana.
Yuyut tampak melihat ke arah Raya yang masih berada di meja makan dengan Hero. Kemudian ia pun menjawab, “Kita lagi di Bogor Bang, Miss Raya sedang menghadiri undangan meeting dari perusahaan mendiang Tuan Ado.”
[Berapa hari?] tanya Jaka yang ingin tahu kapan Raya akan pulang.
[Mungkin lusa kita baru pulang,] sahut Yuyut kembali.
[Yut, dengarkan saya baik-baik! Kamu harus selalu memperingati Raya agar waspada kepada Hero karena pria itu bukan orang baik!] seru Jaka yang membuat Yuyut jadi heran.
[Jadi Hero itu penjahat Bang Jaka?] tanya Yuyut dengan penasarannya.
[Saya tidak bisa jelaskan lewat telepon, nanti juga kamu akan tahu sendiri,] jawab Jaka kemudian.
[Baiklah kalau begitu Bang, nanti saya sampaikan kepada Miss Raya,] ujar Yuyut yang tampak mengangguk.
[Pokoknya begitu kalian sampai di Jakarta langsung kabari saya! Karena ada hal penting yang akan saya bicarakan dengan Miss Raya,] pesan Jaka dengan jelas kepada Yuyut.
“Siap Bang,” sahut Yuyut kembali dan pembicaraan itu berakhir.
“Telepon dari siapa Yut?” tanya Raya yang tiba-tiba datang di hadapan Yuyut.
“Dari Bang Jaka Miss, dia tanya kapan kita akan pulang,” jawab Yuyut sambil menatap ke arah Raya,
“Terus kamu jawab kapan?” Raya bertanya kembali.
“Lusa,” jawab Yuyut.
Raya tampak tersenyum mendengarnya karena ia memang ingin pulang lusa. Wanita itu berencana akan menikmati liburan ini bersama Hero lebih lama sebelum kembali ke Jakarta.
“Miss, Bang Hero ke mana?” tanya Yuyut sambil mencari lelaki itu dengan netranya.
“Di kamarnya, kenapa kamu cari Hero tumben?” jawab Raya sambil bertanya.
Yuyut kemudian mendekat ke arah Raya dan berkata dengan pelan, “Tadi Bang Jaka bilang, agar Miss berhati-hati dengan Hero karena lelaki itu bukan orang baik!”
Raya tampak tersenyum mendengar pesan dari Jaka dan wanita itu pun memberitahu, “Saya tidak percaya apa yang telah Jaka katakan kepadamu karena dari awal ia memang sudah tidak suka kepada Hero.”
“Akan tetapi Miss—“
Raya segera mengangkat tangannya dan berkata, “Saya lebih mengenal Hero dibandingkan Jaka, jadi tidak ada yang perlu ditakutkan dari lelaki itu.”
“Baik Miss,” sahut Yuyut yang merasa sia-sia telah memberitahu karena Raya lebih percaya kepada Hero.
Merasa tidak ada pembicaraan lagi, Raya segera meninggalkan Yuyut. Wanita itu kemudian menuju ke balkon untuk menikmati indahnya pemandangan dari atas.
BERSAMBUNG
