Bab 17 Pleace Touch Me
Bab 17 Pleace Touch Me
Waktu telah menunjukkan pukul sepuluh pagi, tetapi udara masih terasa dingin. Mentari yang bersinar redup tampak mengintip dari balik mega kelabu. Seseorang berjaket tebal dengan tutup kepala tampak berjalan ke kamar Hero. Melihat pintu yang tidak terkunci, ia segera masuk dan mencari sesuatu di sana. Tiba-tiba seseorang membekap penyusup itu dengan bed cover dan segera melibatnya.
“Aow … ampun!” lirih penyusup itu sambil meronta dan akhirnya ia pun jatuh tengkurap.
Hero tampak tertegun ketika merasa mengenal suara itu, ia kemudian membuka bedcover itu dari tubuh si penyusup.
“Aduh Bang Hero, bibir Eike jontor nih,” ujar Yuyut sambil meringis kesakitan.
“Salah sendiri kenapa kamu masuk ke kamar orang tanpa permisi,” sahut Hero sambil menyibak bedcover itu dari tubuh Yuyut.
“Tadi pintunya tidak dikunci Bang, main tegrap saja. Sudah seperti maling saja Eike,” protes Yuyut yang tidak terima dikerjai oleh Hero.
“Memang kamu maling, tukang curi informasi,” timpal Hero yang membuat Yuyut mengerucutkan bibirnya.
“Abang Hero, bantuin bangun,” pinta Yuyut sambil membentangkan tangannya dengan manja.
Hero tampak berpikir sesaat lalu bertanya, “Kamu mau apa datang ke kamar saya?”
“Bang Hero dipanggil Miss Raya ke kamarnya sekarang,” jawab Yuyut yang tetap masih duduk dilantai sambil selonjoran.
“Ya sudah saya segera ke sana,” sahut Hero sambil hendak berlalu.
Melihat dirinya akan ditinggal Yuyut segera memanggil, “Bang Hero tunggu! Tolong bantu Yuyut berdiri dulu! Main pergi saja,” gerutu Yuyut yang ingin mengambil kesempatan.
Hero tampak menggeleng dan berkata, “Oke, tetapi kamu harus tutup mata dulu dan jangan dibuka sebelum saya suruh!” Hero mengajukan syarat untuk membantu Yuyut.
Yuyut segera memejamkan matanya sambil memikirkan sebuah rencana agar ia bisa memeluk tubuh Hero. Tiba-tiba sebuah tangan menariknya, lalu ia merasa tubuhnya diputar-putar.
“Kamu mau saya peluk tidak?” tanya Hero sambil tersenyum.
“Mau dong,” jawab Yuyut dengan senangnya.
“Ya sudah cepat ke sini, lurus saja! Saya ada di depan kamu,” seru Hero sambil membuka pintu kamar mandi. Terus ia menyingkir ke samping tembok.
“Abang Hero di mana sih?” tanya Yuyut yang sudah tidak sabar ingin segera memeluk tubuh kekar lelaki itu.
“Dikit lagi, awas jangan ngintip!” jawab Hero sambil memperingati.
“Iya Bang, ih … gemas deh jadinya Eike,’ sahut Yuyut sambil menggigit bibirnya.
Setelah Yuyut sampai di dalam kamar mandi, Hero segera membukan keran shower dan menutup pintu.
“Aow … dingin Bang,” pekik Yuyut dengan terkejut ketika air dingin mengguyur tubuhnya.
Hero segera meninggalkan Yuyut untuk memenuhi panggilan Raya sambil terkekeh.
“Kisut dan terong Eike, Abang Hero!” teriak Yuyut dengan kesalnya.
Setelah mengetuk pintu, Hero kemudian masuk ke kamar Raya dan melihat wanita itu sedang menunggunya.
“Kunci pintu Hero!” seru Raya sambil menatap ke arah lelaki itu.
Hero segera menuruti perintah Raya dan kembali mendekat ke arah wanita itu seraya bertanya, “Ada apa Miss memanggil saya?”
“Saya ingin meminta pendapatmu, mengenai posisi saya sebagai pewaris tunggal,” ujar Raya memberitahu tujuannya memanggil Hero.
“Rawan, Miss harus mempunyai pendamping yang kuat dan berkuasa agar bisa melindungi dari ancaman apa pun,” ujar Hero memberikan pendapatnya.
“Kuat dan berkuasa, suami saya memiliki itu. Jangankan untuk melindungi saya, buat keselamatan dirinya sendiri saja tidak bisa,” sergah Raya yang membuat Hero tampak mengangguk.
“Saya rasa Miss lebih tahu dari pada saya dan tidak mungkin jika kamu memanggil saya hanya untuk itu,” sahut Hero yang membuat Raya tersenyum.
“Iya kamu benar, saya ingin kamu ikut berenang agar kejadian kemarin tidak terulang kembali,” jawab Raya sambil membuka piamanya.
Raya terlihat sudah memakai bikini dan segera berlalu ke kolam renang yang ada di balkon kamar itu.
“Jangan Miss air kolam masih dingin!” cegah Hero sambil menyusul Raya.
Raya tidak menghiraukan seruan bodyguardnya, ia tetap berjalan menuju ke kolam. Hero tampak tertegun ketika melihat pemandangan di hadapannya. Di mana kolam itu berada di atas yang menghadap ke pegunungan lepas. Berenang sambil menikmati indahnya alam sungguh sangat menyenangkan sekali.
“Indah sekali,” ungkap Raya yang sudah berada di dalam air.
“Iya, amazing,” sahut Hero yang jadi ingin berenang juga.
"Tidak begitu dingin airnya Hero, coba lah!” ajak Raya sambil menenggelamkan diri.
Beberapa saat kemudian Raya sudah menyembulkan diri dan mendapati Hero yang tepat berada di depannya. Lelaki itu tampak menelan silva ketika melihat gunung kembar yang sangat menggoda berada di hadapannya. Hero segera mengalihkan pandangan dengan mulai berenang. Sementara Raya hanya melihat Hero dari pinggir kolam sambil menggigit bibirnya. Lalu ia tersenyum kecil ketika melihat perut six pack dan otot tubuh Hero dengan jelas sekali.
“Kenapa Miss tidak jadi berenang?” tanya Hero ketika sudah kembali dari ujung kolam.
“Aku takut kram lagi,” jawab Raya yang membuat Hero jadi heran, “kecuali kamu mau memegangi saya,” pintanya dengan penuh harap.
“Baiklah, pegang tangan saya!” seru Hero sambil meraih lengan Raya kemudian ia membawa wanita itu masuk ke dalam air.
Setelah sampai ke ujung kolam dan balik kembali, Raya mulai terlihat kedinginan dan mengigil. Tanpa sungkan wanita itu segera memeluk tubuh Hero yang kekar.
“Sebaiknya kita naik Miss,” saran Hero yang mulai merasakan sesuatu yang empuk di dadanya.
Raya melepas pelukannya dan ia menatap Hero dengan lekat-lekat. Wanita itu kemudian mulai menyentuh wajah Hero yang ditumbuhi jambang dan kumis tipis. Seketika wanita itu tersenyum ketika merasakan sesuatu yang mengeras di bawah perutnya. Tanpa sungkan Raya melumat bibir Hero dengan memburu.
“Please touch me!” seru Raya ketika Hero tidak membalasnya.
Entah mengapa Hero menuruti kemauan Raya dan merasa kecanduan dengan bibir majikannya yang sensual. Seketika lelaki itu pun membiarkan dirinya makin terjerat oleh pesona Raya yang sangat memabukkan. Setelah cukup lama bercumbu, Hero kemudian menyelusuri leher Raya yang jenjang dan semakin turun untuk menikmati dua puncak gunung kembar.
Raya merasakan kehangatan yang menjalar ditubuhnya dan air kolam pun sudah tidak terasa dingin lagi. Hero mulai menyandarkan tubuh Raya di bibir kolam, lalu meneruskan aksinya kembali sehingga membuat Raya semakin semaput.
Gila, ya itulah kata yang tepat untuk disandang Hero saat ini. Ia telah melupakan prinsip kerjanya sebagai bodyguard dan sebuah tugas penting yang sedang diembannya. Hero mengakui di dalam hatinya jika ia tidak bisa menolak setiap ajakan Raya untuk bercumbu dan bercinta karena lelaki itu mulai dimabuk kepayang. Lebih tepatnya mereka sudah kecanduan satu sama lain tanpa memikirkan apa pun konsekuensinya nanti.
Raya tampak menggigit bahu Hero ketika pencapaian pertamanya.
“Again,” lirih Raya yang ingin mengulanginya lagi, tetapi wanita itu sudah tampak lemas karena tubuhnya masih berada di dalam air.
“Kita lanjutkan di atas!” ajak Hero yang disambut anggukan oleh Raya.
Kemudian lelaki itu mengendong tubuh Raya dan naik ke atas permukaan. Ia langsung membawa tubuh molek itu menuju ke tempat tidur untuk menuntaskan semuanya. Hero segera melepas bikini Raya dan celana pendeknya. Kemudian ia memeluk tubuh sintal wanita itu, lalu masuk ke dalam goa agar lebih hangat lagi.
Tiba-tiba tubuh Raya merasa kuat lagi dan kembali mencapai puncaknya, kemudian disusul oleh Hero yang merasa puas sekali. Entah sudah berapa kali mereguk kenikmatan itu yang pasti Hero dan Rya baru berhenti ketika sudah tidak bertenaga lagi.
Sementara itu Yuyut di luar kamar terlihat berdiri mematung sambil melirik ke arah jam ponsel yang sudah menunjukkan pukul 14. 00 WINB. Ia sudah bisa menebak apa yang sedang Raya dan Hero lakukan di dalam kamar.
“Empat jam Bo, tidak laper apa mereka ya?” tanya Yuyut sambil menggeleng, ia pun mengurungkan niatnya untuk memberitahu jadwal makan siang.
BERSAMBUNG
