Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 15 Awal Sebuah Rasa

Bab 15 Awal Sebuah Rasa

Mentari baru saja terbit di ufuk timur, cahayanya bagaikan panah yang melesat memberi kehangatan ke seluuh penjuru bumi. Hero terlihat sedang joging mengelilingi rumah Raya yang luas. Tampak tubuh kekar itu terbalut kaos yang sudah basah oleh keringat. Sesekali ia menengok ke kanan dan ke kiri untuk memeriksa keadaan sekitar.

Hero melihat Yuyut berada di bangku taman sedang bermain ponsel. Lelaki itu pura-pura tidak tahu dan mengeluarkan telepon genggamnya kemudian ia menghubungi seseorang.

[Halo, bagaimana kabar ibu?] tanya Hero sambil mengeraskan suaranya.

[Ibu sudah lebih baik Bang.] Terdengar suara seorang perempuan menyahuti dari seberang sana.

Yuyut yang mendengar percakapan itu langsung mengendap-endap ke arah pohon yang berada di sebelah Hero. Seperti biasa asisten Raya itu akan menguping pembicaraan.

[Syukur lah kalau ibu sudah sehat dan jadi abang bisa tenang bekerja di sini,] sahut Hero sambil melirik ke samping.

[Iya, maaf sudah membuat Abang risau kemarin,] ucap wanita itu kembali.

[Ya sudah, abang mau kembali bekerja,] Hero mengakhiri percakapan itu kemudian ia melanjutkan jogingnya kembali. Hero yakin sekali jika Yuyut langsung memberikan laporan kepada Raya.

Setelah Hero pergi, Yuyut segera masuk ke rumah untuk melaporkan apa yang baru saja didengarnya. Ia terlihat mencari majikannya dan setelah bertanya kepada asisten, ternyata Raya sedang berada di kolam renang. Dengan segera Yuyut menuju ke sana.

Benar saja Raya sedang duduk di bangku dengan santai sambil menikmati orange jus. Tubuh wanita itu hanya terbalut bikini, sehingga tampak molek dan seksi. Sebuah kaca mata hitam juga terlihat menghiasi wajahnya yang cantik.

Yuyut segera menghampiri Raya dan memberitahu apa yang baru saja ia dapatkan. Miss, tadi Hero telepon menanyakan keadaan ibunya yang sudah sembuh.”

“Bagus lah, aku senang mendengarnya,” sahut Raya sambil tersenyum, “Sekarang di mana Hero?” tanya wanita itu sambil menyeruput minumannya.

“Biasa lagi joging, pantas saja Bang Hero badannya kekar. Dia selalu rajin olahraga setiap pagi dan sore untuk menjaga kebugaran tubuhnya,” jawab Yuyut sambil memberikan penjelasan.

“Ya sudah saya juga mau berenang, kamu tunggu di sini ya!” seru Raya sambil berdiri kemudian ia menuju ke bibir kolam dan langsung menceburkan dirinya.

Raya terlihat lincah bergerak di air dengan gaya bebasnya, tetapi sampai di tengah kolam. Tiba-tiba ia merasakan kakinya kram dan tidak bisa digerakkan. Wanita itu terlihat panik dengan tangan yang mengapai-gapai permukaan air.

“Tolong ...!” pekik Raya yang membuat Yuyut jadi kaget mendengarnya.

Yuyut segera berlari ke arah kolam dan melihat Raya yang akan tenggelam. Sehingga ia berteriak dengan panik, “Tolong ..!Tolong ...!

Hero yang berada tidak jauh dari tempat itu segera berlari dan langsung menceburkan dirinya untuk menyelamatkan Raya. Tidak lama kemudian lelaki bertubuh kekar itu sudah menepi sambil mengendong tubuh Raya yang terkulai pingsan dan merebahkannya di pinggir kolam. Hero segera memberikan nafas buatan sambil menekan dada Raya beberapa kali. Yuyut tampak tercengang melihatnya dan membayangkan jika dirinya berada di posisi Raya.

Tidak lama kemudian Raya memuntahkan air dan mulai membuka matanya. Lalu dengan pelan ia merintih, “Kakiku sakit sekali.”

“Kaki Miss sepertinya kram, pasti tadi tidak pemanasan dulu sebelum berenang,” tebak Hero sambil meluruskan kaki Raya dan memijatnya dengan perlahan.

“Aow .., pelan-pelan Hero!” seru Raya yang tampak menyeringis kesakitan.

“Tahan sedikit ya!” saran Hero sambil mengurut kaki Raya yang putih mulus agar uratnya lemas kembali.

Lagi-lagi Yuyut yang melihat itu itu jadi salah tingkah, ingin rasanya ia merasakan pijatan tangan Hero yang kekar.

“Bagaimana, masih sakit?” tanya Hero sambil menatap Raya yang tersenyum kepadanya.

“Sedikit,” jawab Raya sambil menggigit bibirnya, “tolong antarkan saya ke kamar Hero!” pintanya kemudian.

Hero tampak mengangguk dan segera membopong tubuh Raya masuk ke rumah. Raya kemudian melingkarnya tangannya di leher Hero yang kekar dan wajah yang bersemu merah. Sementara itu Yuyut terlihat mengelap air liurnya yang hampir menetes karena ingin digendong seperti Raya.

“Yut, kamu cepat ambilkan krim untuk salah urat dan bawa ke kamar saya!” seru Raya tanpa menoleh.

Hero langsung membawa Raya menuju ke kamar wanita itu. Ia merebahkan tubuh majikannya dengan perlahan.

“Saya akan panggilkan dokter untuk memeriksa kaki Miss,” ujar Hero yang hendak berlalu, tetapi dengan cepat Raya meraih tangan bodyguardnya itu.

“Tidak usah Hero! Saya baik-baik saja. Hanya masih tegang sedikit,” cegah Raya sambil menatap Hero dengan lekat-lekat.

“Mana yang masih sakit Miss?” tanya Hero dengan sigap.

“Paha sebelah kanan,” jawab Raya, “tolong pijat lagi sebentar!” pintanya kemudian.

Hero segera menuruti keinginan Raya, tiba-tiba senjatanya menegang ketika mengelus paha Raya yang putih mulus itu.

“Ke atas sedikit Hero!’ seru Raya sambil memejamkan matanya.

Hasrat Hero mulai terpancing ketika tangannya tidak mau berhenti untuk memijat bagian tubuh Raya yang lain. Entah siapa yang memulai mereka kemudian saling memagut satu sama lain. Tiba-tiba terdengar suara pintu terketuk, tetapi Raya dan Hero tidak menghiraukan karena sedang fokus bercumbu.

Tok ..! tok ..!

Merasa sudah mengetuk pintu Yuyut segera masuk dan berkata, “Miss, ini krimnya.”

Hero dan Raya sangat terkejut ketika melihat Yuyut yang datang tiba-tiba. Mereka segera menyudahi apa yang baru saja di mulai, Hero langsung melepas tubuh Raya dan keluar dari kamar itu.

“Maaf, saya mau ganti baju dulu,” pamit Hero sambil tertunduk malu karena Yuyut telah memergoki perbuatannya dengan Raya.

Sementara itu Yuyut langsung membalikkan badanya sambil berucap, “Maaf saya tidak tahu.”

“Yuyut lancang kamu!” seru Raya terlihat marah sekali sambil menutupi tubuhnya dengan bedcover.

“Maaf Miss, saya cuma mau kasih ini,” sahut Yuyut sambil meletakan krim pesanan Raya di atas kasur.

Sambil menahan kesalnya Raya kemudian berseru, “Keluar kamu dan panggilkan aku asisten yang lain!”

“Baik Miss,” jawab Yuyut dan langsung pergi dari kamar Raya.

Raya tampak memukul bantal dengan kesalnya karena Yuyut telah merusak moodnya hari ini. Padahal wanita itu tadi sangat menikmati cumbuan Hero, tetapi gagal mendapatkan kepuasan karena keteledoran asistennya. Entah mengapa Raya merasa sentuhan Hero seperti candu baginya. Ia ingin merasakan lagi dan lagi seolah tidak ada jemu-jemunya.

Tiba-tiba wanita itu merasakan debaran yang mulai tumbuh di hatinya. Raya tidak tahu perasaan apa itu yang pasti ia tidak bisa menepisnya. Namun, yang pasti wanita itu mulai menyukai Hero jika menyentuh tubuhnya. Raya mulai memikirkan cara agar ia bisa lebih dekat lagi kepada Hero. Tentu lebih dari seorang majikan dan bodyguard pastinya. Tidak lama kemudian seorang asisten wanita datang dan segera melayani Raya semua perintah Raya.

Sementara itu Yuyut terlihat tidak terima jika dirinya disalahkan. Mana tahu ia jika Raya dan Hero sedang bercumbu mesra. Diam-diam Yuyut pun jadi curiga pasti ada sesuatu di antara mereka karena tidak biasanya Raya mau disentuh oleh lelaki lain apalagi bawahannya sendiri.

Setelah cukup beristirahat dan merasa lebih baik Raya segera memanggil Yuyut ke kamarnya untuk menanyakan hari ini ada skedul apa saja.

“Hari ini ada jadwal apa?” tanya Raya dengan serius.

“Tidak ada Miss, cuma undangan dinner dari Jaya Corp, lusa di puncak,” jawab Yuyut yang masih ketakutan tanpa berani menatap Raya.

Sepertinya Raya harus datang menerima undangan itu karena ia adalah pemegang saham terbesar dari warisan mendiang suaminya. Wanita itu tampak berpikir sesaat dan berseru, “Cepat kamu hubungi desainer langganan kita dan minta buatkan beberapa gaun malam untukku sekalian setelan jas untuk Hero!”

“Baik Miss,” sahut Yuyut yang langsung menjalankan perintah Raya.

Setelah kepergian Yuyut, Raya tampak tersenyum membayangkan suasana puncak yang dingin. Ia pun jadi tidak sabar untuk mampir ke salah satu vila mewahnya yang ada di sana. Tidak lama kemudian wanita itu pun berlirih, “Aku harus memberitahu Hero untuk bersiap-siap.” Raya kemudian mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Hero.

BERSAMBUNG

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel