Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 13 Kecurigaan Raya

Bab 13 Kecurigaan Raya

Di sepanjang perjalanan suasana di dalam mobil yang membawa Raya terlihat hening. Mereka tampak berkalut dengan pikiran masing-masing, sehingga Yuyut mencoba untuk mencairkan suasana dengan gaya kocaknya.

“Pusing ... kepala Eike setiap hari Jakarta macet, seperti mikirin utang yang antri buat dilunasin. He …he …,” ujar Yuyut sambil memegang kepalanya dengan terkekeh.

Sepi tidak ada yang menyahuti sehingga Yuyut merasa seperti orang gila yang bicara dan tertawa sendirian. Akhirnya ia mengeluarkan ponsel dan mulai berselancar di media sosialnya. Tiba-tiba sebuah pesan masuk ke inbox Yuyut dengan segera ia membacanya.

[Yut, kamu tahu tidak kenapa hari ini Hero jadi pendiam dan pemarah?] tanya Raya melalui sebuah pesan.

Yuyut dengan lincahnya segera mengetik balasan,[Tidak tahu Miss, mungkin dia sedang ada masalah,] jawab Yuyut yang juga tidak mengerti kenapa Hero jadi begitu.

Begitu pun dengan Raya jari lentiknya tampak lihai bermain di layar ponsel. [Iya sepertinya begitu, pasti dia sedang ada problem.]

[Nanti Eike cari tahu Miss] balas Yuyut kemudian.

Akhirnya percakapan lewat ponsel itu berakhir ketika mobil yang ditumpangi Raya berbelok ke restoran mewah. Setelah mobil itu terparkir di tempat yang tersedia, Hero segera membukakan pintu untuk Raya dan mengawalnya memasuki tempat itu. Sementara itu Yuyut juga segera mengikuti majikannya dari belakang.

Raya segera menuju meja yang sudah dibooking oleh teman sosialitanya dan langsung membaur dengan mereka.

“Hello Miss Raya,” ucap seorang wanita cantik sambil menyambut kedatangan Raya.

“Hai every body,” balas Raya yang membalas dengan melakukan cium pipi kanan dan kiri ke teman-temannya.

Sementara itu Yuyut segera duduk di samping majikannya, sedangkan Hero berdiri tegak sambil mengawasi Raya. Baru saja acara di mulai, tiba-tiba ponsel Hero kembali bergetar. Akhirnya Hero menjauh dari tempat itu untuk menerima panggilan masuk. Raya segera memberikan kode kepada asistennya yang langsung mengangguk.

[Ada apa lagi Dira?] tanya Hero ketika berada di tempat yang aman.

[Hu … hu ..., Abang ibu masuk rumah sakit,] ujar Dira memberitahu dari seberang sana.

[Ya sudah, kamu jangan menangis dan harus tenang! Nanti Abang akan kirim biayanya,] sahut Hero yang terlihat mulai cemas.

[Dira takut Bang, pulang lah sekarang!] ungkap Dira sambil meminta Hero untuk kembali.

Hero tampak menghela nafas panjang dan menjawab,[Abang sedang kerja Dira, jadi tidak bisa pulang.] Ia menegaskan kembali jika dirinya tidak bisa memenuhi permintaan adiknya.

[Masa Abang tidak bisa minta izin, nanti kalau ibu ---]

[Ibu akan sembuh Dira, kamu jangan takut! Abang akan cari uang untuk membiayai semua pengobatan ibu dengan yang fasilitas yang terbaik,] potong Hero dengan cepat setelah tahu arah pembicaraan adiknya ke mana.

[Iya Bang,] sahut Dira yang terdengar mulai tenang.

Sementara itu tanpa diketahui Hero, Yuyut sedang menguping dari balik tembok. Ia bergegas kembali sebelum pembicaraan Hero berakhir.

[Ya sudah, Abang mau balik kerja dulu dan jangan telepon lagi!] seru Hero sambil memutus percakapan itu. Kemudian ia segera kembali untuk mengawasi Raya.

Yuyut segera menyampaikan apa yang sudah diketahuinya kepada Raya. Kenapa Hero berubah jadi murung. Setelah mendengarkan info dari Yuyut, Raya tampak terkejut sekali. Ia tidak percaya jika ibunya Hero sedang sakit.

“Kamu yakin tidak salah dengar?” tanya Raya setengah berbisik.

“Betul sekali Miss,” lirih Yuyut sambil mengangguk kecil.

Tiba-tiba Raya merasa bersalah telah memaki Hero tadi, ia pun jadi tidak enak hati. Wanita itu seharusnya memberi dukungan bukan menghinanya. Raya tampak berpikir sesaat dan segera pamit kepada teman-temannya untuk pulang lebih dahulu.“Sory ya semua, aku harus pulang karena ada keperluan mendadak,” pamit

“Oke Miss,” sahut teman Raya.

Raya dan Yuyut segera meninggalkan tempat itu, Hero yang baru datang langsung mengawal Raya dengan ketatnya. Raya tidak tidak segera pulang, tetapi masuk ke sebuah coffee break. Ia ingin meminta maaf kepada Hero untuk menebus kesalahannya.

“Hero, duduk lah saya ingin bicara sebentar!” ajak Raya sambil menatap lelaki itu dengan penuh sesal.

Hero segera menarik bangku di depan Raya dan duduk tanpa bersuara sedikit pun. Sehingga membuat Raya menyadari jika lelaki itu masih marah kepadanya.

“Saya minta maaf telah menghinamu tadi,” ucap Raya dengan penuh sesal.

“Iya,” jawab Hero singkat dengan acuh tak acuh.

“Please Hero, jangan diam saja, cerita lah kepadaku! Mungkin aku bisa membantu masalah yang sedang kamu hadapi,” seru Raya sambil memegang tangan lelaki itu.

“Masalah apa?” sahut Hero kembali menutupi tentang ibunya yang sedang sakit.

Raya tidak putus asa agar Hero mau berbagi masalah itu dengannya. Kemudian ia menatap lelaki itu dengan saksama dan berkata, “Saya sudah percaya kepadamu dengan menceritakan semua masalah saya. Kamu juga bilang kan kalau kita harus saling terbuka. Ingat Hero kamu adalah Bodyguarku jadi masalah kamu itu masalahku juga begitu pun sebaliknya,” desak Raya kembali.

Hero tampak berpikir dan ia tetap membungkam soal masalah pribadinya. Bagi lelaki itu siapa pun tidak ada yang boleh tahu tentang privasinya, termasuk Raya.

“Apakah Miss, mau pergi ke tempat lain? Jika sudah tidak ada keperluan lagi sebaiknya kita pulang!” tanya Hero sambil menyaran untuk mengalihkan pembicaraan.

Mendengar itu Raya tampak menghembuskan nafasnya dengan perlahan. Ia tahu jika Hero tidak mau terbuka kepadanya.

“Saya tidak akan pergi dari tempat ini, sebelum kamu menceritakan apa masalahmu!” ujar Raya yang membuat Hero semakin terpojok.

“Saya bekerja untuk melindungi Miss bukan buat curhat.” Hero menegaskan jika dirinya dibayar untuk bekerja sebagai bodyguard.

Mendengar itu Raya semakin mengerti jika Hero tidak mau membebaninya. Padahal ia tidak pernah membedakan status sosial, bagi Raya semua yang bekerja kepadanya adalah tanggung jawabnya dan wanita itu siap membantu dengan sukarela. Namun, Hero berbeda dari yang lainnya dan tidak mau terbuka sama sekali.

“Oke, kalau kamu tidak cerita, tetapi jangan larang jika saya membantu ibumu yang sedang sakit,” ujar Raya menggunakan cara terakhirnya.

Hero tampak terkejut ternyata Raya sudah tahu tentang ibunya yang sakit. Ia menatap tajam wanita itu dan bertanya, “Dari mana Miss tahu soal itu?”

“Itu tidak penting,” sahut Raya sambil menyeruput ice capucino.

Hero segera menoleh ke arah Yuyut yang duduk di bangku sebelah. Asisten Raya itu pura-pura tidak melihat dan terlihat sibuk mengaduk minumannya.

“Dasar tukang nguping,” tebak Hero kepada Yuyut. Kemudian ia menatap Raya dan berkata, “Saya rasa Miss sudah tahu banyak jadi saya tidak perlu cerita lagi bukan.”

“Saya hanya ingin membantu kamu Hero.” Raya menegaskan keinginannya untuk menolong Hero dari masalah yang sedang dihadapi oleh lelaki itu.

“Baiklah, jika saya tidak mampu. Miss boleh membantu,” ujar Hero yang akhirnya mengalah juga.

Mendengar itu Raya kemudian tersenyum senang dan berkata, “Nah, begitu dong.”

Kemudian mereka segera melanjutkan untuk minum kopi kembali. Raya sepertinya masih ingin berbincang dengan lelaki itu.

BERSAMBUNG

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel