Bab 11 Kamu Memang Hebat
Bab 11 Kamu Memang Hebat
Dengan perlahan Raya mulai menggerakkan pinggulnya. Wanita itu seperti seorang joki yang sudah mahir dalam menunggangi seekor kuda. Sementara itu Hero masih terus meremas dua buah apel puji yang mengantung di depannya.
Raya semakin mempercepat ritme gerakkannya untuk segera mencapai garis finis. Dengan desah-desahan yang terus keluar dari mulutnya. Hingga wanita itu pun tampak memekik kecil ketika pencapaian pertamanya.
“Oh … Hero,” lirih Raya sambil menjatuhkan tubuhnya di atas badan Hero yang kekar.
Hero segera membalikkan posisi, kini dirinya yang memegang kendali. Tentu ia ingin mendapat kepuasan juga. Lelaki itu mulai mencumbu Raya kembali, lalu menyelusuri leher jenjang wanita itu dan meninggalkan beberapa jejak di sana. Kemudian ia mulai turun ke tengah, di mana terdapat dua buah gunung kembar yang tampak berdiri tegak. Hero segera menjelajah mulai dari lereng hingga ke puncak dan ia tampak mengukir sejumlah tato berwarna merah di tempat itu.
“Cu-cukup Hero!” seru Raya sambil menggeliat geli bercampur nikmat, “Cepat lakukan!” Raya sudah tidak tahan untuk mendapatkan yang kedua.
Setelah puas bermain di gunung kembar, Hero kemudian menyelusuri sungai yang terdapat sebuah pusaran air di tengahnya. Hampir setiap inci ia jejaki dengan mengikuti aliran yang menuju ke muara. Lelaki itu terlihat memasuki sebuah hutan rimba dan mulai menyibak agar ia bisa melihat tempat yang sedang dicarinya. Ketika sampai di mulut gua, lelaki itu tampak tertegun sejenak menatapnya yang begitu indah dan menantang. Hero semakin penasaran dan ingin segera masuk ke dalamnya. Kemudian ia mulai mengarahkan senjatanya dengan perlahan dan mulai menjelajah ke dalam gua itu yang masih terasa sempit.
‘Oh great ….” ucap Hero sambil mengayunkan pingulnya dengan perlahan.
“Lebih cepat Hero!” seru Raya sambil meremas rambut lelaki itu.
Pelu mulai bercucuran di pelipis kedua insan itu, Hero terlihat menambah kecepatannya dan Raya kembali memekik untuk yang kedua kalinya. Begitu pun dengan Hero yang menembakkan senjatanya beberapa kali.
“Good …,” ucap Hero ketika merasakan ular kobra miliknya menyemburkan larva ke dalam gua Raya hingga luber ke luar.
Seketika tubuh Hero pun ambruk di samping badan Raya, mereka terlihat terengah-engah seperti orang yang habis lari maraton.
“Kau hebat sekali Hero,” puji Raya sambil tersenyum puas.
“Kamu juga Miss,” balas Hero sambil menyeka peluhnya.
Setelah beristirahat sejenak, Raya mulai mengelus dada Hero yang berbulu. Wanita itu kemudian mendekatkan bibirnya ke arah kuping Hero dan berkata, “Again.”
Belum sempat Hero menjawab karena masih merasa lelah, Raya mulai memberikan rangsangan kepada lelaki itu dan ular kobra milik Hero bangun lagi siap untuk mematuk kembali. Namun, Hero terlihat kewalahan melayani Raya yang seperti orang kelaparan dan kehausan. Wanita itu seperti mempunyai tenaga kuda yang super kuat.
Suara desahan dan erangan yang keluar dari mulut Raya dan Hero kembali menggema di dalam kamar. Tanpa mereka sadari sepasang telinga tengah menguping di balik pintu. Siapa lagi kalau bukan Yuyut si ratu kepo, ia tampak menggigit bibirnya membayangkan apa yang sedang Raya lakukan bersama dengan Hero. Entah mengapa tiba-tiba darahnya mendesir ketika mendengar suara-suara samar dari dalam kamar Raya. Yuyut juga tampak tersenyum-senyum sambil menahan lututnya yang terlihat gemetaran.
“Pasti mereka sedang melakukan gerakan yang sedang hot,” tebak Yuyut yang tiba-tiba jadi apeng.
Sementara itu di dalam kamar, Raya masih mendominasi atas diri Hero. Mereka mencoba dengan beberapa gaya yang semua dipegang kendali oleh Raya. Bahkan wanita itu terkadang memberikan arahan kepada Hero dan lelaki itu tampak menurut untuk mengikuti apa yang Raya perintahkan.
“Iya seperti itu, Oh ….” ujar Raya sambil menikmati setiap sentuhan Hero.
Raya seperti seorang joki yang tanpa lelah terus berpacu untuk mencapai garis finis, meskipun sekujur tubuhnya sudah basah oleh peluh. Wanita itu seperti mempunyai tenaga cadangan yang banyak Seolah tidak terkuras, meskipun sudah beberapa kali mengulang.
“Gila, Miss Raya dan Hero sudah berapa kali ya? Kok tidak selesai-selesai juga,” tanya Yuyut pada dirinya sendiri, “Kalau dibuat film pasti durasinya paling lama.” Yuyut terlihat terkekeh membayangkan itu semua.
Yuyut pun berkhayal jika ia yang menjadi Raya di dalam pasti dirinya akan sangat puas sekali. Sehingga ia pun berlirih, “Coba Eike bisa masuk dan lihat langsung.” Yuyut semakin semaput dan gairahnya pun terpancing dengan khayalannya sendiri. Yuyut semakin menempelkan telinganya agar dapat mendengar lebih jelas lagi. Ia mulai menggesekkan kakinya ketika mendengar suara erangan Raya yang panjang.
“He …Hero …,” pekik Raya yang entah sudah berapa kali. Tubuh sintal itu pun jatuh terkulai kembali dalam dekapan Hero.
Raya seperti orang kehabisan tenaga, baru kali ini ia mendapat lawan yang bisa mengimbanginya. Sungguh dirinya sangat puas sekali atas pelayanan Hero yang sungguh perkasa. Wanita itu merasa sangat beruntung bisa mendapatkan bodyguard seperti Hero. Selain mampu melindungi dirinya juga sanggup melayaninya di atas ranjang. Bahkan Jaka saja tidak bisa seperti Hero, masih kalah jauh menurutnya.
“Terima kasih Hero, aku sangat puas sekali,” ucap Raya ketika berada di dalam pelukan lelaki itu.
“Oke Miss,” sahut Hero singkat dengan wajah yang terlihat mulai lelah.
Baru kali ini selama hidup Hero, ia menemui seorang wanita yang sangat kuat bercinta seperti Raya. Biasanya wanita yang tidur dengannya hanya kuat paling banyak cuma tiga ronde. Sementara Raya entah sudah berapa kali, bahkan dirinya yang sempat kewalahan.
Sebenarnya Hero tidak mau melakukan hal seperti ini karena ia tidak mau dianggap mengambil kesempatan dalam bekerja. Namun, ancaman Raya membuatnya tidak berdaya dan ia paling malas jika harus berurusan dengan polisi.
Raya terlihat pasrah ketika Hero kembali menuntut kepuasan darinya. Lelaki itu juga tampak bermandikan keringat untuk menggapai pencapaiannya yang terakhir.
“Oh ... Very Great,” pekik Hero menyudahi permainan panjang dan melelahkan itu.
Hero dan Raya terlihat saling berpelukan setelah merasakan kepuasan yang tiada terkira. Bahkan wanita itu terlihat tidur dengan pulasnya dalam dekapan Hero. Ketika lelaki itu sedang beristirahat, tiba-tiba ia teringat dengan sesuatu yang sangat mengerikan sehingga dirinya tidak bisa memejamkan mata. Lelaki itu mulai merasa gelisah dengan jantung yang berdebar. Kemudian ia memindahkan kepala Raya ke bantal dan menyelimuti tubuh seksi yang polos itu dengan selimut.
Hero segera mengambil bajunya yang berserakan di lantai dan memakainya kembali. Lalu lelaki itu memutuskan pergi dari tempat itu, tidak lupa ia membawa semua perlengkapan yang dibawanya tadi. Ketika membuka pintu, tiba-tiba Yuyut jatuh terjengkang ke dalam kamar.
“Aoww …,” teriak Yuyut yang jatuh tersungkur di bawah kaki Hero.
“Yut, kamu sedang apa di sini?” tanya Hero juga yang snagat terkejut melihat Yuyut jatuh. Ia mengira pasti tadi asisten Raya itu telah menguping apa yang sedang dilakukannya.
Yuyut segera berdiri dan langsung balik bertanya, “Abang Hero, sedang apa di kamar Miss Raya?”
“Habis membetulkan CTV,” jawab Hero berusaha tetap tenang agar Yuyut tidak mengetahui apa yang sudah ia lakukan dengan Raya.
Yuyut tampak tertawa kecil sambil melihat bercak merah muda di leher Hero. Kemudian dengan spontan ia pun menyeletuk, “Masa sih, saya kira habis berenang sama ikan cupang.”
“Apaan sih kamu tidak jelas? Sudah jangan berisik! Miss Raya sedang tidur,” seru Hero yang tidak menyadari maksud dari perkataan Yuyut. Lelaki itu kemudian segera keluar dari kamar itu.
Setelah Hero pergi Yuyut pun berlirih, “Dasar buaya buntung, tidak mau mengaku kalau habis ….” Ia melihat Raya yang tengah tertidur pulas. Dengan segera dirinya meninggalkan kamar itu sebelum majikannya bangun.
Setelah beberapa jam kemudian, Raya terbangun dari tidurnya. Wanita itu tampak tersenyum mengingat apa yang baru saja ia lakukan bersama dengan Hero. Sungguh lelaki itu sangat jantan dan bisa memuaskan hasratnya yang tidak tersalurkan selama ini. Raya segera menyibak selimut yang menutupi tubuhnya dan melihat begitu banyak jejak yang telah Hero tinggalkan. Dengan perlahan wanita itu kemudian turun dari atas ranjang dan menuju ke kamar mandi untuk membasuh tubuhnya yang terasa sangat lengket.
BERSAMBUNG
