Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3. Permintaan

Pada umumnya para wanita bermartabat seperti Selena akan marah bila direndahkan oleh pria yang baru pertama kali dia temui, tetapi tidak dengan Selena. Wanita bertubuh langsing itu justru mengeluarkan tawa cukup keras hingga Abraham dan Alex saling lempar pandang dengan kening berkerut kuat sekarang.

"Apa ada yang lucu? Aku minta maaf jika perkataanku tadi menyinggungmu Nona, lagipula aku hanya bercanda kok," kata Alex sambil melempar senyum hambar dan sesekali melirik Abraham.

Selena masih tertawa sambil menggelengkan kepala pelan-pelan. Tawanya mengandung banyak arti, hingga Alex tampak merasa bersalah dan Abraham hanya memutar mata sejenak.

"Bercandamu keterlaluan Lex, lagipula aku belum menyentuh tubuhnya, walaupun aku suka berhubungan seks, tapi tidak semua wanita akan aku ajak ke atas ranjang," timpal Abraham. Berusaha mencairkan suasana yang terasa mulai canggung. Sebab Selena tak kunjung menghentikan tawa, masih asik tertawa sambil memperhatikan Alex.

Mendengar atasannya berbicara, Selena perlahan menghentikan tawa lalu mencondongkan tubuh ke arah Alex.

"Maaf Tuan Alex, jika tawaku membuat Anda jadi merasa bersalah, menurutku lucu kok, baru bertemu Anda sudah mengeluarkan kata-kata indah, tapi terima kasih pujiannya," ucap Selena, penuh arti dan penuh makna. "Sudahlah lebih baik kita sudahi basa basi ini, mari kita ke tujuan pertemuan ini."

Nada bicara Selena terdengar biasa. Namun, melalui sorot matanya yang tajam, membuat Alex tersenyum miring sekarang.

Padahal Selena menahan diri untuk tidak menjambak rambut Alex. Anak sulung dari perusahaan Lenyes Grup ini tidak lebih sama seperti Abraham. Kekaguman Selena kepada Alex langsung menghilang dalam sekejap. Selena pikir Alex berbeda dengan Abraham. Sebab citra Alex di depan publik dikenal sebagai pria yang baik hati dan dermawan. Dari kabar yang terdengar Alex hampir setiap bulan memberikan sumbangan kepada yayasan-yayasan yatim piatu di Amsterdam. Sungguh berbanding terbalik dengan berita yang Selena dapatkan.

"Baiklah, aku benar-benar minta maaf, aku dan Abraham memang suka membuat lelucon. Dulu kami adalah teman kuliah dan sekarang kami akhirnya berjumpa, kita sudah 2 tahun tidak bertemu, benar tidak Abraham?" Alex menaruh tangan kanan di pundak Abraham seketika, selayaknya seorang sahabat yang sering kali mengeluarkan guyonan-guyonan nakal.

Selena enggan menyahut. Namun, kedua mata cokelat itu diam-diam memindai penampilan Alex dari atas sampai ke bawah. Tampak seperti pria green flag, tak ada tanda-tanda pria ini juga suka melontarkan guyonan-guyonan vulgar seperi tadi. Selena tertipu dengan penampilan kharismatik Alex.

Sementara Abraham langsung menurunkan tangan Alex dari pundaknya lalu berkata,"Ya tapi kau salah mengambil timing, sudahlah ayo kita duduk, aku juga ingin cepat-cepat pulang, kau ini selalu saja mengulur-ulur waktu."

"Sorry." Alex malah cengengesan. "Baiklah ayo kita duduk," katanya lalu cepat-cepat memutar tumit ke belakang hendak bergabung bersama sekretaris wanitanya yang sejak tadi diam-diam mendengarkan obrolan ketiga manusia di ruangan.

Abraham dan Selena lantas melangkah menuju meja, bergabung pula bersama Alex dan Emi.

Sesampainya di meja, Selena dan Emi langsung melakukan tugasnya. Dimulai dari Emi yang memaparkan kerjasama antar perusahaan Lenyes Grup dan Langham Grup. Setelah itu dilanjutkan lagi dengan presentasi dari Selena.

"Baiklah, jelaskan serinci-rincinya Selena, aku tidak mau lelaki ini bertanya-tanya lagi nanti," celetuk Abraham seraya melirik Emi sekilas, yang sejak tadi curi-curi pandang ke arahnya.

Emi tampak gelagapan kala Abraham melempar senyum padanya seketika. Wanita berambut pendek sebahu itu buru-buru menundukkan kepala dan duduk kembali di tempat semula.

"Ck, kalau aku tidak mengerti, aku pun bisa bertanya padamu sialan!" lontar Alex sedikit kesal, melirik Abraham yang ternyata asik memandangi Emi. Melihat hal itu Alex memutar bola mata ke atas, tentu saja dia tahu apa yang ada di dalam pikiran Abraham saat ini.

Selena tak menyahut, justru cepat-cepat berdiri sambil menenteng i-pad di atas meja lalu mulai berjalan ke tengah-tengah ruangan. Hal yang tidak dilakukan Emi sama sekali tadi.

"Baiklah aku harap Tuan Alex mendengarkan benar-benar apa yang akan aku sampaikan, jika ada pertanyaan, langsung tanyakan saja padaku," kata Selena dengan tegas.

Membuat perhatian Alex tertuju pada Selena seketika. Sikap Selena membuat Alex jadi kagum. karena wanita di hadapannya saat ini, terlihat sangat profesional dalam berkerja.

"Baik Selena, paparkanlah aku akan mendengarkan dan bertanya jika aku tidak mengerti," balas Alex.

Mendengar tanggapan Alex, fokus Abraham jadi terpecah. Bola matanya yang sedari tadi diam-diam merayu Emi, jadi teralihkan. Lelaki itu langsung menoleh ke arah Alex. Di mana sahabatnya sewaktu kuliah dulu, begitu fokus mendengarkan Selena yang saat ini menjelaskan isi kontrak kerjasama satu persatu.

Ada sensasi aneh merasuk dadanya tatkala Alex memandang Selena tanpa mengedipkan mata sama sekali sedari tadi. Melihat hal itu, Abraham tanpa sadar mengepalkan sedikit kedua tangan.

"Tuan, bolehkah aku meminta nomor ponselmu," kata Emi seketika sambil mengelus-elus paha Abraham di bawah meja, menggunakan kaki kanannya.

Abraham tersentak, buru-buru mengalihkan pandangan ke depan kemudian menurunkan tangan kanannya di bawah meja.

"Mintalah dengan Alex," ujar Abraham sambil menurunkan kaki Emi perlahan-lahan.

Emi membalas dengan tersenyum tipis dan sesekali menyelipkan anak rambutnya ke telinga.

Setelah itu, Abraham melirik ke arah Alex. Pria bermata hitam itu masih asik memandang Selena di depan sana. Dada Abraham bertambah makin panas.

Tak lama Selena sudah selesai memaparkan dan berkata,"Baiklah, sudah selesai, apa sudah jelas Tuan Alex?"

Alex tak menyahut, memandangi Selena sambil memiringkan sedikit kepalanya. Sedari tadi dia tak mendengarkan apa yang disampaikan Selena, justru menatap penuh kagum pada sosok di depan.

Abraham mendengus kasar lantas cepat-cepat mengambil satu kentang di atas meja kemudian melempar makanan pendamping steak itu ke arah Alex.

"Lex, kau dengar tidak?" tanya Abraham setengah berteriak.

Alex terbelalak kala potongan kentang mendarat tepat di pipinya barusan. Secepat kilat dia menoleh ke arah Abraham.

"Sorry, sorry, aku dengar kok, semua sudah jelas, tidak ada yang perlu ditanyakan lagi,"balasnya lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Abraham mendengus lagi kemudian memberi perintah pada Selena untuk menyiapkan kontrak kerjasama yang harus ditandatangani Alex dan dia.

Selena mengangguk kemudian melakukan tugasnya. Tak berselang lama, kontrak kerjasama antar perusahaan Langham Grup dan Lenyes Grup telah berhasil disepakati.

"Sambil merayakan kerjasama ini, mari kita makan bersama-sama, kau tidak bisa menolak Abraham, ini sudah waktunya jam pulang," kata Alex membuka topik pembicaraan.

Abraham beranjak dari kursi seketika. "Sayangnya aku ada kegiataan setelah ini, bukan begitu Selena?"

"Benar, Tuan Abraham harus bertemu Nyonya Nova, kami minta maaf Tuan Alex, di lain waktu saja kita makan bersama-sama." Melihat pergerakkan Abraham, Selena pun bangkit berdiri.

Begitu mendengar nama 'Nova', Alex tak bisa membantah. Nova adalah nenek Abraham sekaligus pemegang kekuasaan tertinggi di perusahaan Langham Crop. Orang yang sangat disegani di negara ini.

"Baiklah kalau begitu, aku pun juga harus kembali ke kantor sebentar, ada barangku yang ketinggalan." Alex pun berdiri, diikuti Emi setelahnya.

Selena mengangguk. Tak lupa menjabat tangan Alex dan Emi secara bergantian.

"Aku mau ke toilet sebentar, kau tunggu aku di parkiran," kata Abraham lalu cepat-cepat keluar dari ruangan.

Selena mengangguk kemudian memasukan dokumen-dokumen satu persatu ke dalam tas.

"Selena, aku ingin berbicara denganmu sebentar," ujar Alex lalu memberi kode Emi untuk segera keluar dari ruangan.

Emi mengerti, tak lupa membungkukkan badan sebelum keluar dari ruangan.

Sambil memasukkan dokumen dan terakhir i-pad ke dalam tas, Selena menoleh ke depan.

"Di luar saja Tuan Alex, mari."

Tanpa mendengarkan balasan Alex, Selena melangkah cepat menuju pintu ruangan. Secepat kilat Alex pun bergerak, mengekori Selena dari belakang. Sesampainya di luar, Selena langsung membuka percakapan.

"Ada apa, Tuan Alex?"

"Selena, permintaanku ini mungkin sedikit mendadak tapi ini demi kebaikanmu, kau wanita yang baik hati dan berintegritas. Apa kau tidak mau menjadi sekretarisku saja? Abraham orang yang sangat berbahaya, aku tidak mau kau menjadi korban selanjutnya, kuharap kau mau menerima tawaranku ini," pinta Alex sambil menatap dalam-dalam bola mata Selena.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel