Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

#####Chapter 6: Bayangan di antara dua dunia

Malam itu, setelah meninggalkan studio Adrian, Aruna berjalan menyusuri jalanan kota dengan langkah yang berat. Hatinya terasa sesak, seolah-olah ia membawa beban yang tidak bisa ia lepaskan. Ia tidak tahu bagaimana ia sampai di titik ini—terperangkap antara dua kehidupan yang sama sekali berbeda.

Pikirannya kembali ke Aditya, pria yang telah bersamanya selama bertahun-tahun, yang mencintainya dengan tulus dan selalu mendukungnya. Ia tahu bahwa Aditya adalah pria yang baik, seseorang yang bisa ia andalkan dalam setiap situasi. Namun, kehadiran Adrian dalam hidupnya telah mengguncang fondasi hubungan itu.

Aruna merasa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya sejak pertemuannya dengan Adrian. Pria itu, dengan segala daya tarik dan intensitasnya, telah membuka sisi dalam dirinya yang selama ini terpendam. Ia merasa lebih hidup, lebih bebas, tetapi juga lebih bingung.

“Apa yang sebenarnya aku cari?” Aruna berbisik pada dirinya sendiri, suaranya nyaris tenggelam dalam gemuruh kota yang ramai.

---

Ketika sampai di apartemennya, Aruna menemukan Aditya sudah menunggunya di ruang tamu. Ia terlihat tenang, tetapi ada sesuatu dalam ekspresinya yang membuat Aruna merasa cemas.

“Kamu terlambat,” kata Aditya tanpa menoleh, matanya terpaku pada layar televisi yang menyala tanpa suara.

“Maaf,” jawab Aruna, suaranya rendah. “Aku butuh waktu untuk mendinginkan kepala.”

Aditya mematikan televisi dan menatapnya. “Kita perlu bicara, Aruna.”

Hati Aruna mencelos. Ia tahu bahwa percakapan ini tidak bisa dihindari lagi. Ia mengangguk pelan dan duduk di sofa di depannya. “Aku mendengarkan.”

Aditya menarik napas dalam-dalam sebelum mulai berbicara. “Aku merasa kamu berubah akhir-akhir ini. Kamu lebih sering melamun, terlihat gelisah, dan aku merasa seperti ada jarak di antara kita.”

Aruna menundukkan kepalanya, tidak bisa menatap langsung ke mata Aditya. “Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya…”

“Cobalah,” potong Aditya, suaranya penuh dengan kesabaran yang bercampur rasa sakit. “Aku ingin tahu apa yang sedang kamu rasakan.”

Aruna meremas tangannya, mencoba merangkai kata-kata yang tepat. “Aku… aku merasa seperti ada sesuatu yang hilang dalam hidupku. Aku mencintaimu, Aditya. Aku sungguh mencintaimu, tetapi aku tidak bisa mengabaikan perasaan ini.”

“Perasaan apa?” tanya Aditya, nadanya semakin serius.

“Perasaan bahwa aku terjebak,” jawab Aruna, suaranya hampir pecah. “Aku merasa seperti aku menjalani hidup yang bukan milikku, seperti ada bagian dari diriku yang terkurung dan tidak bisa keluar.”

Aditya terdiam untuk waktu yang lama. Ia menatap Aruna dengan ekspresi yang sulit dibaca, seolah-olah ia sedang mencoba memahami kata-katanya.

“Apa ini tentang seseorang yang lain?” tanyanya akhirnya, suaranya pelan namun tajam.

Pertanyaan itu membuat Aruna terhenyak. Ia merasa seperti tertangkap basah, meskipun Aditya tidak secara langsung menuduhnya. “Aku… aku tidak tahu,” jawabnya jujur. “Aku hanya tahu bahwa aku merasa berbeda, dan aku tidak tahu harus bagaimana.”

Aditya mengangguk pelan, seolah-olah ia sedang mencoba mencerna apa yang baru saja ia dengar. “Aku ingin kita bisa melewati ini bersama, Aruna. Tapi aku juga butuh kejujuran darimu.”

Aruna menatapnya, matanya mulai berkaca-kaca. “Aku tidak ingin menyakitimu, Aditya. Tapi aku juga tidak ingin membohongi diriku sendiri.”

---

Malam itu, setelah percakapan yang penuh emosi dengan Aditya, Aruna duduk sendirian di kamar tidurnya. Ia merasa seperti sedang berada di ujung tebing, dengan angin kencang yang mencoba mendorongnya untuk melompat. Pilihan yang harus ia buat terasa semakin berat, dan ia tidak tahu apakah ia memiliki keberanian untuk melangkah maju.

Pikirannya kembali pada Adrian. Ia ingat bagaimana pria itu membuatnya merasa begitu hidup, begitu bebas. Tetapi ia juga tahu bahwa hubungan itu penuh dengan risiko. Adrian adalah seseorang yang penuh misteri, dan Aruna tidak yakin apakah ia bisa mempercayainya sepenuhnya.

Namun, di sisi lain, ia tidak bisa mengabaikan apa yang ia rasakan. Setiap kali ia bersama Adrian, ada sesuatu dalam dirinya yang terbangun—sebuah bagian dari dirinya yang selama ini ia abaikan. Dan meskipun ia tahu bahwa hubungan dengan Adrian bisa menghancurkan segalanya, ia juga merasa bahwa itu adalah satu-satunya cara untuk menemukan dirinya yang sebenarnya.

---

Keesokan harinya, Aruna kembali ke studio Adrian. Ia tidak tahu apa yang ia harapkan dari pertemuan ini, tetapi ia merasa bahwa ia harus melakukannya. Ketika ia sampai di sana, Adrian sudah menunggunya, seperti biasa.

“Kamu kembali,” kata Adrian dengan senyum tipis. “Aku tidak yakin kamu akan datang.”

“Aku juga tidak yakin,” jawab Aruna jujur. “Tapi aku merasa seperti aku harus ada di sini.”

Adrian mengangguk, ekspresinya lembut namun penuh intensitas. “Aku tahu kamu sedang berjuang dengan dirimu sendiri, Aruna. Tapi aku ingin kamu tahu satu hal—apapun yang kamu pilih, itu adalah pilihanmu. Aku tidak akan memaksamu.”

Aruna menatapnya, merasa seperti ia sedang melihat seseorang yang benar-benar mengerti dirinya. “Aku tidak tahu apa yang aku cari, Adrian. Tapi aku tahu bahwa aku tidak bisa kembali ke hidupku yang lama.”

“Itu karena kamu sudah berubah,” kata Adrian dengan suara lembut. “Dan itu bukan hal yang buruk, Aruna. Perubahan adalah bagian dari hidup.”

Aruna menghela napas, mencoba memahami kata-kata Adrian. “Tapi bagaimana jika perubahan itu menghancurkan semuanya? Bagaimana jika aku kehilangan segalanya?”

Adrian mendekat, menatapnya dalam-dalam. “Kadang-kadang, kamu harus kehilangan sesuatu untuk menemukan dirimu yang sebenarnya.”

Kata-kata itu menggema dalam pikiran Aruna. Ia tahu bahwa Adrian benar, tetapi ia juga tahu bahwa keputusan ini tidak akan mudah. Hidupnya berada di persimpangan, dan ia harus memilih jalan mana yang akan ia ambil.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel