
Ringkasan
Di tengah godaan dan konflik moral, Aruna berjuang memahami siapa dirinya sebenarnya. Hubungannya dengan Adrian menjadi eksplorasi gairah, cinta, dan keintiman yang tak terduga, namun juga membawa konsekuensi besar: perselingkuhan, pengkhianatan, dan keputusan sulit yang akan mengubah hidupnya. Ketika batas-batas antara cinta, hasrat, dan pengorbanan semakin kabur, Aruna dihadapkan pada pilihan yang menentukan. Akankah ia memilih hasrat yang membakar atau kedamaian yang dia dambakan?
#####Chapter 1: Dibalik jendela yang tertutup
Langit Jakarta pagi itu kelabu, seperti meniru suasana hati Aruna. Dari balik jendela apartemennya, ia menatap hujan yang menderas, memburamkan pandangan ke kota yang tak pernah tidur. Tangannya memegang cangkir kopi yang sudah dingin, tetapi ia tak peduli. Aroma kopi basi bercampur dengan udara lembab di sekitarnya, namun tak cukup untuk mengusir kekosongan yang sudah lama bersarang di dadanya.
"Aruna," suara Aditya, tunangannya, terdengar dari ruang makan. Nada bicaranya datar, nyaris seperti formalitas. "Jangan lupa, malam ini kita ada undangan makan malam di rumah Pak Wiryo. Mereka ingin membahas rencana pernikahan kita."
Aruna tak langsung menjawab. Ia hanya menatap bayangannya di kaca jendela, mencoba mencari jejak kehidupan yang dulu pernah ia miliki.
“Aruna?” Aditya memanggil lagi, kali ini dengan sedikit penekanan.
“Ya,” jawabnya singkat, tanpa menoleh.
Aditya muncul di belakangnya, mengenakan setelan jas yang sempurna seperti biasa. Ia pria yang tampan, sukses, dan terorganisir, tetapi ada sesuatu dalam dirinya yang membuat Aruna merasa seperti benda mati yang terjebak dalam rutinitas.
“Kalau kamu tidak ingin pergi, kita bisa membatalkannya,” ucap Aditya. Namun, intonasinya menunjukkan sebaliknya. Aruna tahu itu hanya basa-basi.
"Tidak apa-apa," katanya akhirnya, berusaha memaksakan senyum kecil. "Aku akan siap malam ini."
Aditya mengangguk. Tanpa kata tambahan, ia mengambil tas kerjanya dan keluar dari apartemen. Pintu tertutup dengan bunyi klik yang tajam, meninggalkan keheningan yang menyesakkan.
Aruna meletakkan cangkirnya di meja, mendesah panjang. Usianya hampir tiga puluh, tetapi ia merasa seperti sedang menua dengan cepat di dalam hubungan yang seharusnya membuatnya bahagia. Aditya adalah pria yang sempurna di mata orang lain—mapan, sopan, dan memiliki karier yang cemerlang sebagai konsultan keuangan. Namun, di balik kesempurnaannya itu, ada kekosongan yang tak bisa dijelaskan.
Hubungan mereka telah berubah menjadi rutinitas tanpa gairah. Pernikahan yang direncanakan hanya tinggal hitungan bulan, tetapi alih-alih merasa bahagia, Aruna merasa seperti seekor burung yang sangkarnya semakin mengecil.
Di meja kerjanya, tumpukan naskah buku menunggu untuk diedit. Sebagai editor lepas, pekerjaan Aruna memberinya fleksibilitas waktu, tetapi sering kali justru membuatnya merasa terisolasi. Ia membuka salah satu naskah itu, berharap bisa kehilangan diri dalam cerita orang lain, tetapi pikirannya terus melayang.
---
Siang itu, pesan masuk ke ponselnya. Pengirimnya adalah seorang penulis baru yang direkomendasikan oleh salah satu klien lamanya.
**Adrian:** *Selamat siang. Saya mendapatkan kontak Anda dari Pak Heru. Apakah Anda menerima pekerjaan editing untuk naskah fiksi?*
Aruna membaca pesan itu dua kali. Nama itu terdengar asing, tetapi ia memutuskan untuk membalas.
**Aruna:** *Selamat siang. Ya, saya masih menerima pekerjaan editing. Bisa kirimkan ringkasan naskah Anda untuk saya tinjau?*
Pesan balasan datang hampir seketika.
**Adrian:** *Tentu. Saya akan mengirimkannya dalam waktu satu jam. Terima kasih.*
Aruna tak memikirkan pesan itu lebih lanjut. Ia kembali menatap layar komputernya, mencoba fokus pada naskah di depannya. Namun, satu jam kemudian, saat file dari Adrian masuk ke emailnya, rasa penasaran mulai muncul.
Naskah itu berjudul *Di Balik Tirai*. Hanya dari judulnya, Aruna sudah merasa ada sesuatu yang berbeda. Ia membuka file tersebut, dan membaca paragraf pertama.
*"Ketika kau melangkah melewati tirai itu, kau tidak akan lagi menjadi dirimu yang lama. Di sana, hasratmu akan terkuak, dan semua yang kau sembunyikan akan terlihat jelas di bawah cahaya redup lampu kamar."*
Aruna berhenti membaca, merasakan jantungnya berdegup sedikit lebih cepat. Kalimat pembuka itu seperti jendela menuju dunia lain—sebuah dunia yang asing, namun anehnya menarik.
---
Malam itu, Aruna bersiap untuk makan malam di rumah keluarga Pak Wiryo. Ia mengenakan gaun sederhana berwarna biru tua, dengan riasan tipis yang hanya untuk memenuhi kewajiban. Aditya menjemputnya tepat waktu, seperti biasa. Di dalam mobil, mereka berbicara seadanya, seperti dua orang asing yang terjebak dalam ruang sempit.
“Kamu kelihatan lelah,” kata Aditya tiba-tiba.
Aruna hanya tersenyum tipis. “Banyak pekerjaan.”
Mereka tiba di rumah besar milik keluarga Wiryo, yang megah dan dingin seperti museum. Malam itu penuh dengan basa-basi dan percakapan tentang pernikahan yang semakin membuat Aruna merasa tercekik.
Sementara Aditya sibuk berbicara dengan orang-orang yang lebih tua, Aruna melangkah keluar ke taman, mencari udara segar. Ia menatap langit malam, mencoba mengusir rasa gelisah yang terus menggerogoti dirinya.
Di saat itu, suara telepon di sakunya bergetar. Pesan dari Adrian.
**Adrian:** *Terima kasih sudah membaca naskah saya. Jika Anda punya waktu, saya ingin mendengar pendapat Anda.*
Aruna memandangi pesan itu lama, sebelum akhirnya mengetik balasan.
**Aruna:** *Naskah Anda menarik. Saya akan membacanya lebih jauh dan menghubungi Anda besok.*
Balasan datang cepat.
**Adrian:** *Saya tunggu. Terima kasih.*
Malam itu, meskipun Aruna kembali ke apartemennya bersama Aditya, pikirannya terus melayang ke paragraf pertama dari *Di Balik Tirai*. Ada sesuatu tentang Adrian—entah dari cara ia menulis, atau keberanian dari kata-katanya—yang membuat Aruna merasa seperti seorang penjelajah yang baru saja menemukan pintu menuju dunia yang belum pernah ia kenal.
---
Pagi berikutnya, Aruna terbangun lebih awal dari biasanya. Ia menyalakan komputernya, membuka kembali naskah Adrian, dan mulai membaca. Setiap halaman terasa seperti mengungkap lapisan baru dari dirinya sendiri, sesuatu yang selama ini ia pendam.
Di layar, ia menemukan dirinya tenggelam dalam dunia yang diciptakan oleh Adrian—sebuah dunia yang penuh dengan keintiman, keberanian, dan eksplorasi. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasakan sesuatu yang membangkitkan gairah hidupnya.
Namun, ia tak tahu bahwa pertemuan dengan Adrian akan mengubah segalanya.
