Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Dua

Mobil sedan mewah berwarna hitam itu memasuki pintu gerbang sebuah rumah yang cukup mewah. Rumah besar berlantai dua itu dikelilingi halaman yang cukup luas, yang ditumbuhi bermacam pohon dan bunga membuat pemandangan yang asri dan sejuk.

"Nana, bangun nak kita sudah sampai rumah." Adam membangunkan Kinara sambil menepuk lengan putrinya dengan lembut. Kinara menggeliat, sambil mengucek matanya yang masih terasa sepat karena mengantuk.

"Kok, kita pulang, Pa?" tanya Kinara begitu dia membuka mata.

"Papa bilang mau ajak Nana ke resto buat rayain kelulusan."

"Masuk dulu aja yuk, kan harus ganti baju dulu, sama dandan yang cantik," jawab Adam.

"Nggak mau ah, yang lain aja pada sibuk." Lagi-lagi Kinara merajuk.

"Tadinya sih kalo Papa langsung ke resto Nana mau aja, 'kan bisa ketemu Kak Abbie di sana. Tapi malah diajakin pulang, ia udah Nana mau tidur aja," protes Kinara lalu turun dari mobil dengan kesal.

"Maaf deh, Papa nggak kepikiran," kata Adam berjalan cepat menyusul Kinara. Memegang handle pintu lebih dulu sebelum Kinara membukanya.

"Tapi buat apa coba ke restoran, kalo chefnya aja ada di rumah," kata Adam sambil membuka pintu perlahan. Dan begitu pintu terbuka.

"KEJUTAAAN ... !" teriak Atta dan Darren bersamaan, sedang Abbie hanya tersenyum simpul sambil meledakan balon yang telah diisi potongan kertas keci-kecil dan digantung di atas pintu. Jadilah ketika balon meledak potongan kertas bejatuhan memenuhi rambut Kinara.

Kinara terpaku menatap suasana ruang tamu yang sudah dihias dengan balon-balon dan pernak pernik bermacam bentuk dan warna. Ruang tamu yang semula terlihat elegan dengan nuansa hitam putih seketika berubah menjadi lebih girly dengan hiasan dominan warna ungu, warna favorite Kinara.

Dengan senyum bahagia Kinara melangkah masuk, dan berjalan menikmati hasil kerja saudra-saudaranya. Senyumnya makin terkembang tatkala menemukan lampu kelap-kelip kesukaanya meliuk-liuk di tembok membentuk tulisan "Happy Graduation Gembul" entah berapa banyak dan berapa panjang lampu kelap-kelip yang mereka gunakan untuk membentuk kalimat tersebut.

"Gimana, surprise nggak?" tanya Atta pada Kinara.

"Banget!" seru Kinara yang memang tidak menyangka akan mendapat kejutan seperti ini.

"Aku suka, makasih ya semuanya," ucap Kinara dengan sedikit serak,menahan haru.

"Baguslah, kalo elo suka. Nggak sia-sia ngerjain ini dari pagi sampe gue bolos sekolah," kata Darren.

"Bohong, elo, 'kan emang masih libur. baru juga selese ujian kemarin."

Kinara tau Darren berbohong, karena Darren anak yang rajin sekolah, tidak pernah bolos. Saat sakit pun masih diushakan untuk masuk sekolah.

"Tapi, kan_" Darren baru mau membalas lagi, tapi ucapanya dipotong Adam.

"Udah, jangan mulai ribut. Ayo makan sekarang," ucap Adam segera melerai Kinara dan Darren yang mulai berdebat.

Kemudian mereka menuju ke ruang makan bersama-sama. Di atas meja panjang sudah tersedia bermacam-macam hidangan, dari appetaizer sampai desert. Ada risol isi ham dan mayo, perkedel, rendang, tumis kangkung, es buah, dan tentu saja pasta seafood tidak lupa juga buah-buahan segar.

Semua yang terhidang adalah makanan favorite Kinara, terutama pasta seafood. Jika saja diperbolehkan Kinara mau sekali makan menu pasta seafood setiap hari tiga kali, karena begitu sukanya kinara pada makanan dari italia tersebut.

"Wah ... asyik!" teriaknya kegirangan, pandanganya tidak lepas dari sepiring besar pasta seafood, membayangkan rasa kekenyalan pasta dipadu rasa manis gurihnya udang dan kerang memenuhi mulut membuat liurnya terasa mau menetes.

Tanpa basa basi lagi Kinara langsung duduk dan mengambil satu porsi besar dan mulai memakanya. Matanya terpejam menikmati rasa laut yang kini memenuhi mulut kinara, Abbie tidak pernah mengecewakannya soal masakan.

"Enak banget, Kak. Makasih ya,"seru Kinara sambil terus menyuap dan mengunyah pada Abbie yang hanya dibalasnya dengan anggukan.

Abbie memang pendiam dan cuek, jarang sekali bicara kalau memang tidak penting. Seingat Kinara dulu Abbie anak yang periang, dia dan Darren bahkan lebih dekat dengan Abbie dari pada Atta. Mereka selalu bermain bersama, Mama Kinara meninggal saat melahirkan Darren.

Saat itu Kinara yang baru berusia 1 tahun, lebih sering di jaga Abbie yang saat itu baru 7 tahun. Sedang Atta (8 tahun) dan Darren yang baru lahir lebih banyak di asuh Miranti, Ibu Adam yang saat itu ikut tinggal di rumah Adam untuk membantu mengasuh anak-anak setelah mamanya meninggal.

Miranti meninggal saat Darren berusia 3 tahun, sehingga Adam harus menyewa jasa pengasuh untuk menjaga Kinara dan Darren saat pagi sampai siang. Mereka kemudian dijaga Abbie dan Atta setelah pulang sekolah, malamnya Adam yang akan mengurus kedua balitanya.

Beruntungnya, Abbie dan Atta anak yang pintar dan terbiasa mandiri sedari kecil sehingga tidak begitu merepotkan Adam.

Kinara tidak ingat kapan tepatnya Abbie mulai berubah, mungkin 3 atau 4 tahun yang lalu. Mereka yang dulu sangat dekat kini terasa ada jarak yang semakin jauh.

Kinara tidak tahu apa penyebabnya, yang jelas kakak keduanya itu lebih sering menyibukan diri diluar rumah, bahkan saat Abbie masih duduk dibangku kuliah, selalu saja berangkat pagi pulang malam. Hari libur pun Abbie habiskan di restoran milik papanya, tidak ada lagi waktu luang untuk bercengkrama seperti dulu.

Kinara lebih sering merasa kesepian saat di rumah, semua orang sibuk dengan urusanya masing-masing. Maka dari itu Kinara lebih suka menghibur diri dengan menonton drama korea. Dari pada bengong sendirian, mending mantengin oppa- oppa ganteng!

***

Kinara sudah ada di kamarnya, kamar dengan nuansa ungu itu dipenuhi dengan poster-poster boyband favoritenya. Satu poster besar ditempel dilangit-langit kamarnya, poster yang memperlihatkan tujuh pria tampan itu sengaja dipasang dilangit-langit supaya Kinara bisa menatap Oppa-oppanya sampai puas hingga tertidur, berharap bertemu mereka dalam mimpi.

Kinara masih berdiri ditengah-tengah kamarnya, menatap sekeliling mencari posisi yang pas untuk menempelkan satu poster terbarunya hadiah dari Atta.

Setelah lama menimbang-nimbang, akhirnya satu poster besar bergambar Jung Hooseok (J-hope BTS) itu terpasang di tembok sebelah meja belajarnya. Ditatanya satu persatu hadiah yang dia dapatkan hari ini, casing handphone bergambar BTS dari Darren, sepasang sepatu keds warna ungu dari Adam, dan satu buah buku tebal berisi soal-soal ujian masuk universitas dari Abbie. Kakaknya yang satu itu emang jelmaan kutu buku.

"Ok, selesai," ucap Kinara sambil menggangguk puas.

Diliriknya jam beker yang duduk manis diatas nakas di samping ranjang, ternyata sudah pukul 15.00, jadwal rutinya untuk mandi dan sholat Ashar.

Kinara memang terbiasa tepat waktu untuk mandi dan ibadah, itu semua tidak lepas dari didikan Adam yang memang keras untuk urusan ibadah, terutama ibadah wajib.

Selesai melaksanakan kewajibanya, Kinara kembali bersantai, berbaring dengan posisi tengkurap di atas kasur sambil menghadap laptop. Jemarinya sibuk mengutak atik keyboard sambil sesekali bersenandung ria. Beberapa menit kemudian Kinara sudah tenggelam ikut larut bersama aktor-aktor drama korea yang sedang ditontonya.

Kinara terisak sambil mengusap matanya yang berair dengan tisu. Entah sudah berapa kali dia menonton drama ini, tapi tetap saja menangis saat melihat Lee min Hoo akhirnya bisa bertemu ibu kandungnya dengan bantuan putri duyung cantik Jeon Ji Hyun. Kinara memang selalu merindukan ibu yang tidak begitu diingatnya.

"Heh, ditungguin buat makan malem. elah malah nangis lagi. Elo, kan udah ratusan kali nonton ini. Masa masih nangis aja, sih, dasar cengeng," cibir Darren.

"Udah dibilangin, kalo masuk kamar ketok pintu dulu," protes Kinara gusar melihat Darren yang tiba-tiba muncul.

"Udah, kok, elo aja yang nggak denger," kilah Darren, ikut merebahkan diri di samping kakaknya.

"Elo nggak bosen apa nonton drama ini berkali-kali?" sambungnya lagi sambil menatap layar laptop.

"Terserah gue dong, pergi sana! nggak usah rusuh," usir Kinara mendorong pundak Darren agar menjauh darinya.

"Buruan turun makan, udah laper nih gue," seru Darren yang akhirnya bangkit menuju pintu kamar.

Kinara melirik jam bekernya lagi, ternyata sudah pukul 18.30 buru-buru dia ambil wudhu dan sholat.

***

Mereka telah berkumpul di meja makan, Adam duduk di ujung meja, samping kanannya ada Atta dan Kinara. Abbie dan Darren duduk di samping kirinya, mereka tengah menikmati hidangan yang disiapkan Abbie.

Tidak ada yang bersuara saat makan, hanya dentingan sendok dan garpu saja yang terdengar. Adam memang membiasakan anak-anaknya untuk fokus saat makan, tidak boleh ada yang bicara sambil makan.

"Nana, apa kamu sudah memutuskan mau kuliah dimana?" tanya Adam memecah keheningan.

Piring di hadapanya sudah kosong, begitu juga anak-anaknya yang hampir selesai makan.

" Belum tau, Pa," jawab Kinara setelah menelan suapan terakhirnya dan meneguk jus jeruknya dengan nikmat.

"Kamu masih belum memutuskan?" selidik Adam menatap gusar putri semata wayangnya, namun Kinara tidak menyadari kegusaran ayahnya.

"Belum, Nana masih bingung, Pa," jawab Kinara santai sambil mencomot puding coklat dan langsung melahapnya.

Adam mengacak rambutnya kesal, dia sudah tidak bisa sabar lagi menunggu Kinara memutuskan jalan hidupnya.

"Atta, kamu sudah punya pacar?" tanya Adam tiba-tiba. Atta yang saat itu sedang meminum jusnya pun tersedak.

"Uhuk. Uhuk. Kenapa Papa nanya soal itu?" tanya Atta disela-sela batuknya, selama ini Adam tidak pernah bertanya soal urusan pribadinya, karena itulah Atta kaget mendengar pertanyaan Adam.

"Usia kamu kan sudah cukup matang, kamu belum ada niat untuk menikah?"

Atta semakin gelagapan, baru beberapa detik ditanya soal pacar sekarang malah ditanya soal nikah? Atta memang seorang workaholic, selama ini dia lebih fokus mengejar karir dari pada mengejar cinta.

"Belum lah, Pa. Belum nemu calon yang pas," kilah Atta tanpa berani menatap mata Ayahnya.

"Kalo kamu, Abbie? Kamu punya calon istri?" tanya Adam langsung pada Abbie yang sedari tadi menahan senyum melihat tingkah Atta.

" Belum juga Pa, Abbie belum memikirkan hal seperti itu," jawab Abbie mendelik saat Atta balas menyeringai sambil mengucapkan kata "syukurin!" tanpa suara.

Adam mengangguk-anggukan kepalanya, sekarang pandanganya beralih pada Kinara.

"Nana, kamu juga belum punya pacar kan?"

" Ya belum lah, Pa. 'Kan Papa yang nggak bolehin pacaran dulu," jawab Kinara, tanganya masih sibuk mencomot puding coklat yang hanya tersisa separuhnya saja.

Separuh lagi sudah berpindah ke dalam perut Kinara dan Darren. Lagi-lagi Adam mengangguk-anggukan kepalanya, seperti puas dengan jawaban anak-anaknya.

"Lalu Darren ... oh nggak, kamu masih kecil. Peraturan nggak boleh pacaran masih berlaku buat kamu sampai kamu lulus," kata Adam yang di sambut dengusan kesal dari Darren dan tawa cekikikan dari yang lain.

"Kalau begitu, sudah Papa putuskan. Abbie dan Kinara ... kalian menikah saja," kata Adam kalem.

"Uhuk ....Uhuk."

Kali ini Abbie dan Kinara tersedak berbarengan sambil menatap satu sama lain dengan bingung. Atta tampak kaget tapi hanya sebentar, Darren yang paling shock, sendok puding yang baru setengah perjalanan menuju mulutnya berhenti di udara, beberapa detik kemudian jatuh berdenting menimpa piring kosong di bawahnya.

???

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel