Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Satu

Seorang gadis muda berjalan dengan cepat bahkan setengah berlari menyusuri lapangan sekolahnya menuju pintu gerbang tempat seseorang menunggunya. Kinara nama gadis itu, begitu semangat melangkahkan kakinya tanpa memedulikan keadaan lapangan yang sedikit becek bekas hujan semalam.

Wajahnya yang bulat dengan pipi gembil,bibir pink alami,hidung kecil yang walaupun tidak seruncing orang bule namun tetap manis. Ditambah lesung pipi yang hanya ada disebelah kanan pipinya membuatnya semakin cantik saat tersenyum.

Kinara terus berlari hingga mencapai pintu gerbang sekolahnya, rambut panjangnya yang diikat seperti ekor kuda berayun ke kanan dan kiri mengikuti irama langkah kakinya.

"Papa!" teriak Kinara, melambaikan tanganya memanggil seorang laki-laki yang tengah berdiri sambil bersandar pada pintu mobilnya di depan gerbang sekolah.

Adam, Ayah kinara yang bahkan masih terlihat mempesona diusiannya yang ke 49 tahun,memperhatikan putri semata wayangnya itu sambil tersenyum. Putri cantiknya itu begitu mirip dengan istrinya, Karina. Hanya sifatnya kebanyakan lebih mirip adam, ceroboh dan keras kepala.

"Andai kamu masih di sini, Ma ...," gumam Adam pelan,dadanya terasa sesak saat mengingat Karina istrinya.

"Pa, liat nih. Aku lulus!" kata Kinara sambil memperlihatkan selembar kertas pada papanya.

"Alhmdulillah ...," jawab Adam tersenyum sambil mengusap lembut puncak kepala Kinara.

"Papa kok sendirian, yang lain mana?" tanya Kinara celingukan lalu mengintip ke dalam mobil, mencari saudara-saudaranya.

"Atta kan kerja di kantornya, Abbie kerja juga lah resto nggak bisa ditinggal. Darren sekolah, jadi cuma papa aja yang lagi nganggur," jawab Adam menjelaskan.

"Jahat ih, masa nggak ada yg bisa luangin waktu buat aku," kinara merajuk sambil bersedekap dan mengerutkan bibirnya.

Adam tersenyum melihat tingkah putrinya, dari semua anak-anaknya memang Kinara yang paling manja, padahal dia bukan anak bungsu, mungkin karena Kinara adalah satu-satunya perempuan di keluarganya.

Ya ... Adam memang memiliki empat anak, si sulung Atta yang sekarang berusia 25 tahun sudah bekerja merintis karirnya sendiri, walaupun Adam adalah pengusaha dibidang kuliner yang sukses (restoran miliknya sudah buka cabang dibeberapa kota selain Jakarta).

Namun Atta enggan saat diminta untuk meneruskan bisnisnya. Atta lebih memilih merintis karirnya sendiri dari nol, dengan bekerja sebagai staff di salah satu perusahaan yang cukup besar.

Sekarang Adam mengelola bisnisnya dibantu oleh Abbie (Habbibie) putra keduanya, setahun lebih muda dari Atta. Walaupun laki-laki Abbie dianugrahi bakat memasak yang hebat, hingga Adam dapat mempercayakan satu restorannya yang paling besar padanya.

Darren putra bungsunya hanya berbeda 1 tahun usianya dengan Kinara. Namun Putranya itu tidak mau mengikuti kakak-kakaknya yang bersekolah di SMA yang sama. Si bungsu lebih memilih sekolah menengah kejuruan (SMK), karena Darren sangat suka dengan hal-hal yang berhubungan dengan motor (otomotif).

Adam tidak pernah memaksakan kehendaknya dalam pendidikan anak-anaknya. Dia lebih memilih membiarkan mereka melakukan apa yang mereka sukai, bila itu memang hal yang positif maka dengan senang hati Adam akan mendukung mereka.

Atta berhasil meraih gelar sarjananya dengan gemilang,bekerja di perusahaan besar dengan jabatan yang cukup tinggi.

Abbie punya otak cerdas, dan bakat memasak yang hebat. Dia bahkan bisa lulus kuliah lebih cepat 1 tahun dengan nilai yg tinggi dan meraih gelar chef pada usia yang relatif masih muda, 22 tahun.

Darren walaupun masih sekolah,dia sudah banyak meraih prestasi dari bermacam-macam olimpiade, matematika,since, dan selalu menjadi juara umum di sekolahnya. begitu juga Atta dan Abbie dulu sewaktu masih sekolah.

Dari semua anaknya, Kinara lah yang paling dikhawatirkan Adam. Putri semata wayangnya itu bentuk fisiknya memang foto copy dari mamanya, Kirana. Tapi sifat,kecerdasan,dan perilakunya semua diwarisi dari Adam.

Kirana istrinya adalah sosok pribadi yang pendiam, lembut, bijak, cerdas, dan teliti. Sedang Adam lebih cerewet, keras kepala, ceroboh, dan kurang pintar. Berbanding terbalik dengan putra-putranya yang fisiknya mirip dengan Adam tapi sifat dan kecerdasanya lebih mirip Kirana.

Adam mengehela nafas masygul, mengingat percakapanya dengan kinara beberapa bulan lalu sebelum ujian dimulai. Saat itu, Kinara yang memang lemah di bidang hitung menghitung, tengah belajar diruang tengah bersama dengan ketiga saudaranya.

"Bukan gitu, Na. 'Kan, tadi udah dicontohin gimana cara ngerjainnya." Atta berteriak gemas sambil mengacak rambutnya.

Ia mulai frustasi mengajari adiknya rumus matematika,jangankan integral/logaritma yang susah, rumus phytagoras yg sederhana aja mesti berkali-kali di ajarin baru Kinara bisa mudeng. Dia heran kenapa adiknya ini bisa lancar terus naik kelas sampe mau lulus sekarang.

"Kamu kok, bisa lancar terus naik kelas sampe mau lulus SMA, ngitung kayak gini aja nggak bisa." Atta akhirnya melontarkan pertanyaan yang selama ini disimpanya.

"Paling dia nyontek tiap ujian," seru Darren yang sedang asyik dengan gadgetnya sambil berbaring di sofa.

"Enak aja! aku nggak pernah nyontek, yah," protes Kinara tidak terima dengan tuduhan yang dilontarkan adiknya. "Walaupun bego juga, aku pantang nyontek."

"Nana tuh bisa Kak,cuma cepet lupa. Jadi mesti diulang-ulang gitu belajarnya. makanya, Nana cuma belajar saat sehari sebelum ujian." Kali ini Kinara berbicara pada Atta.

"Kalo besok pas ujian udah lupa lagi gimana coba?" tanya Atta lagi.

"Ya ... tinggal ngitung kancing baju aja, toh semua soalnya kan pilihan ganda," jawab Kinara polos.

Atta dan Darren tercengang mendengar jawaban Kinara, bahkan Abbie yang sedari tadi sibuk dengan laptopnya menoleh sesaat dan menggelengkan kepalanya, lalu kembali fokus pada kegiatannya semula.

"Emang, bisa lulus kalo caranya kaya gitu?" tanya Atta, masih tidak percaya dengan keberuntungan Kinara selama ini.

"Ya bismillah aja, Kak. Emang sih nilainya nggak bakal tinggi tapi kalo sekedar mencapai nilai minimal kelulusan ya bisa lah, kan aku juga belajar," jawab Kinara santai.

"Kalo nanti lulus, Nana mau ambil jurusan apa kuliahnya?" tanya Adam yang baru datang lalu duduk di sofa sebelah Abbie. Atta dan Kinara duduk di lantai menghadap meja kaca di depan sofa.

"Ehmm, nggak tau. Nana masih bingung, Pa."

"Emangnya nggak ada yang kamu pengin? Bisnis seperti Atta, atau kuliner seperti Abbie?" tanya adam lagi.

"Nggak mau kaya kak Atta, pusing itung-itungan doang. Kalo kuliner kaya kak Abbie, kan Nana nggak bisa masak."

"Kan, bisa belajar, Mbul." Atta menimpali, Mbul adalah panggilan sayang Atta pada Kinara. Dari kata Gembul, karena saat kecil dulu Kinara memang gendut.

"Kalo masak yang biasa-biasa aja sih Nana bisa, kalo buat dijadiin profesi nggak mau. Nggak minat."

"Coba cari yang sesuai dengan hobby kamu, walaupun nggak bakat tapi kamu tetap bisa senang karena itu hal yang kamu sukai," celetuk Abbie tanpa mengalihkan pandanganya dari laptop di pangkuannya.

"Hobi dia 'kan, cuma baca komik sama nonton drama korea," ejek Darren.

"Apa salahnya hobby nonton,kan hobby emang buat hiburan," jawab Kinara.

"Cari hobby yang berfaedah kek, olahraga gitu biar sehat. Bukan cuma senyum-senyum atau nangis-nangis doang depan laptop,"cibir Darren.

Meskipun lebih muda, Darren memang lebih dewasa dari pada Kinara.

"Biarin, dari pada elo hobi maen game sama buang-buang bensin muter-muter motoran. BBM di bumi udah menipis, jangan diborosin, dong!" balas Kinara tidak mau kalah.

"Eh, mending gue, dong. Buang-buang bensin tapi kan ada manfaatnya, ngadain baksos, touring, dan lain-lain. Elo pikir nonton drama nggak buang-buang listrik? listrik juga mesti hemat!" balas Darren.

"Yang jelas hobi gue lebih ekonomis praktis, cuma modal kuota doang. Kalo elo kan, banyak ngabisin duit. Beli bensin lah, service motor lah, modif motor lah kebanyakan tingkah!" serang Kinara lagi.

Darren dan Kinara memang dekat karena usia mereka yang cuma beda setahun. Tapi mereka tidak pernah akur, selalu saja berdebat. Bahkan untuk hal sepele pun mereka ributkan.

Adam menghela nafasnya dengan berat. Saat ini mobilnya telah meluncur menyusuri jalan kota Jakarta yang selalu padat.

Diliriknya Kinara yang tertidur pulas di bangku sebelahnya, begitu mobil mereka berjalan meninggalkan sekolah, Kinara langsung tertidur. Mungkin semalaman dia tidak tidur karena tegang menunggu pengumuman kelulusan.

Sekali lagi, ditatapnya wajah polos Kinara sambil menarik nafas dalam-dalam. Kinara sepertinya belum bisa memilih bagaimana akan menjalani hidupnya nanti.

Hal itulah yang membuat Adam merasa khawatir, putra-putranya tidak akan selamanya bisa menjaga Kinara, cepat atau lambat Atta dan Abbie akan menemukan wanita mereka sendiri.

Sedang Darren masih terlalu muda jika harus mengawasi Kinara, Adam sendiri? Dia tidak tahu sampai kapan masih bisa mendampingi anak-anaknya.

???

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel