BAB.5. Bayangan masa lalu
"Selamat menempuh hidup baru ya Mel. Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah."
"Papaaa,"
"Yeyeye...papa pulang. Papaa, oleh-oleh."
"Ibu..."
"Melisaa, gadis cantik, anak sholehanya Ibu, Mau kan menikah dengan Dion. Walaupun dia seorang duda akan tetapi dia lelaki yang bertanggung jawab. Dia ingin memiliki seorang anak, katanya dia berjanji akan membahagiakan kamu,"
"Melisa, kok mau-maunya menikah dengan Dion. Sudah tau perilakunya begitu,"
"Mas Dion..ka-kamu! tega-teganya."
"Mam Chelsi, bolehkah saya ikut bekerja di sini?"
"Heh wanita udik! mau apa kamu ke sini?! Sana pergi, tempat ini tidak cocok buat orang seperti kamu,"
"Aku butuh uang, Ibu sedang sakit. Tapi mana mungkin ada yang mau menerima lulusan sd seperti aku?"
"Ibu jangan pergi, Ibu jangan pergi,Ibu...IBUUU!"
Arga yang sedang bersantai di balkon pun di buat terkejut tatkala mendengar teriakan Melisa yang cukup memekakkan telinga. Lantas ia pun terburu-buru masuk ke dalam kamar lagi, karena memang Arga setiap menyewa wanita untuk semalaman penuh jadi tidak ada yang bisa mengganggu.
"Heh bangun! Melisa..Kamu ngigau?" Arga menepuk - nepuk pipi Melisa. "Melisa!"
Melihat sang wanita yang masih terpejam dan hanya diam bergeming membuat Arga menjadi khawatir,'apa karena ulahku? hingga Melisa mengigau memanggil Ibunya?'
"Mel, bangun! Melisa!" Arga nampak khawatir.
Karena tak juga bangun, akhirnya Arga terpaksa mengambil satu botol minuman dingin dari minibar di dalam kamarnya. Tak menunggu lama Arga segera menempelkan minuman dingin itu ke tubuh Melisa yang masih bertelanjang dada.
"Aww," Melisa lantas bereaksi ketika minuman dingin itu sudah menempel pada tubuhnya, mengerjapkan matanya berkali-kali agar pandangannya kembali normal"aww, sakit sekali!" menoleh ke kiri dan terlihat Arga tengah duduk di sampingnya," kamu kok masih di sini?"
"Kamu mengigau, makanya aku bangunkan." Arga tidak menjawab pertanyaan yang Melisa lontarkan.
"Aku? mengigau? " Melisa terlihat bingung.
"Eum," angguk Arga sambil menyesap rokok yang berada di sela jarinya,"Kamu mengigau memanggil Ibumu. Makanya aku bangunin kamu agar kamu lekas tersadar."
"Ah..begitu," Melisa mengangguk.
Potongan-potongan masa lalu itu selalu saja bermunculan hingga terbawa ke dalam mimpi.Kata-kata cemoohan,memory manjs dengan sang mantan suami, memergoki suami yang sedang bercumbu dengan selingkuhannya dan terakhir ia harus menelan pil pahit karena harus kehilangan Ibu kandungnya. Memang awalnya Melisa benci dengan Ibunya karena sudah memaksanya menikah dengan Raka.Akan tetapi saat Ibunya sakit-sakitan dan meminta maaf kepadanya Melisa pun luluh.
Begitu membekasnya luka di masa kelamnya hingga Melisa susah melupakan dan mengenyahkan dari fikirannya selama ini. Menyakitkan? pastinya.Makanya Melisa sampai nekad menjual tubuhnya demi menghidupi kedua buah hatinya yang ia titipkan pada kakaknya.
"Hei, kok bengong?" Arga mengayunkan tangannya pada wajah Melisa,
Melisa lantas terperanjat dan hanya tersenyum lirih, lalu ia bangun dan segera pergi ke kamar mandi dengan selimut yang masih ia balutkan pada tubuh indahnya.
"Kamu mau kemana?" mata Arga masih fokus menatap Melisa,
"Mau membersihkan badan lalu pulang," engah Melisa lalu kembali berjalan menuju ke kamar mandi,
"Kamu tidak boleh pulang!" ucap Arga sontak Melisa pun menghentikan langkahnya dan segera berbalik badan ke arah Arga,
"Maksudnya?"
"Ya aku sudah membayar kamu mahal pada Chelsi beserta bonusnya. Aku juga sudah bilang pada Chelsi kalau malam ini kamu aku booking sampai pagi,"
Melisa membelalakkan kedua matanya,"Ngaco kamu! aku lelah, mau pulang. Dan tubuh belakangku sakit rasanya," kembali berjalan menuju kamar mandi,
Saat Melisa hendak menutup pintu kamar mandi, Arga tiba-tiba saja sudah berada di depan pintu dengan kaki yang ia selipkan ke pintu agar tidak bisa tertutup.
"Apa-apaan sih kamu! Aku mau pulang," seru Melisa menatap tajam,
"Yaudah gini aja, kamu istirahatnya di sini temani aku. Aku janji tidak meminta lebih," kekeh Arga sambil memainkan kedua alisnya.
"Minggir! aku mau mandi," Melisa terus mendorong tubuh Arga hingga Arga mau terjungkal ke belakang.
"Dengar Melisa! aku tidak bisa di tolak. Kalau kamu tetap menolaknya, aku jamin kamu akan menyesal!" desis Arga sambil menyeringai kejam.
Melisa pun seketika merinding lalu segera menutup pintu kamar mandi rapat-rapat,
"Lain kali aku harus tahu siapa yang akan menjadi pelangganku! Orang psiko seperti Arga tidak mungkin puas dengan pelayanan yang satu kali. Arrgh" gumam Melisa lalu ia menyalakan shower dan mengguyur kepalanya,
Setelah sudah selesai membersihkan tubuh, Melisa segera berpakaian rapi sambil menenteng tas brandednya.
Arga yang kebetulan tengah tertidur, menjadikan ini kesempatan emas buat Melisa untuk kabur dan meminta bayarannya pada Chelsi.
Berjalan berjinjit agar tidak terdengar oleh Arga dan segera menuju ke arah pintu. Lantas ketika Melisa hendak membuka knop pintu, suara yang sudah sangat Melisa hapal tiba-tiba saja terdengar begitu dekat hingga bulu kuduk Melisa meremang.
"Mau coba kabur, Hm?" desis Arga tepat di telinga Melisa.
Sontak Melisa pun di buat terkejut dan segera membalikkan tubuhnya. Betul saja Arga sudah berada tepat di belakangnya dengan kedua tangan ia lipat di depan dada. Terlihat sekali bahwa ia kecewa dengan niatan Melisa yang mencoba untuk kabur itu.
Melisa lantas menghembuskan nafasnya kasar dengan rahangnya mengeras menahan amarah.
"Kamu!? sudahlah, minggir. Aku mau istirahat,"
engah Melisa sambil mendorong tubuh Arga.
Arga terkekeh sambil mengekor tepat di belakang Melisa.
"Sudah aku bilang, kamu tidak akan bisa kabur dari aku! Walaupun nanti kamu kabur. Aku pastikan kamu akan menyesal,"
Melisa memutar bola mata, malas.
"Terserah," ia letakkan sepatu serta tas yang ia tenteng tadi di atas nakas. Kemudian Melisa segera mengambil posisi tidur dengan tubuh langsung berbalut selimut tebal.
"Hei..hei..Apa kamu tidak mau melanjutkan permainan tadi," Arga mencoba menyingkap selimut yang menutup full tubuh Melisa.
"Diam lah! Aku lelah dan mau istirahat. Katanya kamu tidak ingin memaksa lagi,"
"Ya sudah buka selimutnya! Aku hanya ingin tertidur sambil memeluk kamu." Arga masih memaksa menarik selimut yang tengah menutupi tubuh Melisa. Setelah berusaha keras, akhirnya selimut terbuka lantas segera memeluk Melisa.
Melisa hanya bisa pasrah dan ia berbalik badan dengan posisi memunggungi Arga. Ia tidak mau kontak mata dengan Arga takutnya ia khilaf dan permainan gila tadi akan terulang.
'Jangan sampai! walaupun menyenangkan tapi itu sangat menyiksa dan sakit,' batin Melisa reflek tubuhnya bergidik.
Arga melihat Melisa bergidik dan merasa tersinggung karena terkesan bahwa Melisa merasa jijik di dekatnya.
"Hey jalang. Mengapa tubuhmu bergidik begitu? Apakah kamu merasa tidak nyaman dengan keberadaanku, huh?" ujar Arga sinis.
Melisa menoleh sambil menyunggingkan bibirnya, "Jika iya. memangnya ada masalah?"
"Melisa!" hentak Arga membuat tubuh Melisa reflek melonjak ke atas.
