Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB.4 Tato Alami yang menyakitkan

"Lilin? buat apa" tanya Melisa di landa gugup serta takut bersamaan.

Arga menyeringai nakal sambil menyalakan lilin, "kembali ke posisi semula,"

"Ta-tapi bu-buat apa lilin itu? "

"Cerewet! aku membayar kamu mahal. Jadi terserah aku apa yang akan aku lakukan,"

Melisa menurut dan ia kembali tengkurap dengan posisi ia tunggingkan seperti semula. Arga mulai berjalan ke arah Melisa dengan lilin yang sudah menyala. Dalam sepersekian detik melesaklah rudal miliknya hingga mentok.

"Shhh..aaahh," desis Melisa dengan tubuh sedikit bergerak,

'it show time,' gumam Arga lalu ia menumpahkan cairan panas dari lilin itu ke tubuh Melisa.

Melisa yang tidak tahu menahu soal rencana Arga pun di buat menggelinjang kepanasan ketika sebuah cairan bening luruh dari sebuah lilin yang tengah menyala.

"Aaaakhhh," reflek tangan Melisa meraba tubuhnya yang panas. "kamu sedang apakan tubuhku?"

Arga tidak menggubris, ia malah langsung menghujam dan terus menghujam dengan tangan kanan ia jambak rambut Melisa hingga sedikit mendongak ke belakang dan tangan kiri ia tumpahkan lagi cairan lilin.

"Shhhhh....aaakkkhhh," tubuh Melisa menggelinjang, ia merasakan sakit dan nikmat secara bersamaan. "Argaa..hhh..hh, panas."

"Apa! hahaha terus teriak. Aku suka teriakanmu jalang!" ucap Arga kembali menghujam, menjambak serta menetesi cairan lilin yang panas.

"Akkkhh..kkhhh, ssshh aaah.," rintih Melisa,

"Arrgghh..sungguh nikmat tiada tara, hahaha" racau Arga, kembali ia menetesi cairan lilin yang tinggal sedikit,

Arga melepas rudalnya sambil memukul pantat Melisa.

PLAK!

"Ayo, sekarang tunjukkan goyanganmu,"

Rasa sakit di belakang tubuh akibat cairan lilin panas yang sudah membekas terkalahkan oleh kenikmatan rudal milik Arga. Kedua mata Melisa masih terpejam dengan nafas tersengal hebat.

"Heh bangun! ayo kamu yang di atas," keluhnya sambil mendorong tubuh Melisa.

Melisa ambruk di sisi kanan dengan mata masih terpejam, "ya tuhan sakit, panas sekali! tapi aku merasa ketagihan dan ingin mengulangnya. Ah, permainan Arga membuatku gila,'

"Heh jalang! " Arga menepuk pipi Melisa.

Melisa pun mengerjapkan kedua matanya, lantas ia segera bangun dan mulai menuruti apa yang Arga inginkan. Karena rasa gairah yang begitu menggebu - gebu Melisa tidak memperdulikan bagian belakang yang masih terasa panas.

SLUPPP

Rudal milik Arga sudah masuk sempurna, tidak lupa ia goyangkan pinggulnya ke kanan ke kiri, memutar, sampaai Arga mengerang keenakan.

"Arrgghhh....SHIT! ini enak sekali Melisa....ahhhh..hhh,Teruskan sayang."

Arga memegang kedua bukit kembar Melisa yang tengah memantul ke atas ke bawah bak bola bekel. Begitupun Melisa ia tidak menghiraukan racauan milik pelanggannya.Yang ia fikirkan hanyalah bagaimana ia bisa membuat pelanggannya ini cepat klimaks.

Lagi dan lagi bukannya Arga yang merasakan puncak malah Melisa yang merasakannya. Melisa yang terus bergoyang akhirnya luruh di atas dada Arga karena sesuatu di bawah sana tengah meledak - ledak hingga membuatnya lunglai tak bertulang.

"Aaaahhhhh...shhhh," pekik Melisa lalu ambruk di atas tubuh Arga dengan nafas tersengal,

Arga kemudian menjambak rambut Melisa hingga sedikit terdongak ke atas, tanpa menunggu lama Arga lantas memagut bibir merah ranum milik Melisa dengan buas. Rasa hangat yang tersiram oleh cairan milik Melisa membuat birahi Arga tidak terbendung.

Kewalahan? jelas, Melisa kewalahan dengan posisi kepala di jambak serta mulut di kunci oleh mulut Arga. Berbagai lumatan serta pagutan yang Arga berikan pun membuat bara - bara api kecil dalam tubuh Melisa kembali membara.

Melisa membalas pagutan panas Arga dan kembali menggoyangkan pinggulnya, meliuk - liuk sampai Arga merasa ingin mencapai puncaknya.

"FUCK Melisa! cepat turun," hentak Arga karena ia tidak mau permainan ini selesai cepat.

Melisa tidak mengerti ia malah tetap bergoyang di atas tubuh Arga.

"CEPAT TURUN ! APA KAU TULI HAH!"

Melisa terkejut bukan main di bentak begitu oleh Arga, buru - buru ia langsung turun dari tubuh Arga dan duduk di sisi tubuhnya.

"Kenapa? Apa aku berbuat salah? " tanya Melisa, bingung.

"SHIT! bukan itu. Sudah tidak perlu di bahas. Bentangkan kedua paha kamu,"

Lantas Melisa menurut dan ia bentangkaan kedua pahanya.

Tidak lupa Arga kembali menyalakan lilin itu, hingga Melisa baru menyadari rasa panas yang menjalar di belakang tubuhnya itu ternyata dari cairan lilin panas yang menetes.

"Apa kamu sudah gila menetesiku dengan cairan lilin panas! " pekik Melisa dengan kedua mata membola sempurna,

"Diamlah cerewet! Aku belum melihat wajah kesakitanmu," balas Arga lalu ia mulai kembali menghujam liang surgawi Melisa.

"Aku adukan pada Chelsi dan aku tidak mau lagi melayanimu. Meskipun kamu membayarku satu triliun!"

"Realy! haha, Chelsi tidak akan mendengarkanmu. Dia cukup di kasih gepokan merah lalu semuanya terserah padaku," jawab Arga terkekeh sadis,

Arga mulai menetesi kembali ke tubuh bagian depan Melisa, dengan memulai dari kedua bukit kembar milik Melisa.

"Aaakkkhhh..hhhhh,khhh..sshhhh, " sakit serta nikmat itu yang tengah Melisa rasakan sekarang.

"Hahaha lihat wajah kamu tidak menunjukkan sakit sama sekali. Bahkan kamu terlihat sangat cantik,"

Lagi, Arga mulai menetesi kembali hingga membuat gambar hati dari cairan yang ia tumpahkan ke tubuh Melisa.

Melisa mengejang beberapa kali lalu kembali menikmati dan  begitu seterusnya hingga sekujur tubuhnya penuh tato merah alami yang menyakitkan.

Arga pun pintar agar Melisa tidak merasakan sakit, ia hujam sambil memainkan benda kecil yang terselip di liang surgawi Melisa.

"Ahhh,shhh,Ahhh." desis keduanya.

Arga cukup puas dengan dirinya karena ia mampu bertahan serta mengontrol libidonya agar tidak keluar cepat sebelum ia puas menikmati sambil menyiksa tubuh Melisa.Begitulah Arga setiap main dengan perempuan fantasi liarnya bekerja dengan buas hingga sang istri begitu kewalahan menghadapinya.

Kini, satu jam setengah sudah Melisa dan Arga bermain. Hingga pada akhirnya Arga pun mulai goyah dan sesuatu dari tubuhnya merasa panas ingin melesakkan lava pijar yang sudah dari tadi ingin menjebol gawang Melisa.

Tanpa berfikir lagi Arga menyemburkan cairan hangatnya itu ke dalam rahim Melisa hingga Arga ambruk di atas tubuh Melisa yang sudah banyak tanda merah akibat cairan panas lilin yang terus menerus menghujaninya.

"Arrrghhhhhh....ahhhhhh," erang Arga menggelegar begitu juga Melisa ia juga ikut mengerang ketika hentakan terakhir yang Arga lesakkan begitu kencang.

"Kkhh..Ahhh, Shhh..Mpphhh," rintih Melisa tersengal hebat,

Setelah di rasa sudah mengeluarkan semuanya, barulah Arga menarik keluar rudal besar yang kini sudah mengecil.

"Melisa..Melisa, kau wanita yang sangat kuat. Baru kali ini ada wanita yang bertahan bercinta denganku! haha," kekehnya puas lalu meninggalkan Melisa sendirian.

Arga berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, kesegaran serta kenikmatan yang masih membekas membuatnya tersenyum sendiri mengingat wajah sensual Melisa melintas dalam bayangnya.

setelah selesai membersihkan tubuhnya Arga lantas menuju ranjang kembali guna melihat teman bercintanya itu masih sadar atau sudah pingsan.

"Hmmm, terlihat sangat bagus tanda merah yang aku buat dari lilin." senyumnya lalu berjalan menghampiri Melisa untuk menutupi tubuhnya yang sudah sangat berantakan tidak karuan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel