BAB.3 Malam yang panas
Melisa sudah kembali ke tempat bordir Madam Chelsi dengan dandanan yang sudah kembali necis. Ia sama sekali tidak takut tersaingi meskipun banyak sekali yang ingin menjatuhkannya.
"Heh. Kamu lebih baik jangan kembali lagi! dasar tukang rebut pelanggan." omel Vio yang terlihat kesal melihat kembalinya Melisa di tempat bordir Madam Chelsi.
Melisa tidak mengindahkan ocehan Vio, ia terus berjalan menuju ruang kerja Chelsi.
"Madam?" seru Melisa dari balik pintu.
"Masuk." titah Chelsi lalu Melisa menutup pintu.
"Lebih baik kamu melayani Arga lagi saja. Karena dia sudah memberi bonus pada Madam," ucap Chelsi sambil menunjukkan bukti trafsferannya.
Melisa mendengkus kesal.
"Jadi, malam ini kamu kembali ke rumah Arga dan layani serta puaskan dia. Karena istrinya itu tidak bisa memberikannya kepuasan."
"Maksud Madam?"
"Jangan banyak bertanya. Lagi pula kamu suka kan kalau pelanggannya Arga?"
Melisa diam bergeming sambil menundukkan kepalanya.
"Sudah aku duga. Ya sudah keluar sana dan jangan kembali kalau bukan Arga yang menyuruhmu kesini."
Melisa mencelos lalu segera meninggalkan ruangan Chelsi.
Drtt, Drtt, Drtt.
Melisa lalu mengambil ponselnya yang sedari tadi bergetar. Melihat nama yang terpampang di layar wajahnya yang kusut kembali segar.
[Hm.]
[Aku di sini. Di kamar 004, segera dan jangan pake lama.]
[Cerewet!]
[Aku akan membuatmu kesakitan jika melawanku,]
[Hm.]
[Cepat, Jalang!]
Melisa mendengkus kesal lalu ia matikan sambungan telefonnya.
"Pria gila." gumamnya lalu segera berjalan menuju kamar yang di minta.
Setelah sampai di depan kamar 004, Melisa segera membuka pintunya tanpa mengetuknya terlebih dahulu.
CEKLEK.
Melisa menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya perlahan.
"Hai sayang." Arga menyeringai nakal dan tatapannya kali ini berbeda.
'Dia lagi dia lagi! lama - lama aku bisa mati telanjang gara - gara melayani dia,' keluh Melisa dalam hati.
"Kenapa bengong? sini dong duduk di samping Mas Arga," ucap Arga sambil menepuk sofa kosong di sebelahnya.
Melisa masih diam bergeming, netranya menyapu ke seluruh kamar tidak mau beradu pandang dengan pelanggannya itu. Arga yang melihat tingkah Melisa yang terlihat sangat gugup itu dibuatnya gemas. Ia buang puntung rokok yang berada di tangannya lalu ia berjalann menuju nakas dan mengambil sebuah kantung kresek dan duduk di tepi ranjang.
'Mau apa dia?' gumam Melisa dalam hati.
Arga lantas tersenyum ke arah Melisa sambil menunjukkan isi di dalam kantong kresek itu. Betapa terkejutnya Melisa melihat barang yang tengah berada di tangan Arga.
Kedua mata Melisa membola sempurna ketika ia melihat sebuah jarum suntik di tangan Arga.
'Sebuah jarum suntik? apa dia sudah gila! dia mau bermain dengan suntikan itu!'
Namun ternyata dugaan Melisa salah, ternyata jarum suntik itu ia suntikan ke dirinya sendiri. Akan tetapi Melisa di buat terkejut lagi karena Arga menyuntikkan obat itu berkali - kali dan ia membuangnya ke lantai hingga terlihat jelas betapa berserakannya bekas jarum suntik bekas ia pakai.
"Siapkan dirimu Melisa, karena sebentar lagi obatnya akan bekerja," kekeh Arga lantas berjalan menghampiri Melisa yang masih berdiam mematung.
Melisa menelan salivanya, ia merasa ngeri melihat tatapan Arga yang begitu menakutkan bak singa kelaparan. Bukannya ia tidak mau melayani, hanya saja ia merasa tidak kuat jika melayani pelanggan hipersex seperti Arga. Mending dalam permainan Arga kasih waktu buat istirahat lalu lanjut ke ronde berikutnya, namun sayangnya Arga tidak begitu malah ia lebih suka bermain sangat lama hingga fantasi liarnya itu ia salurkan semuanya.
"Come here honney, it's show time."
Arga menarik tangan Melisa hingga ia jatuh terjerembab ke dalam pelukan Arga, bau parfum musk langsung menguar masuk ke hidung Melisa. Dalam sepersekian detik Arga langsung melumat habis bibir Melisa tanpa ia beri ruang untuk bicara.
"Emmphhh," desis Melisa gelagapan karena ia belum siap di kecup secara paksa,
Pagutan demi pagutan Arga berikan sampai Arga merasa bahwa Melisa telah menikmatinya. Terbukti dengan kedua tangan Melisa yang di kalungkan pada leher Arga. Melisa mulai relax dan tidak sekaku waktu Arga menciumnya paksa.
"Ehmmpphh,,mmpphh,"
Arga menarik bibir merah ranum Melisa, setelah itu ia tatap kedua mata Melisa yang menuruntnya sangat indah,
"Tahukah kamu obat apa yang aku suntikkan tadi? " bisik Arga yang membuat Melisa merasa merinding.
"Drugs?" ucap Melisa pelan takut menyinggung perasaan Arga,
"No baby! itu adalah obat kuat. Aku memakainya dengan dosisi tinggi seperti kemaren waktu pertama kali aku bermain denganmu. Dan beruntungnya aku malam ini di takdirkan untuk bercinta lagi denganmu," kekehnya lalu ia jilat telinga Melisa hingga Melisa di buat merinding sekujur badan.
DEG
'Pantas saja aku hampir gila melayaninya! ternyata dia selalu makai obat penguat,'
Tanpa menunggu lama lantas Arga mendorong tubuh Melisa ke atas ranjang sambil ia tindih dan kembali ia menyesap bibir merah ranum milik jalang yang belakangang terakhir di buatnya gila.
'Aku tergila - gila dengan wanita ini! tidak ada wanita sekuat seperti dia. di gempur habis - habisan namun dia masih bisa bergoyang dan mau di goyang haha. Berbeda sekali dengan istriku di rumah,' racaunya dalam hati.
Melisa yang sudah mulai menikmati kini mulai membalas berbagai serangan dari Arga dan ia mulai mengganas tatkala Arga memainkan sebuah benda kecil yang terselip di area surgawinya.
"Teruskan sayang, teruskan..emmpphh, shhh..hh..Argaaaahh," racau Melisa sambil menjambak rambut Arga.
Di jambak seperti itu Arga semakin suka malah ia tambah semangat memainkan benda kecil dengan lidahnya dan benar saja dalam hitungan detik cairan bening yang pertama keluar dari area surgawi Melisa.
"Argaa..hhhh."
Tidak menghiraukan Arga sekarang mulai melucuti pakaian Melisa dengan kasar dan ia lantas membalik tubuh Melisa hingga tengkurap.
"Tunggingkan bokong cantikmu itu jalang! haha."
Melisa pun menurut ia menunggingkan bokongnya hingga begitu jelas kedua lubang menghadap sempurna kepada Arga. Lubang yang satu telah mengeluarkan cairan bening sampai terlihat basah, lubang satunya lagi? ah, apakah nanti Arga akan memasukkannya lewat itu.
PLAK
PLAK
"I like youre buttox!"
Dua tamparan mendarat sempurna di pipi bokong kanan milik Melisa ketika ia menunggingkan bokongnya.
"Shhhh ," rintih Melisa merasakan panas di area bokongnya.
Tanpa menunggu lama Arga langsung melesakkan rudal besar yang kini sudah menegang sempurna. Ia masukkan dengan pelan agar semua rasa di rudalnya dapat terasa....nikmat.
"Oh shit!" desis Arga ketika rudalnya sudah masuk ke dalam hingga mentok.
PLAK.
"Ahhhhh," pekik Melisa merasakan sesak di area surgawinya, walaupun sedikit sakit akan tetapi Melisa merasakan kenikmatan yanng tiada tara.
Begitu kuatnya hentakan yang Arga lesakkan hingga bunyi khas dari aduan miliknya dengan Melisa terdengar nyaring. Desahan serta raungan yang begitu menggema cukup menghanyutkan Melisa dan Arga. Sambil sesekali memukul bokong Melisa dan menjammbak kasar rambutnya hingga Melisa terdongak ke belakang kepalanya.
Semua yang Arga perlakukan sungguh di batas normal. Melisa yang sudah pernah bercinta sekali sudah terbiasa dan tidak merasakan kesakitan seperti yang Arga lakukakan.
"Arrghh. Shit! Kamu perawatan apa hah hingga area surgawimu itu sungguh nikmat! Kalau tahu kamu bekerja di club ini aku akan terus memesanmu," racaunya di tengah permainan.
"Shhh aaah, aahh, shhh, aah..Mhhhh,"
"Ahh, Ahhh, Melisa...Aaaahh.."
"Aahh,, Maas..Ah..teruskanhhh,,"
"Apa kamu bilang hah! katakan sekali lagi," ucap Arga kembali menjambak rambut Melisa,
"Ahhh, shhh..Ahhh ter-teruskan,hhh..akkuhhh ,Aaaaaaaah," erang Melisa karena cairan hangat itu kembali keluar.
"Ahhh," Arga menikmati setiap cairan yang menyembur mengenai rudalnya.
"Ahhh, hhhhaaahh, haaah," Melisa tersengal dengan kondisi masih tengkurap.
Arga pun kembali menghujam area surgawi Melisa setelah ia rasa sudah tidak ada lagi cairan yang keluar dari liang surgawi Melisa. Tidak puas dengan perlakuan kasar yang Arga berikan, Arga berfikir sambil rudalnya menghujam area surgawi Melisa.
'Aku tidak puas jika tidak mendengar rintihan sakitnya. Kira - kira apa yang bisa buat Melisa mengerang kesakitan,'
Arga lantas memutar otaknya dan barulah ia tahu apa yang harus ia lakukan untuk Melisa.
"Tunggu di sini dan tetap dengan posisi seperti itu," ucap Arga lalu ia melepas rudalnya.
Ia ambil jubah mandi lalu berjalan menuju nakas untuk mengambil hanponnya.
"Ada apa sayang? apa Melisa berulah?" ucap Chelsi tatkala Arga menelfonnya.
"Tidak dia tidak melakukan apa - apa. aku butuh lilin, tolong antarkan ke kamar 004," ucap Arga sambil menyesap satu puntung rokok.
"Buat apa? kami tidak ada lilin,"
"Carikan! atau aku tidak mau membayarnya," ancam Arga.
"Baik! akan saya usahakan," ucap Chelsi lalu menutup telfonnya.
Arga lantas duduk di sofa sambil memandang Melisa yang masih dalam posisi tengkurap. Arga terkekeh sambil mengepulkan asap rokoknya hingga memenuhi seisi kamar.
"Lama sekali! kemana dia," monolog Melisa lalu ia pun miringkan posisi tubuhnya karena merasa lelah.
"Suruh siapa rubah posisi! tetap seperti itu," bentak Arga hingga membuat Melisa terkejut.
Sontak Melisa langsung bangun dan menatap tajam ke arah Arga.
"Kamu aja istirahat, kenapa aku tidak boleh?" gerutu Melisa sambil menatap tajam ke arah Arga.
"Karena aku suka melihat kamu seperti anjing betina," seringainya sambil mengepulkan asap.
Beberapa menit kemudian.
TOK TOK TOK
"Permisi Tuan,"
Terdengar suara ketukan dari luar kamar,
Melisa lantas segera mengambil selimut lalu ia lingkarkan ke tubuhnya. Sementara Arga ia langsung menuju pintu untuk mengambil barang pesanannya.
CEKLEK
"Lama sekali! " sembur Arga sambil merampas kasar dari tangan asisten Chelsi.
"Maaf Tuan Arga, lilinnya harus beli dulu. Sedangkan mini market jaraknya sangat jauh,"
"Sudah sana pergi!"
Arga langsung menutup pintu.
BRUGH.
"Kamu membeli obat lagi?" tanya Melisa sambil mengikuti langkah Arga.
Arga terdiam ia masih sibuk membuka bungkus lilin.
"Aku meminta ini." Arga menunjukkan sebuah lilin kepada Melisa,
"Lilin. buat apa? "
Arga hanya menyeringai nakal sambil membuka jubah mandinya.
