Bab 6
"Aku Jenica Natalie. Aku dari masa depan. Aku tidak tau kenapa aku bisa berada di tubuh Mei Ling. Semasa aku masih hidup, aku sedang membuat percobaan di laboratorium bersama teman-temanku tapi tiba-tiba terjadi ledakan besar di laboratoriumku dan sialnya aku meninggal. Tapi, saat aku terbangun, aku malah berada di tubuh gadis yang menyedihkan ini. Apa kau tau? Hampir setiap hari aku mengalami melihat ingatan masa lalu adikmu itu sampai otakku sakit sekali. Dan juga, setiap hari aku harus merasakan sakit kepala seperti ditusuk beribu-ribu jarum. Sepeser Pun aku tak menginginkan tubuh ini." jelas Mei Ling panjang lebar, berusaha membuat Huo percaya kepadanya.
Huo terdiam dan menyimak penjelasan Mei Ling. Lama keduanya terdiam sampai pada akhirnya Huo membuka suara.
"Apakah kau akan kembali ke zamanmu itu?" tanya Huo.
Mei terkejut mendengar pertanyaan Huo yang tidak masuk akal. Siapa yang tidak mau? Tentu saja Mei Ling mau. Hanya saja, Mei tidak tahu bagaimana caranya. Apakah dengan kembali mati bisa membuatnya kembali seperti dulu? Mei bahkan tidak tahu.
"Aku ingin dan mencoba mencari jalan keluarnya. Tapi, aku tidak yakin apakah tubuhku di masa depan masih utuh dan aku ragu kalau Mei Ling kembali atau tidak." jelas Mei Ling.
Huo mengusap wajahnya gusar. Mei dapat melihat raut kekecewaan di wajah Huo Ling. Tapi mau bagaimana lagi, Mei bahkan bingung harus bagaimana dan melakukan apa karena dirinya juga terjebak di zaman kuno.
"Kenapa kau begitu cemas? Bukankah kau tak menghiraukan Mei Ling semasa hidupnya?" ledek Mei.
"Kata siapa?" geram Huo.
"Menurut ingatan Mei Ling mengatakan kalau kau, Huo Ling tak pernah menghiraukannya sedikitpun. Kau tak membelanya saat dia dibully habis-habisan oleh Mia Ling, justru kau bersikap cuek kepadanya." jelas Mei.
"Kau tidak tau apa-apa dan sebaiknya kau diam saja!" desis Huo penuh penekanan.
Mei sempat melihat raut kesedihan yang tergambar jelas di mata Huo. Tapi mau bagaimana lagi, menyesal tak ada gunanya. Memohon kepada Dewa sekalipun Mei tak akan bangkit kembali.
Lebih baik membuka lembaran baru dan melupakan masa lalu! Begitulah pikirnya.
"Huaammm ... Dasar bodoh! Jangan menyesali apa yang terjadi di masa lalu karena itu tak berguna sama sekali. Lebih baik kau memperbaiki semuanya dan membuka lembaran baru." nasehat Mei dengan bijak.
Huo menatap Mei dengan tatapan penuh arti. Huo mengerti apa maksud dari perkataan Mei tapi entah kenapa hatinya terasa berat untuk menerima semuanya. Bukan karena Huo tak peduli kepada Mei, hanya saja ada suatu alasan.
"Baiklah. Aku menerimamu sebagai adikku. Ayo, kita buka lembaran baru, Mei Ling!"
Huo menampilkan senyuman hangatnya yang sukses membuat Mei ikut tersenyum. Menurut Mei, Huo merupakan seorang kakak yang peduli tapi dirinya tak bisa mengekspresikan itu dan terus mengabaikannya.
"Ya, ya, baiklah, kakak." balas Mei Ling dengan senyuman mengejek, merasa geli dengan sebutan 'Kakak' yang keluar dari mulutnya.
Keduanya turut tertawa bersama. Huo menyadari kesalahannya di masa lalu, oleh karena itu Huo berusaha memperbaikinya bukan malah menyesalinya.
*******
Quan yang saat ini sedang meneguk teh hijaunya sembari bersantai menikmati matahari tenggelam pun harus terganggu karena suara cempreng adiknya itu.
"Kakak, apa kau sudah menentukan pilihan calon istrimu?" tanya Qin Wu.
Mendengar pertanyaan menyebalkan adiknya, Quan menjawab dengan seringaiannya. "Tentu saja."
Qin tampak tak sabar dan penasaran seperti apa kakak iparnya nanti. Dirinya yang awalnya berdiri sekarang duduk di hadapan kakaknya itu.
"Siapa kak? Apakah putri Cuang Yarou atau putri Show Mian?" tanya Qin. Kedua matanya mengedip gemas berusaha menggali informasi dari kakaknya itu.
"Kau diam saja, anak kecil!" geram Quan.
"Ayolah kakak, aku penasaran seperti apa kakak iparku." rengek Qin.
Bukannya menjawab, Quan malah tersenyum penuh kemenangan membuat Qin merasa ada aura bahagia disekitarnya.
"Kau akan lihat nanti!" ujar Quan Wu.
******
Saat ini Mei sedang makan bersama keluarga Ling di meja makan yang luas. Terdapat banyak lauk yang membuat nafsu makan Mei berlipat ganda.
"Jangan terburu-buru makannya Mei, tidak ada yang akan merebutnya darimu!" seru Huo Ling sambil menyuapi anaknya, Mou Ling.
Mei hanya mengangguk anggukkan kepalanya saja.
"Dimana Tan Ran?" tanya Zhang Ling kepada Mia Ling.
Melihat tidak ada suami Mia Ling membuat Zhang Ling bertanya-tanya. Biasanya setelah bertugas jauh dari kediaman, Tan Ran akan selalu mengekori istrinya itu.
"Katanya Tan Ran sedang ada urusan, ayah." jawab Mia Ling.
Mei hanya bisa menyimak percakapan singkat tersebut. Tapi Mei merasa heran, entah kenapa saat mendengar nama Tan Ran tubuh Mei Ling merasa tak enak dan berkeringat. Ada apa ini? Mei tidak dapat mengingatnya.
Apakah ingatan yang dilihatnya selama ini tidak sepenuhnya terlihat? Seperti ada beberapa ingatan yang hilang, hanya reaksi tubuhnya saja yang mengingat itu.
Setelah makan malam Mei Ling memutuskan untuk duduk di tepi danau, sambil melihat awan hitam yang dihiasi bintang yang berkilauan.
Tiba-tiba Mei Ling dikejutkan dengan kedatangan Tan Ran.
"Adik, apa yang kau lakukan disini? Tidak baik duduk sendirian di tengah malam begini." ujar Tan Ran sambil menyentuh bahu Mei.
Mei merasakan ketakutan yang teramat dalam serta peluh dan tubuh Mei bergetar hebat saat Tan Ran menyentuhnya.
Mei segera menepis tangan Tan Ran dan mulai menjauh.
"Adik ada apa?" tanya Tan Ran dengan lembut.
"Ti … tidak … apa-apa … " jawab Mei Ling dan pergi meninggalkan Tan Ran yang menyeringai melihat punggungnya yang mulai menjauh.
Mei tiba di kamarnya sembari mengelus-elus dadanya yang naik turun dengan nafas Mei yang terengah engah.
Tiba-tiba Mei merasa kepalanya sangat pusing membuat Mei Ling jatuh terduduk di atas lantai.
Mei memegangi kepalanya yang sakit seperti ditusuk beribu-ribu jarum, membuat Mei meringis kesakitan. Entah kenapa seperti sebuah rekaman video, tertampil jelas di mata Mei Ling perbuatan tak senonoh Tan Ran.
Mei melihat pelecehan yang dilakukan Tan Ran kepada dirinya dulu. Walaupun pelecehan ringan tapi berhasil membuat Mei trauma berat.
Mei tersadar. Rasa pusing sudah tak ada lagi tapi tubuh Mei terasa lemas dan keringat banyak bercucuran di tubuh Mei sampai membasahi pakaiannya.
Apa itu? Sebuah ingatan kah? Berarti tubuh Mei Ling bergetar hebat tadi dikarenakan Tan Ran yang melakukan pelecehan kepada Mei Ling di masa lalu batin Mei Ling.
Mei Ling merasakan tubuhnya sangat lemas sehingga membuat otak nya sulit berpikir dengan jernih.
Mata Mei perlahan lahan terpejam menandakan kalau dirinya saat ini sedang mengantuk. Setelah terjadi penampakan ingatan masa lalu membuat tubuh Mei benar-benar lemah sehingga Mei Ling tidak bisa bangun dan tertidur di atas lantai.
Tak bisa dimaafkan!
******
"Mia Ling, sepertinya kau kesal sekali. Ada apa?" tanya Manli Ling, istri Huo Ling.
"Tidak apa-apa." jawab Mia dengan ketus.
Manli menyeringai melihat kegusaran di wajah Mia Ling. Manli bangkit dari duduknya dan menghampiri Mia yang berdiri dengan gelisah.
"Apakah karena ... Mei Ling?" tanya Manli yang sukses membuat wajah Mia terlihat semakin masam.
"Jangan menyebut nama anak sialan itu!" bentak Mia Ling.
"Hei, jangan membentakku seperti itu. Apakah kau mau membalas semua perbuatan yang telah Mei Ling lakukan kepadamu?" tanya Manli.
Suara interupsinya begitu menggoda membuat Mia berbalik menghadap Manli dan tertarik dengan apa yang disampaikan oleh kakak iparnya itu.
"Memangnya kau punya rencana?" tanya Mia.
"Tentu saja. Dari dulu rencanaku selalu berhasil, bukan?"
"Baiklah, katakan padaku!" pinta Mia Ling.
Manli mulai membisikkan sesuatu kepada Mia Ling tentang rencana yang akan mereka buat untuk menjebak Mei Ling dan hal itu sukses membuat senyum licik terukir di bibir mungil Mia.
"Humm … ide kau bagus juga kakak ipar, aku setuju!"
"Benar, bukan? Kita akan melakukannya esok hari."
Mia Ling terlihat sangat menantikan hari esok untuk membalas perbuatan yang telah Mei Ling lakukan.
Bersiaplah Mei Ling, aku akan mempermalukanmu!
**********
"Nona! Nona Mei! Hiks ... Nona bangun!" ucap Wanqi sambil menggoyangkan tubuh Mei Ling perlahan.
Wanqi begitu terkejut melihat Mei Ling yang tertidur di atas lantai membuatnya begitu khawatir.
Mei membuka kedua matanya perlahan. Kepalanya masih sedikit pusing dan matanya begitu berat untuk dibuka.
"Wanqi? Ada apa ini?" tanya Mei.
"Hiks ... Nona, ada apa? Kenapa Nona tidur di atas lantai? Hamba ... Hamba takut terjadi sesuatu kepada Nona," ujar Wanqi dengan isakan tangisnya.
Mei berusaha mengingat kejadian malam tadi dan benar saja Mei mengingat semuanya. Semuanya! Dengan jelas!
"Tidak bisa dimaafkan! Aku akan membunuhnya!" geram Mei Ling.
"Nona, siapa yang Anda maksud?" tanya Wanqi sembari membantu Mei berdiri dan melepaskan pakaiannya. Hendak pergi membersihkan diri.
"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja. Siapkan air hangat untuk aku berendam!" titah Mei Ling.
Wanqi mulai beranjak pergi untuk menyiapkan air hangat untuk Mei mandi. Sedangkan Mei Ling tampak sedang memikirkan sesuatu.
Ini tidak boleh terjadi! Aku harus segera pergi dari sini atau aku yang akan celaka.
