Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5

Mia Ling mengepalkan tangannya geram dengan ucapan Mei Ling.

"Baiklah, kita langsung saja. Aku akan menampilkan bakatku!" ucap Mei Ling.

"Apa? Sains? Bakat apa itu? Jangan mengada Mei Ling," ejek Show Mian.

"Iya, bilang saja kalau kau tak punya bakat apa pun!" sambung Youn Ma.

Mei Ling memilih untuk tak menghiraukan gunjingan mereka karena kalau Mei menghiraukan mereka akan beda lagi ceritanya.

"Apa kalian pernah melihat gunung meletus?" tanya Mei.

Semua yang mendengar begitu terkejut begitu pula Quan Wu merasa tertarik dengan apa yang Mei katakan.

"Di sini tidak ada gunung yang mau meletus! Jangan mengada-ada!" geram Mia Ling.

"Baiklah. Karena kalian tak pernah melihat gunung meletus maka akan aku tunjukkan seperti apa itu gunung meletus dengan bakatku!" bangga Mei Ling.

Wanqi datang dengan membawa bahan bahan yang diperlukan Mei Ling yang di antaranya ialah tanah, cuka, air jeruk, botol, soda kue, pewarna makanan dan air.

Ya, zaman ini cukup lengkap walaupun aku sedikit kesulitan untuk mencarinya. Kekeh Mei Ling.

"Lihat ini baik-baik wahai kaum kuno." seru Mei Ling.

Mei mulai melakukan aksinya.

Langkah pertama, Mei memasukkan semua bahan ke dalam botol, yaitu 8 sendok air cuka, 4 sendok air jeruk, dan 4 sendok air.

Langkah kedua, meneteskan sedikit pewarna makanan berwarna merah ke dalam botol.

Langkah ketiga, menimbun botol dengan tanah sehingga membentuk struktur seperti gunung dengan tinggi tanah sampai bibir botol.

Dan langkah terakhir, masukkan soda kue buatannya ke dalam botol yang ditimbun tanah.

Setelah memasukkan cuka ke dalam botol, Mei segera menjauh agar tidak terkena percikannya.

Mei melakukannya dengan sangat hati-hati dan teliti, agar aksinya tidak gagal dan semua yang ada tampak memperhatikan Mei dengan serius, begitupun pangeran Quan.

Apa yang dilakukan anak itu? Batin Quan.

Dan pada akhirnya...

Gunung buatan Mei mengeluarkan lavanya membuat semua yang melihat begitu terkejut dan kagum.

Bahkan pangeran Quan sampai berdiri karena saking terkejutnya.

"Seperti inilah gambaran ketika gunung meletus." sorak Mei dengan bangga.

"Ba … bagaimana … bisa ...?" tanya Mia Ling.

"Wah hebat sekali!"

"Keren!"

"Ternyata putri Mei tidak idiot seperti rumor, ya!"

"Hahaha, itulah kekuatan Sains!" ujar Mei dengan bangga.

Semua yang melihat begitu terpukau bahkan ada yang sampai menaiki panggung hanya untuk melihat lebih dekat lagi.

"Nona memang hebat!" puji Wanqi.

"Biar aku jelaskan agar kalian semua mengerti. Setelah soda kue yang aku masukkan ke dalam botol, akan terjadi luapan warna merah yang mengalir keluar melalui mulut botol. Kondisi ini menyerupai proses keluarnya lava saat terjadi gunung meletus. Larutan merah yang keluar dari mulut botol merupakan hasil reaksi antara air cuka, soda kue, air jeruk, dan pewarna merah. Air cuka yang ditambah air jeruk akan bereaksi terhadap soda kue, sehingga mengeluarkan gelembung gas karbon dioksida (CO2). Gelembung gas karbon dioksida tersebut akan memaksa larutan merah untuk keluar." jelas Mei Ling panjang lebar.

Mei Ling tau, bagaimana pun Mei menjelaskannya panjang lebar mereka tak akan mengerti sedikitpun.

Semua yang mendengar hanya bisa melongo dengan penjelasan Mei yang rumit.

Setelah itu mereka kembali mengamati percobaan yang Mei buat bahkan ada yang menyentuhnya karena rasa penasaran.

Hahaha, begitu saja kalian kaget dasar kuno apalagi kalau aku sampai berhasil membuat peledak, mungkin kalian akan terkagum-kagum sampai malaikat pencabut nyawa menghampiri kalian. Sepeser pun kalian tak akan bisa menandingi aku yang jenius ini! batin Mei Ling.

"Tidak! Bisa saja itu sihir!" teriak Mia Ling.

"Sihir?" tanya Mei Ling.

"Iya, sihir. Bisa saja itu sihir bukan? Bagaimana tanggapan kalian, bukankah itu cukup aneh?" hasut Mia Ling.

"Iya, mungkin itu sihir." gumam para gadis.

Ya ampun, apalagi sekarang dasar orang kuno geram Mei Ling.

"Kakak Mia Ling, sejak kapan aku mempelajari ilmu sihir? Apakah kau pernah melihatku keluar dari kediaman? Kakak, tolong jangan menyebarkan rumor palsu kalau ayah sampai mengetahuinya bisa bisa bokongmu yang akan ditendang oleh ayah!" balas Mei Ling.

"Iya, itu benar. Nona Mei bukan penyihir!" sambung Wanqi.

"Dasar kau … " geram Mia Ling.

Mia Ling pergi meninggalkan kerumunan sedangkan Huo Ling melihat aksi adiknya dari kejauhan sembari tersenyum misterius.

"Hahaha!" tawa Mei Ling dengan bangganya seperti orang jahat membuat kuduk leher para gadis merinding.

Menarik sekali gumam Quan Wu.

*******

"Hoaaammmm lelah sekali.”

Mei Ling merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur setelah mandi dan berkemas.

"Aku penasaran seperti apa hasil akhirnya? Aku tidak berharap dipilih pangeran sih, cuma aku tak mau bokong ku yang mulus harus ditendang Mia si brengsek dari kediaman." gumam Mei Ling.

"Ya, setidaknya aku harus mendapatkan imbalan yang setimpal. Seperti satu peti emas? Hahaha."

"Nona sungguh hebat!" puji Wanqi tak henti hentinya.

"Oh, ayo lah Wanqi kau sudah mengatakan itu beribu-ribu kali membuat kepalaku pusing saja!" omel Mei Ling.

"Maaf Nona, tapi sungguh Nona sangat hebat!"

"Terserah." Mei memilih mengalah.

"Iya, adikku sungguh hebat!" puji Huo Ling tiba-tiba membuat Mei Ling terkejut setengah mati.

Huo Ling berdiri sambil bersandar di daun pintu kamar Mei dan melipat tangannya di dadanya dengan wajah yang sulit Mei artikan.

"Sejak kapan kau ada disitu, dasar penguntit!" geram Mei.

"Hei, sudah lah jangan marah seperti itu dan juga aku bukan penguntit!" balas Huo Ling kesal.

"Baiklah, apa maumu?" tanya Mei Ling to the point.

Hou terdiam sebentar setelah itu tertawa terbahak-bahak. Mei bingung dan heran melihat kelakuan Huo Ling seperti orang gila saja.

Huo memberi kode agar Wanqi keluar kamar.

"Dengar. Aku tahu semuanya. Kau bukan adikku. Kau bukan Mei Ling!" tunjuk Huo.

DEG!

Mei terdiam mendengar ucapan Huo Ling.

Bagaimana dia tau? Sejak kapan? Apa aku … membuat kesalahan? Batin Mei Ling cemas.

"Apa yang … kau bicarakan? Aku tidak mengerti sedikitpun." elak Mei gelagapan.

Huo terus memperhatikan Mei dengan seksama membuat Mei salah tingkah.

"Jangan membodohiku!" geram Huo penuh penekanan.

Mei semakin cemas tapi walaupun Mei cemas, Mei bisa mengatur raut wajah terkejutnya dengan wajah kalemnya.

"Memangnya kau punya bukti sampai kau berkata bahwa aku bukan Mei Ling? Kau itu mengada-ada saja."

Huo menampilkan senyum yang berhasil membuat Mei bergidik ngeri. Pasalnya senyumannya sangat menyeramkan seperti detektif yang baru saja menemukan cahaya dalam sebuah kasus.

"Baiklah. Aku punya beberapa alasan yang mengarah kepada kau, kalau kau bukan Mei Ling!" ujar Huo.

"Baiklah, silahkan!" tantang Mei.

"Yang pertama, adik ku tidak gila.”

Sial, ini orang ngatain aku gila! Geram Mei

"Yang kedua, adikku merupakan gadis yang sangat pemalu, pendiam dan penurut."

Karena itulah kalian menindasnya dan memanfaatkannya Batin Mei.

"Yang ketiga, adikku tidak punya bakat sama sekali dan dia sangat menyukai aktivitas berkebun."

Apa bedanya sih! Geram Mei.

"Yang keempat......"

"Hah? Masih ada lagi?" tanya Mei Ling.

" ... Adikku itu sebenarnya sudah meninggal, tapi kau entah roh sesat dari mana malah masuk ke dalam tubuh adikku!" tunjuk Huo Ling.

Mei Ling geram dengan perkataan Huo yang mengatainya roh sesat.

Tapi ucapan terakhir Huo sukses membuat Mei bertanya tanya. Sejenak Mei sempat berpikir, apakah Huo Ling seorang indigo? Apakah orang indigo itu nyata?

“Karena aku merasa … aura kalian sangat berbeda!”

"Hei, dengar ya penguntit! Aku bukan roh sesat! Memangnya kau tau dari mana kalau adikmu itu sudah meninggal?" tanya Mei menantang.

Huo terkekeh pelan mendengar pernyataan Mei Ling. Entah kenapa baginya itu sangat lucu.

"Aku ini seorang pertapa. Apa kau tidak tau? Ah, aku lupa kau bahkan bukan adikku karena itulah kau tak tau siapa aku sebenarnya. Aku mempelajari ilmu dalam sejak kecil saat kakekku masih hidup. Asal kau tau saja, aku sangat mengenal roh adikku!" jelas Huo panjang lebar.

"Aku juga mengenal seorang pria yang ternyata roh yang di dalam tubuhnya bukanlah roh tubuh itu melainkan roh orang lain!" sambung Huo.

Berarti bukan aku saja ya? batin Mei.

Mei diam sesaat. Mei berpikir, menyembunyikan identitasnya di depan Huo saat ini atau membuat drama akan sia-sia saja. Mei tau, orang di zaman kuno memang ahli ilmu dalam jadi dirinya tak heran melihat Huo Ling tau kalau dirinya bukan Mei Ling.

"Baiklah aku mengalah. Yang kau katakan itu memang benar. Tapi asal kau tau saja, aku bukan roh sesat! Jaga ucapanmu!" ujar Mei mengalah.

"Siapa kau?" tanya Huo.

"Aku Jenica Natalie. Aku dari masa depan."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel