Bab 4
"Hah? Jadi istri pangeran katamu? Mimpi! Pangeran sedikitpun tidak tertarik denganmu!" balas Mia berusaha untuk memprovokasi Mei Ling.
Huo Ling yang sedari tadi mendengar pertengkaran kedua adiknya pun ikut melihat pertunjukan tersebut dengan berdiri di belakang Mia. Terlihat seperti berdiri tegak di belakang Mia seolah-olah akan mendukung perbuatannya.
"Kau lihat saja nanti! Kalau benar aku terpilih, aku bersumpah akan menyumpal mulutmu itu dengan lumpur!" geram Mei.
Mia mengepalkan kedua tangannya saat mendengar ucapan Mei membuatnya ingin sekali mencakar wajah Mei saat ini juga. Harga dirinya terasa seperti diinjak-injak saat Mei sudah berani menjawabnya bahkan balas membentaknya.
"Wah, aku mendukung itu. Aku menunggu siapa yang menang antara kedua adik manis ku ini," timpal Huo Ling.
Mei dan Mia menatap tajam ke arah Huo membuat Huo seperti ingin diterkam hidup-hidup oleh dua macan di depannya.
"Baiklah, aku terima tantanganmu. Bagaimanapun kau tak kan bisa merebut hati pangeran. Kalau pangeran benar tidak menerima mu, aku bersumpah akan menendang bokongmu dari kediaman!" ucap Mia setelah itu pergi meninggalkan Mei dengan wajahnya yang merah padam menahan amarah.
Begitupula Huo Ling pergi mengekori Mia Ling di belakang.
Setelah keduanya jauh Mei Ling berlari keluar ruangan.
"KENAPA AKU TIDAK MEMBUAT BOM NUKLIR SAJA BIAR SEMUANYA MELEDAK!" teriak Mei Ling membuat para pelayan serta penjaga menatapnya ngeri.
"Dasar orang-orang di zaman ini licik sekali, persis seperti di komik-komik. Sepersen pun aku tidak tertarik untuk menjadi istri pangeran, tapi karena kau yang mengatakan itu maka aku akan membuat pangeran tertarik kepadaku setelah itu akulah yang akan menendang bokongmu dari kediaman." gumam Mei dengan kesal disusul dengan tawanya yang sangat menyeramkan menurutnya.
Emosinya saat ini sudah di luar batas. Pasalnya Mia mengancam akan menendang bokongnya keluar dari kediaman, yang artinya Mia akan mengusirnya.
Tidak boleh dibiarkan!
"Nona, apakah nona baik-baik saja?" tanya Wanqi cemas.
"Kenapa aku dulu tidak belajar cara membuat bom nuklir, ya? Kalau aku tau aku pasti sudah belajar dari dulu dan meledakkan zaman licik ini!" omel Mei.
Mei Ling pergi meninggalkan Wanqi yang menatap Mei dengan tatapan bingung. Saat ini mood Mei benar-benar sangat buruk karena Mia dan Huo Ling.
Mei menuju kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur guna untuk meredam amarahnya. Ya, walaupun tak senyaman kasur di zaman modern tapi sukses membuat mata Mei terpejam.
Setelah menikah dengan pangeran apa yang harus aku lakukan, ya? Batin Mei Ling sebelum tidur.
********
Tak terasa setelah melewati hari yang melelahkan dan menyebalkan, Mei sekarang sudah berdiri di dalam kerajaan Yucheng.
Dan sudah selama itu pulalah Mei Ling menyiapkan diri untuk mengikuti pemilihan calon istri pangeran.
Suasana di kerajaan sangat ramai, bisa di bilang dipenuhi dengan para gadis yang cantik serta berpakaian mewah.
Semua gadis di dalam kerajaan sangat cantik dan anggun berbeda dengan Mei Ling yang hanya menggunakan jas yang dipesannya membuatnya menjadi sudut perhatian.
"Nona, apa nona yakin menggunakan pakaian ini? Sangat tidak pantas. Ini terlihat seperti … "
"Kenapa tidak? Kalau aku menggunakan pakaian cantikku nanti bisa kotor, tidak dengan ini dibuat dengan bahan khusus." jawab Mei Ling dengan bangga.
Wanqi hanya bisa menghembuskan napasnya gusar melihat penampilan Mei Ling, seperti bukan seorang putri bangsawan saja.
Ya, lebih tepatnya seperti gadis biasa.
Tiba-tiba terjadi sebuah kerumunan serta suara sorak para gadis memanggil nama pangeran.
"Pangeran!"
"Pangeran!"
"Pangeran. Aku mencintaimu!"
"Pangeran kau tampan dan gagah sekali."
"Pangeran aku akan menjadi istrimu."
"Lihat saja pasti aku yang terpilih."
"Tidak bukan kau, tapi aku."
"Apa yang kalian bicarakan? Tentu saja aku."
"Mimpi! Jelas aku, secara aku sangat cantik di sini."
Begitulah ocehan para gadis yang membuat Mei sukses merasa mual dan ingin muntah sekarang juga.
Mei memperhatikan pangeran dari kejauhan. Mei akui pangeran sangat tampan dan gagah dengan tubuh yang atletis bak dewa yunani.
Blehh
Maksudnya, sangat memukau di mata para kaum hawa, tak kalah dengan kaum adam di zaman modern.
Walaupun dari kejauhan, Mei dapat melihat wajah tampan pangeran serta matanya yang tajam membuat Mei sedikit, terpana.
Tunggu! Apa yang aku pikirkan? Aku tidak pernah berpikir seperti ini sedikitpun dulu. Batin Mei Ling.
Cih, berisik sekali! gumam Quan Wu.
Tak secara sengaja mata Quan Wu berpapasan bertemu dengan mata seorang gadis yang menggunakan baju tebal nan aneh. Mata gadis ini kembali beralih seolah tak menghormatinya yang berdiri disini. Pandangannya lebih tertarik menatap sekelilingnya yang dipenuhi banyak orang.
Siapa itu? Aneh sekali batin Quan.
Quan Wu mengacuhkan semua para gadis dan naik ke kursi kebesarannya beserta pendampingnya, Kin Mi.
"Kin, apakah Ayah Kaisar ada di kediaman?" tanya Quan Wu.
"Tidak, Pangeran. Baginda Kaisar pergi berkunjung ke kerajaan tetangga." jelas Kin Mi.
Quan hanya bisa menganggukkan kepalanya lega. Sebab, kalau Baginda Kaisar ada di pemilihan calon istri ini pasti Baginda Kaisar lah yang memilihnya, bukan Quan. Atau lebih tepatnya, Ayahnya lah yang mungkin heboh memilih untuk berdiri di posisi selirnya nanti.
"Kakak, aku penasaran seperti apa gadis pilihanmu hari ini." bisik Qin Wu.
"Entahlah." jawab Quan dengan malas.
Quan merasa tak bersemangat. Pasalnya dirinya belum memikirkan istri atau apa pun itu karena pikiran Quan penuh dengan tahta dan balas dendam.
"Jangan seperti itu kakak. Nanti kau akan diejek oleh kakak pertama, dan kakak kedua. Oh ya, jangan lupa aku hehe." cengir kuda Qin.
"Diamlah anak kecil!" geram Quan.
Mendengar ejekan Quan membuat Qin memasang wajah masam.
"Aku bukan anak kecil lagi kakak! Kaulah yang seperti anak kecil!" elak Qin berlari sebelum Quan mengejar serta memenggal kepalanya.
Sedangkan yang diluar sana, "Hoaaammmm … lama sekali? Aku ingin cepat pulang dan tidur." keluh Mei.
Tiba-tiba.
GONG!
GONG!
GONG!
Bunyi gong menandakan pemilihan calon istri beserta bakat untuk pangeran segera di mulai.
"Penampilan bakat resmi dimulai. Silahkan masing-masing para Nona mempersiapkan acara bakatnya!" ucap si prajurit utama.
"Peserta pertama Putri Cuang Yarou dari penasehat Yarou dengan keahliannya bermain kecapi!"
Putri Cuang Yarou mulai naik ke atas panggung dan mulai bermain kecapi dengan anggun dan lembut.
"Huaaa … bagus sekali!" kagum Mei sambil bertepuk tangan seperti menonton sebuah konser membuat seluruh peserta menatapnya dengan tatapan tajam.
"Nona, jangan bersuara." bisik Wanqi.
"Hehe." hanya cengir yang bisa Mei sampaikan.
Setelah penampilan Cuang Yarou, giliran peserta kedua.
"Peserta kedua Putri Mang Bie dari keluarga Chengxiang dengan keahliannya melukis!"
.........
"Peserta ketiga putri Shou Mian dari keluarga Mian dengan keahliannya menari!"
........
Begitulah seterusnya dari putri menteri petinggi, sampai putri anak bangsawan.
Quan Wu sangat tidak bersemangat. Bagi Quan semuanya sama saja tidak ada yang spesial apalagi membuatnya tertarik.
"Membosankan." gumam Quan Wu.
Dan akhirnya sampai pada giliran Mei Ling untuk menampilkan bakatnya. Ia berada di posisi terakhir, tidak tau kenapa dirinya menjadi hidangan penutup. Untuk mempermalukannya? Sepertinya begitu.
Huaaa aku tak sabar! Batin Mei riang.
Jujur saja Mei gugup saat ini tapi mengingat bagaimana dirinya menunjukkan bakat saat di zaman modern membuat Mei kembali bersemangat.
"Peserta ke dua puluh putri Mei Ling dari keluarga Ling perdana menteri dengan bakatnya, Sains!"
Mei Ling mulai melangkahkan kakinya untuk menaiki panggung. Senyumnya tak luntur sedikitpun untuk menunjukkan betapa mewahnya pertunjukannya hari ini.
Berbanggalah kalian semua yang melihat ini, hari ini!
Dari awal Mei sudah menjadi perhatian semua orang karena bajunya yang aneh, begitu pula pangeran Quan merasa aneh dengan Mei Ling.
Tapi, Mei Ling tak ambil pusing dari pada baju bagusnya kotor dan rusak.
"Kenapa dia naik di atas panggung?"
"Aneh sekali"
"Hei, turun kau!"
"Dasar tidak tau malu"
"Apa yang dilakukannya disini?"
"Dasar gadis idiot!"
Banyak yang menggunjing Mei Ling, tapi Mei tetap santai dan tenang di atas panggung dengan kedua tangan terlipat di depan dada.
"Menurut rumor putri Mei Ling adalah putri yang pemalu, pendiam dan idiot. Dia juga sering dibully kakaknya bahkan orang disekitarnya." jelas Kin Mi.
"Cih, tampang saja cantik, tapi idiot!" gumam Quan.
Mei Ling masih tak melakukan aksinya dan menunggu sampai suasana benar-benar sunyi. Banyak suara yang menyuruhnya untuk turun, tentu tak semudah itu. Mei menatap semua peserta putri dengan tatapan angkuhnya. Siapa yang berani melawannya?
"Mei Ling, apa yang kau lakukan di atas panggung? Pangeran tak ingin melihat bakatmu yang bodoh itu!" seru Mia Ling.
"Iya, itu benar sekali. Mei Ling tak kan sepandai Mia Ling yang ahli dalam bidang Kaligrafi!" sambung Youn Ma.
Masih dalam posisi diam dan pada akhirnya Mei Ling tersulut emosi juga dan mulai membuka suara.
"Huaammm … sudah bisa diam sekarang?" tanya Mei Ling memulai aksinya.
Semua yang menyaksikan diam dan bingung, bagaimana sikap Mei Ling yang pemalu dan idiot bisa berbicara tidak sopan seperti itu bahkan sambil menguap.
Quan mulai melihat aksi selanjutnya yang dilakukan Mei dengan serius.
Entah kenapa Quan merasa sedikit tertarik dan tertantang melihat sikap Mei yang tidak sopan itu. Sepertinya Quan akan mengajarinya sopan santun setelah ini.
"Aku peringatkan kalian! Jangan mengatakan sesuatu yang bahkan tidak kalian ketahui sama sekali"
"Apa yang kau katakan, bodoh?!" tanya Mia Ling.
"Ya ampun, kakak kenapa kau berbicara seperti itu kepada adikmu sendiri? Kau kejam sekali. Banyak yang berkata kalau kau itu putri yang sangat anggun dan sopan, loh. Sekarang mana kesopananmu?" tanya Mei memancing emosi Mia.
Semua orang mulai berbisik-bisik tentang Mia yang katanya putri yang sangat anggun dan sopan.
