[6] Gangguan Bipolar
Malam itu helikopter yang akan menjemput Raymond tidak jadi datang, Raymond melarang mereka untuk kembali malam ini karena Sarah begitu lelah akibat perbuatan Raymond.
Raymond ingin malam ini, dia dan Sarah istirahat yang cukup, jadi besok mereka bisa kembali dengan keadaan yang fresh.
Saat semua sedang tidur dengan lelap, Raymond mencium bau asap yang membuat pernapasannya terganggu, Raymond segera membangunkan Sarah dan mereka berpakaian dengan baik. Sarah terbatuk karena asap itu sangatlah tebal.
"Anak-anak Ray." Sarah teringat dengan anak-anaknya, rumah Sarah serta rumah beberapa penduduk itu terbakar, jumlah rumah di sana hanya sedikit.
Raymond dan Sarah berusaha untuk keluar dari dalam kamar, menerobos kobaran api yang sudah membesar di dalam sana. Namun anehnya, tak ada teriakan sama sekali yang terdengar oleh mereka, seakan di sana hanya mereka berdua saja.
"Sarah, kamu mau kemana?" tanya Raymond ketika Sarah justru ke tempat lain, bukan ke arah pintu utama.
"Anak-anak, aku harus selamatkan mereka semua Ray." Raymond menahan Sarah dan menarik Sarah agar keluar dari rumah itu, Sarah berontak dan menangis, dia tetap ingin melihat anak-anak.
"Apinya terlalu besar Sarah, kamu bisa celaka di sini."
"Aku nggak peduli Ray, aku harus selamatkan anak-anakku."
Raymond tidak ingin mengambil resiko, dia segera menarik Sarah lalu berlari keluar dari rumah itu, di luar, mereka dapat melihat kalau semua rumah telah terbakar, api menyala dengan sangat besar melahap semuanya.
"Anak-anakku Ray, mereka di dalam." Tangis Sarah dalam pelukan Raymond.
"Kita tidak bisa menyelamatkan mereka Sarah, ini terlalu bahaya."
"Kita harus selamatkan mereka."
"Oke, kamu tunggu di sini, biar aku yang ke dalam."
Raymond kembali menerobos kobaran api, dia mencoba untuk mencari semua anak-anak itu dan juga Thomas, dia terus berteriak memanggil Thomas namun pria itu tidak menjawab.
"RAYMOOND." Teriakan Sarah membuat Raymond kembali berlari keluar, dia kaget saat melihat Sarah terluka di bagian lehernya, seperti luka bekas goresan pisau tajam, Raymond melepaskan kaos yang dia kenakan lalu mengikatnya di leher Sarah agar darah itu tidak terus mengucur.
"Siapa yang melakukan ini?" Sarah menunjuk ke arah belakang Raymond, pria itu mengikuti arah tunjuk Sarah.
"Thomas? Kau?" Thomas memegang sebuah pisau tajam lalu mengayunkannya pada Raymond, dengan cepat Raymond menghindar dan baku hantam antara Raymond dan juga Thomas terjadi.
Raymond terdesak saat berada di bawah Thomas, dia menahan tangan Thomas yang hendak menusukkan pisau itu ke jantungnya.
"Brengsek, kau mengkhianati ku, kenapa kau melakukan ini hah?" Raymond tak menyangka kalau orang yang sangat dia percayai tega mengkhianatinya.
"Karena aku ingin kau mati Raymond, aku sudah sangat lama membencimu."
"Apa salahku?"
"Aku sangat mencintai Olive dan dia berjanji untuk menerima cintaku jika aku membunuhmu."
"Fuck, kau sudah gila Thomas." Raymond mengumpulkan kekuatannya lalu membalas pukulan pada Thomas dengan membabi buta.
Kembali pergulatan hebat mereka terjadi dan kali ini Thomas pun tumbang, Raymond menusukkan pisau tajam itu berkali-kali ke tubuh Thomas dengan asal, pria itu masih bisa bernafas.
"Apa yang kau lakukan pada mereka semua hah?"
"Aa..aku memberikan obat tidur pada semua orang dan membakar lokasi ini agar kau ikut mati namun ternyata tuhan masih ingin kau hidup."
"Brengsek kau Thomas." Raymond kembali menusukkan pisau itu hingga wajah tampannya kecipratan darah Thomas, Raymond begitu puas melihat kondisi tubuh Thomas yang hancur sedangkan Sarah melihat hal itu langsung pingsan.
Raymond berusaha untuk meminta bantuan namun tidak ada yang bisa dia lakukan, semua orang telah hangus terbakar dalam kobaran api, dia hanya bisa menunggu hari esok karena anggotanya akan menjemput besok.
Pria itu memeluk tubuh Sarah, dia masih tidak bisa menerima pengkhianatan yang dilakukan oleh Thomas padanya.
Olive adalah salah seorang anggota Raymond, namun posisinya tidak cukup kuat di sana, Thomas sendiri sangat mencintai Olive tapi wanita itu mencintai Raymond, karena Raymond selalu menolak dirinya, Olive memanfaatkan Thomas untuk mengkhianati Raymond dengan iming-iming kalau dia akan menerima cinta Thomas jika Raymond terbunuh.
Thomas membocorkan informasi mengenai Raymond pada Arnold dan memberitahukan mengenai penyerangan yang akan Raymond lakukan. Arnold, Olive dan Thomas sudah saling bekerjasama untuk menghabisi Raymond, namun tuhan masih ingin Raymond hidup, dia bertemu dengan Sarah yang telah menyelamatkan nyawanya.
***
S
arah dan Raymond hanya bisa menunggu pagi datang, suara helikopter yang begitu nyaring membuat Sarah terbangun, wanita itu kini begitu lemah karena luka terbuka di bagian lehernya.
“Anak-anakku Ray.” Gumam Sarah dengan lemah.
“Aku tidak bisa menyelamatkannya Sarah, Thomas sudah membunuh mereka semua.”
Tangisan Sarah langsung menggema di telinga Raymond, dia bahkan tidak peduli dengan lukanya saat ini, Raymond memeluk Sarah yang begitu histeris, wanita itu tidak bisa lagi membendung kesedihannya, anak-anak yang telah dia jaga dan rawat selama ini harus mati mengenaskan di tangan pria kejam seperti Thomas.
“Maafkan aku Sarah, maafkan aku.” Sarah hanya bisa menangis pilu dalam pelukan Raymond, dia terisak dan akhirnya pingsan.
“Makamkan dengan layak semua mayat yang ada.” Titah Raymond pada anak buahnya.
“Baik bos.”
Raymond menggendong Sarah menaiki helikopter itu, mereka segera terbang ke New York meninggalkan desa terpencil yang telah memberikan ketenangan selama beberapa bulan untuk Sarah.
Sesampainya di New York, Raymond langsung membawa Sarah ke rumah sakit, selama beberapa hari, dia menjaga Sarah dengan baik hingga wanita itu tenang.
Sarah lebih banyak terdiam, dia tidak bicara apapun dengan Raymond, pikirannya masih tertuju pada anak-anak yang telah dihabisi oleh Thomas.
"Ini semua salahku Ray, ini kesalahan ku." Sarah mulai menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi.
"Shhtt ini bukan kesalahanmu Sarah, semua karena pengkhianatan anggotaku, jangan menyalahkan dirimu seperti ini."
“Semua yang bersamaku harus meregang nyawa, aku hanya pembawa sial bagi siapapun, aku tidak layak bersama siapapun.” Raymond memeluk Sarah yang saat ini kondisi mentalnya begitu terguncang.
Selama satu minggu Sarah di rawat di rumah sakit, selama itu pula kondisi kejiwaan Sarah mulai terganggu. Dokter menyatakan kalau Sarah memang mangalami gangguan mental, dia tidak bisa melihat sesuatu yang mengerikan dan melihat kekerasan, karena hal itu akan memicu ketakutan dalam diri Sarah dan dia mentalnya akan kembali terguncang.
Raymond mengerti dengan kondisi Sarah, dokter memberikan resep obat untuk Sarah ketika merasakan stres dan ketakutan.
Seminggu setelah pemulihan Sarah, Raymond menjalankan niatnya untuk menikahi Sarah, pemberkatan dan pernikahan digelar oleh Raymond secara meriah dan megah, ribuan tamu hadir dalam pernikahannya.
Kini Sarah telah resmi menjadi istri Raymond Guevara, seorang mafia yang terkenal sangat kejam dan juga seorang psikopat.
Hari-hari Sarah lalui dengan baik semenjak menjadi istri Raymond, pria itu harus menyembunyikan identitas aslinya pada Sarah, karena jika Sarah tahu dia seorang mafia, maka hal itu bisa memicu gangguan mental Sarah.
Sarah mulai menerima semua kehidupannya saat ini, dia merasa bahagia menjadi istri Raymond karena pria itu memperlakukan dirinya dengan sangat baik dan lembut.
Raymond sudah siap untuk berangkat kerja, dia melihat Sarah berkutat di dapur menyiapkan makanan, sebenarnya ada pelayan namun Sarah ingin melayani suaminya sendiri, Raymond juga terbiasa dengan masakan Sarah yang sangat enak.
Raymond memeluk istrinya itu dari belakang, Sarah yang kaget tak sengaja menumpahkan air yang sangat mendidih. Untung saja Raymond segera menarik Sarah, kalau tidak, mungkin kaki Sarah nelepuh terkena air mendidih itu.
“Mm..maaf..mm...maafkan aku, aku tidak sengaja.” Sarah langsung berjongkok untuk mengambil panci.
“Sudahlah sayang, biar pelayan saja yang membereskan semuanya, ayo!” Raymond menarik istrinya untuk duduk di meja makan, pelayan membereskan semua yang berserakan.
“Maafkan aku Ray, aku tidak sengaja.”
“Ini bukan salahmu, aku yang mengagetkan kamu.”
“Aku benar-benar tidak sengaja Raymond.”
“Iya sayang aku tau, ini bukan salahmu, jangan menyalahkan dirimu lagi.” Raymond memeluk Sarah dan memberikan ketenangan dalam diri Sarah.
"Besok aku tidak ke kantor, apa kamu tidak memiliki keinginan untuk jalan-jalan keluar?" Sarah menggeleng, selama menikah dengan Raymond dan memasuki mansion megah itu, Sarah tak pernah mau keluar walau hanya untuk jalan-jalan sore saja.
"Apa yang kamu khawatirkan Sarah? Kamu sudah aman jika ingin kemana pun, tidak akan ada yang mencari mu, kasus pembunuhan yang kamu lakukan dulu juga sudah ditutup."
"Aku tidak mau keluar Ray, aku tidak nyaman di luar."
"Cobalah untuk keluar sayang, kamu akan—”
"AKU TIDAK MAU, KALAU KAMU INGIN ISTRI YANG BISA KAMU AJAK KELUAR, YA SUDAH, KAMU MENIKAH SAJA LAGI." Teriak Sarah pada Raymond lalu pergi ke kamarnya.
Raymond sudah biasa menghadapi Sarah yang seperti ini, terkadang kondisi Sarah memang tidak stabil, jadi Raymond harus ekstra sabar dalam menghadapi istrinya. Sebelum menikahi Sarah, Raymond sudah tahu kalau Sarah mengidap gangguan bipolar.
Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang ditandai dengan perubahan drastis pada suasana hati. Penderita gangguan ini bisa merasa sangat gembira atau euforia, kemudian berubah menjadi sangat sedih.
Gangguan bipolar dapat diderita seumur hidup sehingga mempengaruhi aktivitas penderitanya. Namun, pemberian obat-obatan dan psikoterapi dapat membantu penderita untuk menjalani aktivitasnya sehari-hari.
Raymond memilihkan seorang dokter yang ahli untuk istrinya itu. Sarah menjalani pengobatan rutin serta mengkonsumsi obat antidepresan setiap kali suasana hatinya tidak stabil, dia juga menjalani psikoterapi secara rutin.
Gangguan bipolar yang Sarah alami sudah masuk dalam fase depresi berat, dia selalu memiliki perasaan bersalah yang berlebihan, rasa takut dan juga keinginan untuk bunuh diri. Itulah kenapa Raymond memilih seorang dokter psikiater terbaik untuk istrinya dan dia juga menyembunyikan identitasnya.
***
