Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

[7] Sedikit Perubahan

Raymond menyusul istrinya itu ke dalam kamar, Sarah tidak ada, Raymond mendengarkan suara air shower hidup di dalam kamar mandi, dia menyusul Sarah yang memang sedang menangis sambil memeluk kedua lututnya di bawah kucuran air shower.

Raymond mendekati Sarah, dia membatalkan semua meeting penting hari ini, dia tidak mungkin untuk meninggalkan istrinya dalam keadaan kambuh seperti ini.

“Sayang, maafkan aku kalau aku sudah menyakiti hatimu, jangan lama-lama dalam air, nanti kamu sakit.” Raymond berkata selembut mungkin.

“Dia akan membunuhku, dia akan membunuhku, dia akan datang untuk membunuhku, dia tidak akan membiarkan aku hidup.” Selalu kata itu yang keluar dari mulut Sarah setiap kali dia merasa tertekan atau sedih.

Raymond merengkuh istrinya, dia memeluk Sarah dan membiarkan air membasahi tubuhnya.

“Sebenarnya apa yang terjadi padamu Sarah? Siapa yang akan menyakitimu? Apa yang sudah kamu alami?” Lirih Raymond yang merasa kasihan dengan istrinya itu, Sarah membalas pelukan Raymond dan menangis histeris, dia memeluk erat Raymond seakan takut jika pria itu pergi darinya.

“Aku takuuutt, aku takutt.” Tangis Sarah.

“Jangan takut, aku di sini, tidak akan ada yang menyakitimu.”

Raymond mengajak istrinya itu keluar, mengganti pakaian dia dan istrinya lalu mengeringkan rambut Sarah, tatapan Sarah masih kosong, dia juga sangat pucat sekarang. Setelah mengikat rambut Sarah dengan cantik, Raymond memberikan obat untuk istrinya itu agar Sarah menjadi sedikit lebih tenang.

“Aku ambilkan sarapan untuk kamu ya, tunggu di sini.” Sarah memegang lengan Raymond dengan kuat.

“Jangan tinggalkan aku, tetaplah di sini.” Raymond kembali duduk dan membiarkan Sarah tiduran di pahanya, Raymond mengusap lembut kepala Sarah, dia meminta Richard, tangan kanan yang mengurusi bisnis gelapnya untuk mencari informasi mengenai Sarah dan apa yang telah terjadi pada Sarah sehingga dia menjadi seperti ini.

Setelah Sarah tertidur, Raymond perlahan membenarkan posisi tidur Sarah, dia mengusap lembut wajah istrinya itu dan mengecup bibirnya.

“Aku akan lakukan apapun untukmu Sarah, jika penyakit ini selalu mengganggumu, aku akan mencarikan dokter terbaik di dunia untuk mengobati kamu sayang.” Raymond membaringkan tubuhnya di samping Sarah lalu memeluk Sarah, dia mengecup kening Sarah berkali-kali.

Siang harinya, suasana hati Sarah sudah mulai membaik, Raymond menemani Sarah untuk berkebun di halaman belakang, Raymond sesekali membuat lelucon sehingga Sarah tertawa dengan bahagia dan melupakan semua kegundahan hatinya.

Sarah memeluk Raymond, dia begitu nyaman dengan suaminya itu.

“Jika menjadi seorang pelawak bisa membuatmu tertawa begini, aku akan melakukannya setiap hari Sarah, aku hanya ingin kau tertawa dan bahagia.” Ujar Raymond pada Sarah.

“Aku bahagia Ray, sangat bahagia, kebaikan dan kelembutanmu membuat aku begitu nyaman, tetaplah begini.” Raymond memiringkan wajahnya dan mencium bibir Sarah dengan lembut, ciuman hangat itu berlangsung beberapa menit lalu mereka sama-sama membersihkan diri.

Selesai mandi, Sarah mengenakan pakaian yang bagus seakan siap untuk keluar rumah, Raymond menatap istri cantiknya itu.

“Ayo keluar,” ajak Sarah.

“Kamu serius?”

“Iya.” Sarah mengangguk dengan yakin. Raymond tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, dia segera bersiap untuk keluar sore ini, dia akan menghabiskan waktu berdua di luar dengan istrinya, seakan Raymond ingin memberitahu dunia kalau Sarah itu adalah istrinya.

Mereka memilih sebuah taman, Raymond dan Sarah tampak begitu bahagia sambil memakan ice cream dan gulali, Raymond sesekali menggoda istrinya dengan menempelkan sedikit es krim itu di wajah Sarah, Sarah mengejar suaminya yang sudah menjahilinya.

Raymond kemudian membawa Sarah ke wahana bermain, menghabiskan waktu bersama di sana, Sarah begitu bahagia hari ini, dia terlihat seperti orang normal tanpa gangguan apapun.

Lelah bermain dan bersenang-senang, Raymond membawa Sarah untuk belanja apa yang Sarah inginkan lalu istirahat di restoran cepat saji.

“Kenapa kamu memilih aku untuk jadi istrimu Ray? Padahal kamu bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dariku.” Raymond menggenggam tangan istrinya dan tersenyum.

“Bagiku tidak ada yang lebih baik darimu sayang, kamu memang bukan wanita pertama yang tidur denganku tapi kamu wanita pertama yang mencuri ciuman di bibirku.”

“Maksud kamu?”

“Aku memiliki prinsip untuk tidak mencium siapapun, ya paling hanya melepas hasrat sekejap saja, tapi saat bersama kamu, aku begitu ingin melakukan lebih denganmu, bibirmu menjadi candu untukku.” Sarah memukul lengan suaminya lalu mempoutkan bibirnya.

“Hanya perkara fisik?”

“Haha tidak sayang, dari awal aku melihatmu, aku sudah jatuh cinta padamu Sarah, saat kamu membantuku, aku tidak bisa memalingkan pandangan darimu dan pribadimu itu membuat aku semakin kagum dan menyayangimu Sarah.”

“Selama ini semua orang mengatakan kalau aku hanya wanita gila Ray.”

“Bagiku tidak begitu, kamu seperti ini juga pasti karena sesuatu Sarah, kamu tidak mengalami bipolar semenjak kecil, kamu itu tidak gila.”

“Maafkan aku ya, jika terkadang emosi ku tidak terkendali.”

“Kita bisa menghadapi semuanya dengan baik, aku akan mengobati kamu hingga sembuh Sarah.”

Tersenyum. “Terima kasih Ray.” Raymond mengusap lembut wajah istrinya itu.

“Wah kalian pasangan romantis ternyata.” Suara Arnold membuat emosi Raymond seketika naik, dia tahan agar Sarah tidak melihat emosinya, dia berusaha untuk tenang.

“Hai Sarah, aku Arnold, teman baik suami kamu.” Arnold mengulurkan tangannya pada Sarah, istri Raymond itu menyambut uluran tangan Arnold dan tersenyum tanpa berkata apapun, Arnold duduk di dekat Sarah yang membuat Raymond semakin emosi.

“Apa aku boleh bergabung di sini?” tanya Arnold, Sarah yang melihat perubahan wajah Raymond jadi mengerti kalau suaminya itu tidak nyaman.

“Ada baiknya kamu tidak di sini Arnold, aku dan Raymond hanya ingin menghabiskan waktu berdua saja, kamu bisa memilih meja lain untuk makan, tolong jangan rusak waktu kami,” tegas Sarah yang membuat Raymond tersenyum, dia pikir istrinya tidak enakan dan akan membiarkan Arnold duduk bersama mereka.

“Oke maafkan aku.” Arnold berdiri dan menatap tidak suka pada mereka berdua, dia pergi dari restoran itu.

“Dia musuhmu?” tanya Sarah.

“Kamu ingat waktu aku terluka di desa itu? Dia yang melukaiku.” Raymond menceritakan kenapa dia terluka sampai dikhianati oleh Olive dan Thomas.

“Ya hidup memang begitu Ray, kita selalu dikhianati oleh orang yang kita percaya, hal yang lumrah begitu.”

“Iya tapi aku masih bisa menerima jika itu hanya Olive, kalau Thomas, aku masih sangat kecewa.” Sarah mengusap lembut tangan Raymond, Olive yang melihat hal itu ikut emosi dan cemburu, dia memang sangat mencintai Raymond tapi pria itu selalu menolak dirinya dan tidak pernah menganggap dia.

Bahkan dulu Olive sering menggoda Raymond untuk tidur dengannya, Raymond tidak pernah mau.

“Sialan kau Olive, aku pikir kau adalah wanita yang dicintai oleh Raymond, tapi malah kau yang tergila-gila dengan dia, wanita brengsek.” Geram Arnold.

“Aku bisa membuat dia jatuh cinta padaku.” Arnold yang kesal langsung pergi menuju mobilnya dan diikuti oleh Olive.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel