Kian Mesum-3
Kian mencium kening Alenia penuh rasa cinta, bersyukur pada Tuhan telah menitipkan dua buah hati pada keluarga kecilnya. Rasanya ia ingin memeluk istrinya itu dan menciuminya hingga minta ampun untuk dilepaskan, terutama di atas ranjang.
Sayangnya, ide mesum Kian hanya mampu puas di dalam khayalan, nyatanya ia masih di rumah sakit dan menunggu di apotik, dokter memberi Alenia vitamin dan mineral untuk pertumbuhan kedua janinnya. Naureen yang sedang terlelap tak menggubris saat Kian menciumi pipinya, ia hanya mengeliat namun kembali terlelap dalam dekapannya.
Alenia yang bersandar di lengan Kian pun tersenyum. "Sayang, terima kasih sudah menerimaku dan Naureen dalam hidupmu."
"Aku mencintaimu, Alenia. Mencintaimu seutuhnya, tak peduli kau seorang janda beranak berapa, aku tetap cinta." Kian mengelus kepala Alenia menggunakan hidungnya.
"Meski aku berubah jadi nenek-nenek peot? Tak punya gigi dan menyeramkan?" tanya Alenia.
Kian tertawa kecil membayangkan wajah Alenia benar berubah seperti itu. "Jika kau seperti itu, maka aku pun juga, hingga tak ada wanita lain yang mau denganku, kecuali kamu."
"Awas kau, di rumah aku gigit!"
"Gigit dalam tanda kutip 'kan?"
"Ih, maunya!" Alenia menepuk lengan besar Kian.
Kian hanya tertawa kecil, tak mau tawanya membangunkan Naureen yang terlelap dalam pangkuannya.
Usai mengantri di apotik, keduanya lantas pulang, Naureen anak yang pintar, meski dia diajak keluar, asal dalam dekapan kedua orangtuanya pasti nyaman dan tidur. Hingga sampai di rumah pun, Naureen hanya mengerjab sebentar kemudian tidur kembali dalam box-nya.
"Anak yang pintar, tahu saja kalau mama dan papanya mau 'olahraga', kembali tidur." Kian tersenyum penuh maksud pada Alenia.
Flashback Off
♧♧
Kian tak membutuhkan alarm di ponselnya atau jam digital untuk bangun, selain alarm alami yaitu kecupan atau gelitikan Alenia di area sensitifnya. Karena apa? Ada tiga mahluk kecil yang bersuara riang membangunkannya. Terutama Azio yang selalu rame, disusul dengan Naureen dan Keito.
Ketiganya akan bergelut dengan Kian setiap bangun pagi, mereka akan saling menggelitik hingga mama mereka menyuruh bersiap.Keito dan Azio bergantian mandi, sementara Naureen selalu rapi lebih dulu, ia akan memakai bando merah mudanya dan duduk manis di sisi papanya, menunggu kedua adik lelakinya usai bersiap.
Kegiatan itu berlangsung setiap hari, sebanyak minggu dan sepanjang tahun. Hingga Naureen lulus sekolah TK dan masuk sekolah dasar dan konsentrasi Alenia berada di dua tempat berbeda lokasi. Akhirnya Kian dan Alenia membagi tugas, Kian mengantar si Kembar ke sekolah TK sementara Alenia mengantar Naureen ke sekolah dasar.
Alenia akan menjemput Naureen saat kelas si Kembar usai, karena jam sekolah Naureen lebih lama dari pada si Kembar yang pulang pukul sepuluh pagi.
Naureen keluar dari ruang kelas satu, dia tersenyum riang menghampiri mamanya yang duduk menunggu.
"Gimana sekolahnya hari ini, Sayang?"
Naureen tersenyum. "Seru! Naureen punya banyak teman, Ma!"
Alenia tersenyum memeluk puterinya yang sudah besar, tak menyangka bahwa bayi yang ia temukan dulu kini jadi gadis kecil cantik.
"Ayo, kita jemput si Kembar." Alenia menggandeng tangan kecil Naureen ke arah parkiran.
Di sana ia bertemu dengan sesama orangtua wali lainnya, mengobrol sebentar dan berpisah sambil melempar senyum.
"Alenia!" seseorang menyapa Alenia dari kejauhan.
Alenia yang melihat ke arlojinya pun segera masuk ke dalam mobil hitam yang dulunya dikendarai sang Suami. Ponsel Alenia berdering, meminta Naureen untuk mengangkatnya selagi ia menyetir.
"Halo, Papa! Mama sedang nyetir, ada apa?"
"Sayang, loadspeaker-nya mode on ya, biar Mama dengar." Kian meminta.
Jari kecil Naureen menekan icon speaker dan terdengar oleh Alenia apa yang diucapkannya. Kian mengingatkan jika si Kembar tadinya harus dijemput pukul sepuluh, Alenia mengiyakan dan dalam perjalanan ke sana, selebihnya Kian hanya bicara dengan Naureen sebentar sebelum menutup teleponnya.
Sementara di parkiran sekolah dasar, Davis menerawang sosok yang ia lihat, ia yakin betul jika wanita berambut hitam dan panjang itu adalah mantan isterinya, Alenia.
"Papa, ayo pulang." Gadis kecil yang digandengnya pun merengek minta pulang.
Davis melirik ke arah Neysha. "Iya, Sayang. Kita pulang."
Davis yang tadinya enggan menjemput puterinya, sementara Manda mengantar mamanya ke dokter pun akhirnya suka cita.
Jika benar itu Alenia, mengapa dia punya anak seusia Neysha? Apa mungkin Alenia hamil duluan? Rasanya tak mungkin, jika pun hamil duluan, pasti anak Alenia selisih satu tahun dengan Neysha, sementara anak kecil itu seusia Neysha. Ini aneh. Besok aku harus ketemu Alenia.
Manda pulang dan sudah mendapati Davis duduk manis menemani Neysha makan sepulang sekolah. Gadis kecil Manda itu berlari memeluk mamanya dan bertanya dari mana saja? Sementara Davis mengantar mamanya ke kamar.
"Oma tadi kepalanya pusing dan sesak napas, jadi mama bawa ke rumah sakit buat periksa." Manda mengecup pipi Neysha, gadis kecilnya yang cantik.
Neysha hanya mengangguk dan melanjutkan makan siangnya, kemudian Davis keluar dari kamar mamanya untuk pamit kembali ke kantor. Manda tersenyum memeluk suaminya, berterima kasih karena sudah memcintainya.
Davis hanya tersenyum dan keluar, sepanjang jalan menuju Emerald ia disibukkan dengan pikiran soal Alenia, terakhir kali ia melihat Alenia adalah saat resepsi pernikahannya dengan Kian Callison.
Al, aku sungguh masih mencintaimu. Seandainya bisa, aku memilih tak ingin melepasmu. Aku ingin rujuk denganmu, gimanapun caranya aku ingin kau kembali, tapi kini? Oh, Alenia, aku merindukanmu.
Manda tahu, jika Davis masih mengharapkan Alenia, mantan isteri yang terpaksa ia singkirkan dari sisi Davis dulu masih saja menjadi mimpi buruknya. Meski ia dan Davis sudah mempunyai anak, tetapi kemungkinan pasti bisa terjadi bukan?
Neysha yang membantunya memijit kaki Ratna pun terlelap di sisi ranjang. Sementara mama mertuanya pun terlelap usai meminum obat. Manda berencana ingin menjenguk orangtuanya di penjara, bagaimanapun mereka adalah orangtuanya.
Biasanya setiap seminggu dua kali Manda akan datang bersama Neysha, itupun jika Manda tak sibuk dan Neysha yang tak rewel dan mau diajak pergi. Manda ingin mendekatkan puterinya pada oma dan opanya meski mereka berada di bui.
♧
Keito dan Azio bermain di dalam kelas, seperti biasa mereka membangun dua kubu dan menciptakan perang dunia ke empat di atas lantai kelas yang berkarpet spon warna-warni.
Deru mobil yang keduanya hapal membuat perang dunia yang tinggal menunggu hasil akhrinya pun terpaksa ditunda. Keduanya berlarian keluar kelas dan memeluk mamanya.
"Maaf ya, Mama lama, Kak Naureen tadi minta beli rautan pensil dulu. Jadi, mampir ke toko alat sekolah dan macet sedikit." Alenia melihat keduanya menatapnya diam.
Azio yang terlebih dahulu tersenyum, barulah ia memeluk mamanya. Sementara Keito masih betah diam menatap mamanya. Alenia mengulurkan tangannya, barulah Keito menghambur memeluk dan menghirup aroma tubuh mamanya, ia lebih sensitif soal perasaan dari pada Azio.
Azio berlari ke dalam mobil yang pintunya terbuka, di dalam ada Naureen yang sedang membaca buku mewarnainya. Alenia berpamitan pada Bu Amaya yang sudah dititipi Alenia, setelah usai, ia dan Keito masuk ke dalam mobil. Keito kali ini duduk di depan bersama mamanya, sementara di belakang, Azio tertawa kecil melihat hasil gambar kakaknya.
"Mama, tadi di parkiran sekolah Naureen, Naureen denger ada yang panggil Mama." Naureen berkata.
Alenia melihat puterinya dari spion depan. "Benarkah? Mama enggak dengar tuh, Sayang. Apa mamanya Ezmeralda?"
"Bukan, tapi pria." Naureen menjawab.
Alenia mengernyit. "Mungkin kamu salah dengar, Naureen."
