Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Kabar Bagus-2

USAI makan siang bersama, Kian kembali ke kantor. Ia merasa hidupnya berwarna dan bahagia sejak menikah dengan kekasih hatinya itu, apalagi lahirlah anak kembar mereka, menambah meriahnya rumah Kian yang sepi.

Sejak bercerai dengan Manda, rumahnya menjadi sunyi. Hanya ada Bibi Rona yang selalu siap menyediakan keperluan Kian, selebihnya hanya kesunyian mendera.

Ruang tengah yang dulunya Manda lihat Kian duduk dikelilingi wanita-wanita seksi, kini berubah drastis. Hanya ada satu wanita yang selalu seksi di mata Kian, yaitu Alenia Zefannya. Meski ia sudah melahirkan anak kembar Kian, ia tetap seksi dan dipuji oleh Kian saat di atas ranjangnya.

Wanita seksi yang cantik dan setia itu selalu menghangatkan ranjangnya meski seharian disibukkan dengan urusan ketiga anak mereka.

Siang ini, ketiga anak-anaknya sedang duduk dantai di atas karpet dengan berbagai mainan. Azio yang heboh selalu membuat medan perang darurat di mana Keito adalah jenderal musuh bebuyutan.

"Tak akan kubiarkan kau mengalahkan semua prajuriku, Jenderal Keito!" seru Azio yang menggerakkan miniatur mainan sekelompok tentara.

Keito tak mau kalah, "Azio, tamatlah riwayatmu!"

Keito melindas tentara-tentara Azio dengan mobil mainan.

"Oh, tidaaak!!" Azio berteriak sambil meremas kedua sisi wajahnya dan berguling di atas karpet. Sementara Keito tertawa jahat.

Itu adalah salah satu sesi permainan keduanya yang dilihat oleh Naureen. Gadis kecil Alenia itu sibuk bermain play doh di atas meja belajar dari kayu di dekat keduanya.

Ia hanya tersenyum melihat keseruan kedua adiknya, yang satu terlalu heboh sementara yang satunya lebih pendiam. Alenia datang melihat betapa berantakannya ruang tengah rumahnya.

Kue bolu cokelat yang ia buat dipastikan akan ludes beberapa menit lagi, setelahnya susu cokelat hangat pun akan bernasib sama. Ia hanya perlu duduk sambil membaca majalah sebentar, dan itu benar terbukti. Naureen yang lebih dulu mengambil bolu bertabur kacang kenari, tetapi Alenia menyuruhnya mencuci tangan lebih dahulu, setelahnya disusul oleh Keito dan Azio.

Alenia hanya tersenyum sambil membolak-balikkan majalah fashion. Hanya ada dua pertempuran antara Keito versus Azio kini keduanya terlelap dalam posisi tengkurap di atas karpet. Sementara Naureen bosan bermain pun mengantuk.

"Maa, Naureen ngantuk," ujar Naureen.

Alenia mengelus pipi tembam Naureen dan menyuruhnya naik ke kamar. Sementara Alenia merengkuh tubub kedua bocah lelaki kembarnya, membawa kedunya naik juga ke kamar.

Kamar Naureen dan kamar tidur si Kembar dihubungkan dengan pintu yang bisa dibuka dari dua sisi. Memudahkan Alenia untuk menengok ke arah kamar anak-anaknya. Ruang kamar Naureen bernuansa merah muda, ada banyak boneka di atas tempat tidurnya. Sementara di kamar si Kembar, ada dua temoat tidur yang terletak di kedua sisi, di tengahnya ada rel kereta api mainan pemberian paman mereka, entah bagiaman caranya, keduanya menggabung dua mainan kereta yang sama menajdi rel panjang dan memenuhi sisi tengah kamar mereka.

Alenia perlu melangkah hati-hati agar tak mengacaukan mainan kedua puteranya itu, jika tidak mereka berdua akan saling menuduh dan bertengkar. Meski mereka kembar identik, sifat keduanya sering kali bertolak belakang, seperti menuruni sifat Kian dan Alenia yang berbeda namun disatukan dalam satu rasa, cinta.

Tidur siang menjadi hal yang rutin mereka lakukan sejak bayi, tak perlu ada dongeng sebelum tidur jika untuk saat ini, berbeda dengan malam hari, papanya akan mendongengkan Naureen sementara Alenia mendongengkan si Kembar.

Saat Alenia turun, Bibi Rona sedang membereskan mainan-mainan ketiga anaknya.

"Bibi istirahat saja, biar aku saja yang bereskan."

Bibi Rona tersenyum menggeleng. "Tidak, Bu. Syaa sudah banyak istirahat. Sejak ada Bu Alenia, pekerjaan Bibi lebih mudah."

Suara deru mobil datang, Alenia bangkit dari ruang tengah dan membuka pintu utama rumahnya, ternyata mamanya yang datang.

"Mama enggak bilang kalau mau datang?" tanya Alenia menciumi pipi mamanya.

Ayu tersenyum memberikan masakan untuk puterinya. "Mama tadinya mau datang pagi, tapi jelas cucu-cucu mama sedang sekolah. Mana nih kok sepi?"

"Mereka baru saja tidur siang, Ma." Alenia merangkul lengan mamanya dan mengajaknya ke ruang tengah yang seketika menjadi rapi.

Keranjang mainan Keito dan Azio bersisian dengan keranjang mainan Naureen yang dirapikannya sendiri. Bibi Rona jelas yang membereskannya, Ayu berbincang sebentar dengan Bibi Rona sebelum duduk di ruang tengah bersama anaknya.

"Yah, mama terlambat donk, mama tunggu mereka bangun saja kalau gitu." Ayu memilih duduk.

"Iya, Ma." Alenia tersenyum sambil melipat kakinya melihat tayangan televisi. "Tadi diantar papa apa Eza, Ma?"

"Diantar Eza. Tadinya Eza mau masuk, tapi ditelelon kliennya, jadi nanti kalau usai baru ke sini." Ayu menjelaskan.

"Oh begitu, gimana kabar Eza sama Reya? Masih sering ngobrol 'kan, Ma?"

Ayu mendesah, "Mama sebenarnya senang jika Reya dan Eza kembali, tetapi sepertinya itu hanya angan saja, Al."

"Angan gimana?" tanya Alenia.

"Ada gadis lain yang sering datang ke rumah, meski hanya kebetulan mampir." Ayu menjelaskan.

Alenia mengingat siapa gadis yang dimaksud mamanya. "Perawat Levania, ya?"

"Iya, mereka terlihat sangat dekat, dan Mama baru tahu kalau mereka pacaran."

"Benarkah?" tanya Alnenia tak percaya sekaligus senang. Keduanya mengobrol bersama di ruang tengah.

♧♧

Flashback

Menjadi sepasang suami isteri adalah hal luar biasa yang Kian dan Alenia alami. Apalagi mengingat bagaimana saat isteri cantiknya itu sedang hamil, ia berubah menjadi manja, doyan menggodanya untuk mengajak bercinta dan meminta sesuatu yang di luar ekspektasinya.

Seperti saat ini, Alenia membangunkan Kian di tengah malam, di saat matanya tak lagi bisa dibuka karena rasa kantuk mendera, ia menciumi wajah Kian, tak hanya itu jemarinya mengelus dada suaminya juga.

"Hmm, Sayang," ujar Kian dengan menggumam.

Alenia menyandarkan kepalanya di dada Kian. "Aku lapar."

Kian mengerjab pelan, melirik ke arah jam dinding, pukul satu kurang sepuluh menit. Ia mengelus tubuh Alenia yang menempel padanya.

"Sayang, ini dini hari, bukankah jam sepuluh tadi kamu sudah makan empat potong martabak manis, hmm?"

Alenia mengelus dada suaminya. "Aku lapar lagi, ayo buatkan aku makanan."

Kian mengerjab kembali, mengelus kepala Alenia lembut dan mengecupnya. "Baiklah."

Pria yang sudah menjadi suami sah Alenia itu bangkit, disusul dengan langkah isterinya di belakang. Alenia memeluk Kian dari belakang, seolah tak membiarkan suaminya jauh darinya.

"Mana bisa buatkan makanan kalau gini, duduklah sayangku." Kian meminta, tetapi yanga ada justru Alenia tak mau melepasnya.

Kian tersenyum. "Kamu manja sekali, sih."

"Tapi kamu suka 'kan? Buatin omelet, ya?" tanya Alenia.

Kian tersenyum, mengecup kening Alenia dan mulai membuatkan makanan yang diinginkan isterinya. Ia pun menemani Alenia makan hingga selesai, kembali tidur dalam pelukannya sampai pagi benar-benar menyapa.

Alenia selalu bangun lebih awal, Naureen bangun lebih dulu dan memanggilnya dari box bayi. Mau tak mau ia bangun dari pelukan hangat suaminya menuju Naureen yang meminta pelukannya.

"Pagi, Naureen-ku sayang. Udah bangun, ya."

Bayi Alenia itu berceloteh, ia menggapai-gapai ke arah Kian yang masih terlelap.

"Mau bangunin Papa? Bangunin, ya." Alenia menaruh Naureen di dada Kian, ia hanya menggeliat dan membuka matanya sekilas.

Kian memeluk tubuh puteri kecilnya itu, pipinya ditepuk-tepuk jemari Naureen.

"Papa masih mengantuk, Sayang."

" ... Pa!" Naureen seolah tak mau menyerah, ia beringsut dan mengemut hidung Kian, barulah pria itu benar-benar bangun menggulingkan Naureen di sisinya kemudian menggelitikinya hingga tertawa kencang.

Kian membawa Naureen keluar dari kamar, memberikannya pada Alenia sementara ia mandi. Saat usai, barulah ia mendekati bayinya kembali, ia sedang berada di gendongan Alenia yang menyiapkan sarapannya bersama Bibi Rona.

"Nanti usai jam makan siang jangan lupa antar aku periksa kandungan." Alenia mengingatkan Kian sebelum berangkat.

Kian mengecupi pipi Alenia kemudian beralih pada Naureen. "Iya, Sayang, aku ingat."

Setelah menikah, Alenia belum memeriksakan kehamilannya, terakhir ia periksa saat tahu hamil di klinik dokter Sarah. Setelahnya, ia disibukkan dengan urusan pernikahan mereka, tak lama disibukkan kembali oleh Kian di atas ranjang, tak membiarkan Alenia turun sejengkal saja dari ranjang pengantinnya.

Untuk itu, hari ini ia mau ke dokter kandungan memeriksakan janinnya. Ia mau ditemani oleh Kian saat periksa, dan Kian pun ingin tahu juga perkembangan buah cintanya dengan Alenia.

Kian tak bisa pulang untuk makan siang di rumah, karena bertemu klien sebelum jam makan siang, jadilah mereka sekalian makan siang bersama. Pukul satu lebih empat puluh menit barulah Kian pulang, Alenia pun sudah siap berangkat dengan membawa Naureen.

Di rumah sakit, poli kandungan Alenia tinggal menunggu antrian, karena paginya ia sudah mengambil nomer. Kian bergantian menggendong Naureen yang sepertinya mengantuk, perhatian Kian menimbulkan kecemburuan di mata ibu hamil lainnya yang datang sendiri, apalagi melihat Naureen yang begitu nyaman di pelukan Kian.

Nama Alenia dipanggil, ia pun masuk disusul Kian, ia tak mau ketinggalan saat melihat sendiri perkembangan janinnya. Mata keduanya terbelalak saat dokter kandungan mengatakan jika janin dalam rahim Alenia ada dua. Keduanya saling tersenyum bahagia tahu hal itu.

Dokter kandungan mengatakan jika kedua janinnya tak ada masalah apapun mengingat mereka baru saja pulang bulan madu dan bercinta sepanjang hari.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel