Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bertemu Kembali -4

Menghilangkan sosok Alenia dalam pikiran Davis adalah hal mustahil. Alenia Zefannya merupakan cinta pertama Davis, begitupun dengan Davis adalah cinta pertamanya, meski wanita itu sudah menikah dengan Kian Callison, Davis masih saja memikirkannya.

Karena itu, Manda pantas saja was-was, mereka kini tinggal satu kota kembali, itu memudahkan Davis bertemu Alenia bukan? Sepanjang malam, pria itu memikirkan sosok yang ia temui di parkiran SD Adhyaksa. Postur tubuh dan wajah meski dari samping sekilas mengingatkannya pada Alenia.

Benar Davis terpejam, namun ia beberapa kali mendesah dan membuka mata saat berpaling membelakangi Manda. Tak ada pelukan ataupun ciuman mesra untuknya malam ini, Manda yang berpikir positif membiarkan saja hal itu.

Jika biasanya Neysha diantar jemput oleh sopir, kini Davis yang mengajukan diri mengambil alih. Manda merasa senang Davis lebih perhatian pada puterinya meski sibuk dengan Emerald, apalagi ia yang harus merawat mama mertuanya.

"Yakin kamu bisa antar jemput Neysha, Dav?" tanya Manda sebelum keduanya berangkat sekolah.

Davis mengelus rambut puterinya. "Tentu saja, demi Neysha apapun itu."

Manda tersenyum, begitu juga dengan Ratna yang berada di kamar, masih sakit.

"Neysha sini peluk Oma sebentar." Ratna meminta.

Neysha mendekat, memeluk neneknya yang sedang sakit dan berpamitan untuk berangkat sekolah.

"Jangan nakal di sekolah ya, dengarkan bu guru dengan baik." Manda mengingatkan lantas menciumi pipi puterinya.

Neysha mengangguk. " Iya, Mama."

Ivy keluar dari kamarnya dengan pakaian rapi, ia berpapasan dengan Neysha di ruang tengah. Tapi, Ivy selalu cuek padanya, hanya sesekali saja ia tersenyum.

"Tante enggak peluk Neysha?" tanya Nesyha yang selalu mendapat perlakuan dingin Ivy.

Ivy berhenti, lantas berbalik. "Sudah sana berangkat nanti telat."

Neysha kecewa, tapi detik berikutnya Neysha yang memeluk Ivy, sekilas karena takut oleh penolakan sebelum-sebelumnya.

"Papa, Neysha tunggu di luar!" teriak gadis kecil Davis itu.

Ivy hanya berbalik sekilas, mengerutkan kedua keningnya namun, Davis keluar dari kamar mamanya wajah Ivy kembali biasa lagi.

"Tumben jam segini rapi? Mau keluar?"

"Ada janji sama temen."

"Oh, kakak berangkat dulu." Davis pamit, ynag dijawab oleh anggukan Ivy.

Ivy sarapan pagi dengan sedikit perasaan tak nyaman, ia menatap ke arah sekat antara ruang tengah dan ruang tamu, di mana tadi ia dipeluk oleh Neysha, anak kandungnya.

Begitukah rasanya dipeluk oleh seorang anak? Enggak! Kamu ngomong apa sih, Vy. Dia itu anak bajingan brengsek macam Oliver. Yang seenaknya tebar benih dan pesona pada gadis-gadis. Kamu adalah tantenya, bukan mamanya!

Ivy makan sarapannya dengan pias wajah dicerah-cerahkan. Tak mau memikirkan hal ynag sudah bertahun-tahun ia tutupi.

Manda keluar dari kamar mamanya mertuanya dengan membawa nampan berisi bekas sarapan, tersenyum pada Ivy yang lebih dulu duduk di meja makan.

"Mau keluar Vy, kok udah rapi?" tanya Manda yang duduk di depan Ivy.

"Iya, ada janji dengan teman lama, besok baru balik ke Jogja lagi." Ivy menjelaskan.

Manda mengoleskan selai cokelat kacang ke rotinya, sementara Ivy kembali bergelut dengan pikirannya.

Apa kau akan tetap baik sama mama jika tahu bayi kalian dibuang mama? Kurasa tidak.

Ivy tersenyum miring sekilas, melanjutkan acara sarapannya yang cukup singkat dan pamit pergi.

♧♧

Pagi di rumah Alenia dan Kian tentu saja berbeda dengan keadaan rumah Davis, yang terkesan dingin dan dilapisi intrik. Rumah Kian selalu ramai, ceria dengan suara celoteh ketiga anak-anak mereka.

Mama Ayu yang menginap karena merindukan keramaian cucu-cucunya pun ikut membantu Alenia mengurus ketiganya.

"Oma, tadi malam Azio mimpi monster menakutkan! Dia makan wortel raksasa dan mengejar Azio sampai ke rawa-rawa." Azio mulai bercerita dengan mimik muka yang dibuat-buat, sehingga omanya terkesan.

"Oh, benarkah? Lalu si Kelinci raksasa makan Azio?"

"Tidak mungkin, Oma. Azio 'kan dagingnya pahit." Itu suara Keito.

Azio memicingkan matanya pada kakak kembarnya itu. "Tidak, Oma. Si Kelinci takut dengan air rawa jadi-"

"Azio jatuh terbangun dan mimpinya selesai." Keito memgimbuhi dengan wajah datarnya.

"Kak, diamlah, ini mimpiku." Azio memicingkan matanya kembali.

Detik berikutnya adalah Ayu yang menebak kelanjutan mimpi Azio sambil mereka menunggu sarapan siap. Keito lebih suka duduk dekat Naureen dari pada Azio yang tak bisa diam.

Naureen membuka bukunya dan menunjukkan pada Keito bab mana yang kemarin dipelajarinya bersama bu guru. Keito lebih tertarik akam hal itu dari pada mendengar mimpi absurd Azio.

Kian dan Alenia duduk usai menyiapkan meja dengan sarapan mereka kali ini, Bibi Rona menyiapkan bekal ketiganya seperti biasa. Dikarenakan ada mamanya yang kemarin datang dan pagi ini akan pulang, maka Kian memilih mengantarkan mama mertuanya dan menyerahkan ketiga buah hatinya pada Alenia.

"Keito jangan suka melamun di kelas dan jadi jagoan papa!" Kian mengecup pipi Keito.

"Keito enggak melamun, hanya memperhatikan Papa." Keito menjawab segera.

Kian tersenyum. "Harus aktif ya seperti Azio dan saling menjaga."

Keito hanya mengangguk. Giliran Azio yang diberi wejangan Kian rutin setiap pagi.

"Azio jadi anak yang pintar ya, saling menjaga." Kian mengecup pipi anak kembarnya.

"Siap!!" Azio menjawab dengan semangat.

Naureen pun mendapat kecupan, tapi sekaligus dengan dekapan hangat. Memberinya pesan yang biasa ia berikan, gadis kecil Alenia yang kini sudah jadi murid sekolah dasar yang manis.

Ketiganya pun masuk ke dalam mobil, barulah isterinya tercinta menagih kecupan manis Kian, maka keempatnya berangkat lebih dulu.

Alenia mengantar Naureen lebih dulu, menungguinya beberapa lama barulah mengantar si Kembar ke sekolah taman kanak-kanak. Keduanya menunggu mamanya selesai dengan duduk manis di bangku depan kelas kakaknya.

Davis tersenyum tak percaya dengan apa yang ia lihat. Sosok wanita yang kemarin ia lihat, benar Alenia.

"Tak menyangka kita bertemu di sini."

Suara seseorang yang familiar di telinga Alenia pun terdengar, membuatnya menoleh.

"Davis." Alenia melihat sosok Davis yang kini berjambang tipis dan menggandeng anak perempuan seusia Naureen.

"Naureen itu mama kamu?" tanya gadis yang di sisi Davis.

"Iya, Neysha, itu papa kamu?"

"Iya. Kita masuk, yuk." Neysha mengajak Naureen masuk bersama.

Sementara Alenia dan Davis berdiri berhadapan dengan ada jarak. Davis mendekati Alenia, yang semakin cantik dan seksi.

"Dia puterimu? Seusia Nesysha? Bukankah ...."

"Iya, dia puteriku. Puteri angkat, kurasa publik tahu soal hal itu. Aku harus pergi mengantar anakku yang lain." Alenia tersenyum melambai pada dua bocah kembar berseragam taman kanak-kanak.

Keito yang pertama mendekat, menatap tak suka pada Davis yang mendekati mamanya.

"Om siapa?" tanya Keito.

"Om teman lama mamamu, Davis. Namamu siapa?"

"Enggak usah dekat-dekat dengan mamaku. Maa, ayo pergi." Keito mengajak mamanya pergi.

Alenia meninggalkan Davis begitu saja sambil menarik lengan Azio yang masih terpesona oleh situasi sekolah kakak perempuannya. Berbeda dengan Keito yang masih melihat sosok pria asing selain papanya berada di dekat mamanya tercinta.

Davis melihat kepergian Alenia dengan senyum senang, bisa menatap mantan isterinya lagi merupakan suatu kesenangan tersendiri. Ia menatap ke dalam kelas, menelisik gadis kecil yang cantik puteri Alenia, gadis itu pun tak kalah cantiknya dengan mamanya.

Ia pun pergi ke kantor, akan datang menjemput Neysha saat pulang sekolah nanti. Berharap ia dapat bertemu kembali dengan Alenia saat menjemput puterinya.

Semoga kita bertemu lagi, aku rindu melihat wajahmu, Al.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel