Bab 4 Cari Wanita Itu!
Dalam hitungan detik, tubuh Aurora terasa lemas. Dia terhuyung jatuh merosot ke atas permukaan lantai.
Bulu kuduk pun ikut bergidik ngeri hanya membayangkan betapa kejamnya Daniel Zega. Dia itu reinkarnasi dari raja neraka. Berurusan dengannya sama saja dengan memertaruhkan nyawa sendiri.
Aurora mau hidup tenang, tidak ingin terlibat pertikaian dengan Daniel Zega.
Pantas saja bayarnya begitu mahal. Orang yang disuruh ditaklukkan begitu menakutkan. Kalau dikatakan melihat wajahnya itu lebih menyeramkan ketimbang bertemu hantu. Bahkan wajah dinginnya bisa mengalahkan Kutub Utara dan Kutub Selatan; belahan dunia paling dingin di permukaan bumi. Diibaratkan dia itu adalah kakak dari kedua kutub itu sendiri. Level kedinginan duduki oleh Daniel Zega, Kutub Selatan, baru Kutub Utara.
Disuruh menghadapi orang bertampang kaku begitu siapa yang memiliki nyali. Bahkan Aurora bergelar dewa kematian pun pikir 1000 kali dulu baru bisa maju untuk bertarung dengannya.
'Bos mengapa kau tidak membunuhku saja?!' teriak Aurora dalam hati. Aurora mau menagis, tapi air mata tidak mau keluar. Yang bisa dia lakukan hanya mengumpat dan meratapi nasib buruk sedang berpihak kepadanya.
Teriakan Aurora barusan terdengar sampai keluar ruangan. Suara melengkingnya membuat rekan kerjanya kahwatir. Mereka berempat buru-buru menyusul masuk ke ruang arsip.
Globe membuka pintu dengan perasaan bercampur aduk. "Bro Queen!"
Globe duluan berlari menghambur ke arah Queen. Dia mengambil alih dokumen di tangan Aurora.
"Daniel Zega!"
Mata Globe melotot tajam ketika membaca nama yang tercantum dalam identitas diri Daniel Zega.
Bibir Globe bergemetar. Hanya mendengar namanya saja, keningnya sudah berkeringat dingin. Dia tahu seperti apa rupa Daniel Zega itu. Selain dingin dan kejam, dia pun paling membenci berurusan dengan wanita. Bagaimana Queen dapat menaklukkannya kalau Daniel sendiri tidak suka didekati oleh wanit mana pun.
"Habislah kau Bro Queen!"
Ketiga yang lainnya ikut membatu di tempat. Wajah keempatnya menunjukkan wajah berduka untuk Aurora.
Aurora sakit kepala mengetahui tugasnya sangat jauh dari ekspektasinya. Dia tidak tahu takdir begitu suka bercanda kepadanya.
Orang yang paling ditakuti di kota Florest malah harus menjadi target misi akhirnya.
Rasa hati mau menyerah. Begitu mengingat konsekuensi apa yang akan diterima, Queen membuang jauh pikiran untuk menyerah. Dia tidak boleh menjadi pecundang. Setidaknya kalau pun tidak bisa melakukannya, dia harus mencobanya terlebih dahulu. Mengeluh bukan gaya dari dirinya.
"Bro Queen semangat! Kau pasti bisa!"
Nick memberi semangat untuk Queen.
"Ya, Bro Queen, kau pasti bisa melakukannya. Kami mendukungmu."
Rekan kerja sedang kesusahan haruslah diberi semangat. Mereka semua melakukannya dengan baik sampai-sampai Queen menjadi terharu.
Berlima berpelukan untuk menghibur Queen, sekaligus menenangkan pikiran kalutnya.
Klink Pesisir Pantai.
Daniel Zega tersadar setelah menghabiskan satu botol cairan infus. Dia terbangun dengan napas tersengal-sengal. Dia terbangun setelah bermimpi buruk dimana ibunya bunuh diri di kamarnya meninggalkan dirinya sendiri.
Bersamaan itu, datang sekelompok pria masuk ke dalam klinik. Nona resepsionis di depan tidak dapat menghentikan mereka ketika mereka menerjang masuk ke dalam kamar perawatan pasien.
"Tuan, maaf, kami terlambat."
Dua baris pria berpakaian hitam formal membungkuk serentak meminta maaf kepada Daniel. Semua dari mereka sudah pasang badan mau menerima hukuman dari Daniel. Dalam hati ketar ketir beriring doa agar Daniel tidak memberi mereka hukuman berat.
"Kalian tidak berguna!"
Daniel berwajah dingin dan masam memarahi semua bawahnya. Untung ada orang menyelamatkan dirinya. Kalau tidak, tidak tahu seperti apa kondisinya saat ini. Yang terbayang dalam benaknya adalah tubuhnya sudah dikemas dalam peti mati.
Keringat dingin makin banyak tergenang jatuh menetes di sekitar kepala dan leher. Semua orang maikn takut mendengar makian Daniel barusan.
Mereka menundukkan kepalanya semakin dalam berkata, "Kami pantas dihukum, Tuan."
"Push up 1000 kali! Bonus bulan ini ditiadakan!"
"Mengerti, Tuan."
Napas yang hampir terputus akhirnya bisa sedikit lega ketika mendengar hukuman apa yang diberikan oleh Daniel.
Mengambil ancang-ancang, semuanya push up di tempat. Melawan perkataan Daniel sama saja dengan melawan hukum. Lebih baik segera mematuhi perkataannya ketimbang melawan. Hukuman kali ini pun lebih manusiawi ketimbang hukuman bisanya. Biasanya Daniel tidak pernah ringan dalam menghukum orang; diasingkan atau dibunuh. Dibandingkan dua hal itu, lebih baik hukuman ini beberapa kali lipat.
Semua orang berhitung kencang.
"1, 2, 3,..... 908, 909, 1000!"
Sudah terlatih, semua orang menyelesaikan hukuman selama 15 menit.
Daniel mengerutkan keningnya. Kepalanya terasa pusing teramat sakit.
Dia mendesis sambil memijat pelipisnya .
"Tuan, Anda---"
Dokter mengetahui Daniel sudah sadar segera datang untuk mengecek kondisi kesehatannya saat ini.
Pengawal Daniel membuka jalan memersilakan dokter masuk ke dalam.
Baru melangkah dua langkah ke ruangan perawatan, Daniel menyerang dokter dengan satu pertanyaan. "Di mana wanita yang menyelamatkanku?"
Dokter kaget berdiri mematung. "Wa-wanita?!"
"Tuan, aku tidak tahu masalah ini. Yang mengurus masalah ini bagian resepsionis. Aku tidak melihat siapapun saat kau masuk ke dalam klinikku."
Daniel melambaikan tangannya berkata, "Pergi tanyakan masalah ini ke bagian resepsionis. Cari wanita itu! Tidak ketemu jangan menampakkan wajah kalian di depanku."
"Baik, Tuan."
Semua pengawal Daniel undur diri meninggalkan ruang perawatan pasien. Mereka menemui Nona resepsionis untuk dimintai keterangan.
"Nona, tolong katakan, siapa yang menyelamatkan Tuan kami?"
"Si-siapa Tuan kalian?" didesak begitu membuat Nona resepsionis ketakutan.
"Barusan masuk ke klinik kalian!"
"B-baik, saya lihat dulu data pasien."
Nona resepsionis membuka komputernya kemudian melihat data pasien. "Namanya Pretty...."
"Bisakah Nona mengatakannya lebih spesifik. Tuan kami ingin mencarinya untuk mengucapkan rasa terima kasih kepadanya."
Mengandalkan nama seperti itu sampai kapan akan menemukannya. Belum lagi di seluruh belahan dunia pasti banyak wanita memiliki nama yang sama seperti itu.
"Dia berambut pirang bergelombang sampai pinggang, bola matanya coklat, hidungnya mancung, bibirnya tipis dan berwarna merah muda alami. Bentuk wajahnya lonjong sebesar telapak tangan. Tubuhnya langsing, tingginya sekitar 172 CM. Sangat cantik!" kata Nona resepsionis mengagumi kecantikan Aurora.
Dia bahkan masih mengingatnya dengan jelas bagaimana penampilan memesona Aurora siang tadi saat tersenyum ke arahnya. Kalau dia pria, pasti sudah jatuh cinta pada pandangan pertama.
Nona resepsionis melanjutkan perkataannya tentang penampilan Aurora. "Selain itu, dia memiliki sepasang kaki jenjang, tulang punggung yang kokoh, dan tulang belikat yang menawan. Tatapan matanya---"
"Nona, kami tidak ingin mendengarmu memuji tentang kecantikan seseorang! Yang kami maksud alamat rumahnya."
"Maaf, Tuan, selain itu kami tidak memiliki datanya. Dia begitu cepat pergi meninggalkan klinik setelah membayar semua biaya pengobatan Tuan kalian."
Huh!
Habislah kali ini. Mereka benar-benar tamat kalau sampai tidak menemukan keberadaan wanita itu.
