Pustaka
Bahasa Indonesia

I Kill You With My Love

75.0K · Tamat
Febriani
85
Bab
2.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Aurora Queen ingin pensiun dini dari pekerjaannya sebagai pembunuh bayaran. Dari jauh hari dia memintanya kepada bosnya. Bosnya menyetujui asalkan Aurora menyelesaikan sebuah misi menaklukkan hati seorang pria. Sebagai pembunuh bayaran, permintaan ini seperti lelucon, Aurora menolaknya dengan tegas. Namun, bosnya memberinya tawaran mengiurkan akan memberinya sebuah pulau pribadi dengan rumah mewah di tepi pantai lengkap dengan landasan pacu di pekarangan rumah. Aurora menyetujui, namun siapa tahu pria itu sangatlah sulit ditaklukkan. Begitu dia akan menyerah, pria itu malah mengejarnya balik. Pria itu tersenyum menyeringai berkata: "Siapa yang berani menjeratku maka bersiaplah tinggal disisiku untuk selamanya!"

PresdirBaperRomansaTuan MudaSweetBillionaireWanita Cantik

Bab 1 Menyelamatkan Seorang Pria

"Queen! Lompat!"

Seorang rekan kerja pria berteriak di belakangnya. Bersamaan itu, kapal pesiar meledak. Suara ledakannya sangat kuat sampai kuping tidak dapat lagi mendengar suara lain setelah terjadi ledakannya. Api mulai menjalar ke mana-mana. Situasi diperburuk lantaran deru angin kencang. Dalam hitungan detik, seluruh permukaan kapal pesiar telah dikuasai ole api. Kemewahan dan ukuran besarnya bukan masalah besar bagi api untuk meluluhlantakkan semua isi kapal. Saat ini adalah waktu baginya untuk memberi pertunjukan kepada manusia-manusia yang tadi sangat berbangga diri menginjakkan kakinya di kapal pesiar berukuran besar dan mewah itu.

Orang-orang yang tidak sempat melarikan diri hanya bisa berteriak meminta tolong. Detik berikutnya, suara itu menjadi hening ketika ledakan kedua kalinya terjadi membakar seluruh permukaan kapal.

Beruntungnya semua orang yang berdiri di dek kapal berhasil melompat tepat waktu ke dalam laut, termasuk Aurora Queen. Dia sangat cekatan menjatuhkan dirinya ke atas lautan. Dia terus berenang menjauhkan diri dari lokasi kejadian. Sebelum datang bantuan, untuk bertahan hidup, dia hanya bisa berenang terombang ambing di atas permukaan laut di tengah lautan biru dengan luas tak terhingga.

Aurora terbatuk ringan lantaran tidak sengaja terminum air laut. Rasa asin pekat dengan cepat membakar tenggorokannya.

"Sial!" makinya dengan tatapan mau membunuh air laut itu sendiri. Kalau laut bernyawa seperti manusia maka laut itu dipastikan mati didetik berikutnya.

Yang berhasil melompat tidak serta merta membuatnya selamat. Ada dari mereka tidak bisa berenang harus merelakan nyawanya direnggut ganasnya air laut.

Hampir saja, dia kehilangan nyawa pada misi kali ini. Aurora Queen adalah seorang pembunuh bayaran. Dia diberi julukan dari semua kliennya sebagai dewa kematian. Tingkat keakuratan 100% membunuh dalam penuntasan misi membuatnya dijuluki hal demikian. Pamornya sangat terkenal baik di luar mau pun di dalam negeri. Setidaknya, sepanjang kariernya sudah ada 1000 nyawa mati di tangannya. Mau menjalin kerja sama dengannya haruslah menunggu daftar antrean terlebih dahulu. Yang diterima juga tidak semua kasus. Aurora Queen akan memilih sasarannya yang sekiranya memang pantas dibunuh. Kalau tidak ada kualifikasi, mau seberapa pun bayarannya, dia akan menolaknya.

Kali ini, dia sedang tidak ditugaskan untuk membunuh orang. Hari ini dia ditugaskan untuk melindungi seorang pria kaya di kota Florest. Orang yang membayarnya sudah duluan pergi bersama tim lainnya. Dia pergi beberapa saat setelah selesai memenangkan pelelangan barang antik yang dicari olehnya.

Terbakarnya kapal disebabkan oleh kelompok pemerontak yang tidak rela barang yang diinginkan dimiliki oleh pihak lain. Alhasil bentrokan di atas kapal tidak dapat terelakkan. Yang harus bekerja keras atas insiden ini tentu saja orang seperti Aurora Queen. Demi memastikan bosnya aman, Queen mengorbankan keselamatan diri sendiri mencegah para pemberontak mengejar bosnya.

Panasnya api membakar kapal pesiar masih terasa dari beberapa mil jauhnya.

Di bawah tubuhnya, ada tangan seseorang menggapai kakinya seakan ingin menariknya ke dasar laut untuk mati bersama.

Aurora Queen melihat ke arah bawah kakinya. Pandangan matanya melihat sosok seorang pria sedang mengharapkan pertolongan dari dirinya.

"Sial!" Aurora memaki. Baru saja tertimpa kesialan meminum air laut. Mengapa ada orang tidak tahu malu begini. Mau hidup tapi malah menarik orang lain. Dalam hati, Aurora memberi pria itu julukan sebagai parasit.

Tidak bisa seperti ini. Jika pria di bawah terus menariknya, maka dia akan ikut tenggelam. Karena terus menarik kakinya, Aurora Queen menyelam lebih dalam untuk menarik tangan pria di bawahnya. Akan tetapi, pada detik berikutnya, pria di bawahnya melepaskan kakinya.

Dia pingsan atau meninggal?!

Aurora Queen sedikit kerepotan mengatasi masalah ini. Walaupun begitu, Aurora Queen tidak meninggalkan pria barusan. Dia mengedepankan nilai dirinya sebagai seorang manusia.

Aurora yakin pria itu masih bernapas. Dia pasti hanya pingsan tidak kuat menahan napas di dalam air.

"Queen!"

Seorang pria mengendarai speed boat meneriakkan nama Queen. Queen masih di dalam laut buru-buru menarik kerah kemeja pria di bawahnya pergi ke atas melambaikan tangannya ke permukaan. Tanda cat merah di tangannya memudahkan dirinya untuk dikenali.

Melihat tangan Queen melambai di atas permukaan air laut, speed boat pergi mendekat.

Aurora Queen berhasil membawa pria di bawah tubuhnya barusan. Begitu speed boat mendekat, dia berteriak meminta pelampung. "Berikan aku pelampung!"

Tidak banyak tanya, rekan kerjanya melemparkan pelampung ke arah Queen. Tangan Queen menangkap pelampung kemudian memakaikannya kepada pria di sampingnya.

"Siapa pria itu?" tanya rekan kerjanya.

"Tidak tahu! Dilihat dari topeng penutup wajahnya dia adalah tamu undangan pelelangan hari ini. Selamatkan saja dulu. Bawa saja ke klinik terdekat."

"Baik." rekan kerjanya menyetujui menarik pria itu ke atas speed boat.

Tubuh pria bertopeng di letakkan di atas speed boat. Aurora naik kemudian melakukan CPR. Menghalangi bibir pria itu dengan 2 jarinya barulah dia memberinya napas buatan. Dengan begitu, mereka tidak perlu bersentuhan diarea intim masing-masing.

Pria bertopeng terbatuk-batuk ringan saat berhasil mengeluarkan air dari mulutnya. Dia perlahan membuka matanya, namun kembali pingsan didetik berikutnya.

"Hei Pria! Sadarlah!" Aurora menepuk pipi pria bertopeng berulang kali.

Aurora meletakkan jari telunjuknya ke hidung pria itu mau memastikan dia masih bernapas atau tidak. Karena masih bernapas, Aurora bernapas lega membiarkannya terbaring di atas kursi panjang speed boat.

Klinik di pesisir pantai.

"Nona siapa namamu?"

Nona resepsionis menanyai Aurora Queen.

"Untuk apa?"

"Untuk berjaga-jaga saat orangnya tersadar nanti. Pasien pasti menanyakan siapa yang sudah menyelamatkannya. Selain itu kami butuh data diri penanggungjawab pasien. Kami tidak mungkin menamimu Nona X, ‘kan?" kata Nona resepsionis itu tersenyum bercanda.

Aurora tersenyum tipis mengerutkan keningnya. Dia berpikir apa perlu memberitahu namanya atau tidak. Dirasa tidak diperlukan, dia mengarang asal namanya. "Pretty!"

Pretty?!

Sudut bibir Aurora terangkat sedikit berpikir betapa narsisnya dirinya itu. Bagaimana bisa menamai diri sendiri dengan kata cantik, dan herannya Nona resepsionis di depannya memercayai penuturannya barusan.

"Baik, Nona Pretty." konfirmasi Nona resepsionis di depannya.

Aurora pamit pergi tanpa mau tahu bagaimana rupa pria dibalik topengnya.

Pria bertopeng silver barusan memiliki hidung mancung, bola mata kebiruan dengan bulu mata lentik secantik kibasan ekor burung merak jantan. Rupanya sangat sempurna bahkan orang lain sulit membedakan dia itu pria asli atau lukisan dari seorang seniman.

Yang terpenting, dia sudah membiayai seluruh pengobatan dari pria barusan. Dia sudah lebih baik dibandingkan penolong lainnya, yang hanya pergi mengantarnya ke klinik tanpa membayar biaya pengobatannya.

Queen melambaikan tangan mengajak 3 rekan kerjanya pergi untuk melapor kepada Bos Besar tentang misi kali ini.