Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Pergi Ke Rumah Bordil

Tatatpan mata Aurora belum meredup sedikit pun. Malah semakin lama semakin tajam seperti tatapan mata elang bersiap menaklukkan mangsanya.

Sedang kesal begini siapa yang tidak mudah tersulut emosi. Seluruh kekesalannya kepada Bos King barusan dilampiaskan semua kepada rekan kerjanya.

"Bagus kalau tahu diri!"

'Salahku mengusik harimau sedang mengamuk!' gerutu Globe menyesal sudah berani bercanda dengan Queen.

Selesai melampiaskan amarahnya, Aurora Queen bersedekap memikirkan akan pergi ke mana dirinya untuk mencari cara menaklukkan hati dari pria itu. Sedang tengelam dalam pikiran kalutnya, tiba-tiba dibuyarkan oleh teriakan Bos King. Rasanya kuping Aurora mau meledak begitu mendengar suara melengking dari Bos King.

"Hei Queen! Kau ini selalu tidak sopan dengan orang tua!" Bos King berteriak di dalam ruangannya. Dia belum memberikan informasi apapun tentang misi kali ini, dan Queen sudah melenggang pergi dari ruangannya. Kalau tidak sopan apa namanya perilaku seperti itu? Apa dia terlalu memanjakannya makanya sikapnya bisa besar kepala seperti itu.

Persetanlah dengan kata sopan itu! maki Queen menanggapi teriakan Bos King barusan. Sudah dongkol begitu mana sempat lagi memikirkan tentang kesopanan. Yang ada dalam benaknya saat ini cuma kesal sampai mau memakan orang.

Terpaksa Queen berbalik kembali masuk ke ruangan Bos Queen. Agar Bos King tidak meledak-ledak lagi, Queen berinisiatif meminta maaf.

"Untung masih tahu minta maaf." cibir Bos King.

Meskipun nada bicara Bos King tidak senang, Bos King tidak lagi marah dengan Queen. Anak kesayangan mana bisa dia marahi begitu kejam. Kemarahannya hanya sebatas raut muka saja. Namun, dalam hati sebenarnya sangat menyayanginya sepenuh hati. Niat hati mau mewariskan bisnis ini kepada Queen, tetapi apa daya, Queen malah mengajukan pensiun dini dari bisnis gelapnya. Setelah dipikirkan lagi, Queen seorang wanita, tidak layak juga terus berkecimpung dalam bisnis dunia bawah tanah begitu.

Dimarahi oleh Bos King, Aurora hanya menundukkan kepalanya menguatkan kuping agar tidak kepanasan. Sudah tahu salah tidak ada alasan baginya untuk melawan.

"Waktumu hanya 6 bulan saja. Lewat dari itu, kau akan mendapatkan denda 1 miliar setiap harinya!"

Denda 1 miliar per hari!

Mata Queen melotot tajam!

Jumlah sebanyak itu uang asli atau setumpuk daun? Queen rasa jantungnya mau lepas dari rongga dadanya.

Pak Tua ini sedang menjebaknya atau apa? Mengapa sejak awal tidak diberitahu kepadanya. Ini jelas penipuan berkedok hadiah!

Kalau begitu ceritanya, sama saja dia dipaksa harus menuntaskan misi itu. Siapa yang mau bayar denda untuk hal yang tidak masuk akal begini.

Rasanya ingin sekali dia menghantam kepala Bos King didetik itu juga. Teringat dia Bos dan orang tua asuhnya, Aurora Queen menghentikan niat buruk itu, banyak-banyak menghela napas mengendalikan emosi. Terhadap orang tua tidak boleh durhaka. Dia belum mau dikutuk jadi batu dimasa emasnya.

"Mengerti Bos King."

Nada bicara Queen ditekan sangat dalam agar tidak terdengar bahwa dia sedang sangat marah.

"Pergilah. Seluruh informasi pria itu ada di ruang arsip. Kau pikirkan cara menaklukkannya saja. Perlu bantuan hubungi Kakak Seniormu. Mereka pasti akan membantumu dengan senang hati."

"Baik, Bos King."

Aurora manggut-manggut saja seolah sangat patuh terhadap semua perintah Bos King.

"Oh, satu lagi! Kalau kau tidak berhasil menuntaskan misi kali ini, pensiun dinimu akan aku tangguhkan selama 5 tahun lagi! Sesuai masa kontrak keduamu."

Bos King sengaja menekankan kata 'tangguhkan selama 5 tahun' untuk memberikan tekanan kepada Aurora agar bersungguh-sungguh menjalankan misinya.

Telapak tangan Aurora terkepal. Kalau tidak melihat wajah Bos King, dia sudah mengayunkan tinjunya memukul mulut Bos King.

'Kenapa tidak sekalian kau bilang aku tidak boleh pensiun saja?!'

Aurora mau mengatakan kata itu dengan lantang. Tapi, dia tidak berani mengatakannya. Dia hanya bisa menggertakan gigi, menghela napas kemudian memaksakan tersenyum berkata, "Baik Bos King...."

Dia harus pergi secepatnya. Kalau tidak pergi takutnya tangan terkepal malah tidak sadar memukul wajah Bos King.

Aurora berbalik badan pergi keluar. Dia berjalan memerlihatkan wajahnya yang ditekuk sedemikian rupa.

Sepeninggal Aurora, Bos King tersenyum puas. Dia melihat semua kemarahan Aurora barusan, tapi bersikap seolah acuh. Kendali penuh ada di tangannya. Seberapa hebatnya Aurora, juga tetap harus patuh terhadap perintahnya.

'Tidak semudah itu meninggalkan Lion King.' Senyum Bos King semakin merekah bak musim semi.

Sampai di dekat rekan kerjanya, Queen berkata, "Malam ini temani aku ke rumah Bordil!"

Di dalam rumah Bordil ada banyak wanita penggoda. Dia bisa belajar dari sana bagaimana caranya menaklukkan hati seorang pria. Sebelum praktek harus belajar teori dulu dari orang yang sudah berpengalaman. Tanpa kemampuan dasar, dia bisa mati kutu menghadapi seorang pria. Kalau mau memermalukan diri jangan sampai terlihat begitu konyol, pikirnya.

"Rumah Bordil?! Bro Queen, yang benar saja. Mau apa kau datang ke sana?" mata Nick melotot tajam. Dia yang polos langsung terkejut begitu mendengar pernyataan Aurora barusan.

'Tidak bisa! Tidak bisa!' Nick menggelengkan kepalanya. dia harus menghalangi Bro Queen pergi ke sana. Dia akan melindungi kakaknya dari tempat seperti itu. Nick berniat menghentikan Aurora. Akan tetapi, niatnya terhenti ketika Aurora berkata sangat lantang.

"Jual diri!" Mulut harimau Queen mengaum tanpa menyaring dulu perkataannya barusan.

Hah?!

Secara serentak, keempat pria berdiri dari kursi melotot tajam ke arah Queen.

Pak! Pak! Pak! Pak!

Queen memukul kepala masing-masing rekan kerjanya. "Kalian pikir aku akan melakukan hal itu?"

"Hehehe...." Globe tertawa cengengesan. Dia paling berani berkata lagi, "Bagaimana lagi, yang akan terpikirkan oleh kami kaum pria saat mendengar kata itu pasti kalau tidak pergi menjual berarti membeli."

"Dasar semuanya otak mesum!" maki Queen.

'Salah bicara lagi!' pikir Globe saat tatapan mata Queen begitu lekat dan mendominasi. Lorong panjang tempat mereka berdiri dalam hitungan detik berubah seperti tempat penangkaran harimau.

"Maaf Bro Queen...."

Semua pria serentak meminta maaf dengan wajah memelas memohon ampun.

Queen menahan senyum pergi meninggalkan rekan kerjanya. Siapa suruh bermulut tidak memiliki saringan, apa yang boleh dan tidak boleh dibicarakan dikatakan semua keluar.

Aurora pergi ke ruang arsip mencari identitas tentang target berikutnya. Dia akan mencari seluruh informasi pria itu. Lebih cepat menuntaskan misinya lebih baik lagi. Dia mau menikmati kehidupan yang indah ini. Kalau selalu membunuh orang bagaimana dia bisa menikmati kehidupan dengan tenang.

Daniel Zega!

Pertama kali mata Aurora tertuju pada nama pria itu ketika membaca identitas dari targetnya.

Siapa Daniel Zega?

Aurora merasa nama itu sedikit familiar. Coba ingat-ingat dulu siapa pria ini.

Aurora lanjut membuka halaman kedua.

"Aaaaaaaaaakh!" Aurora berteriak kencang begitu melihat foto dari Daniel Zega.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel