Bab 2 Misi Menaklukkan Hati Seorang Pria
Markas Besar Lion King.
"Misi kali ini berhasil kau lakukan. Ambil bonusmu di bagian keuangan."
Bos Besar King sangat senang Aurora berhasil menuntaskan misi kali ini. Meskipun begitu, dia tidak lantas menunjukkannya. Dia menyembunyikan raut wajah senangnya dibalik wajah pokernya. Dia duduk di kursi kayu jati bertopang tangan bersandar malas mengungkapkan bahwa dia sulit untuk didekati. Aura yang dimilikinya ini sangatlah cocok dengan identitasnya sebagai seorang Bos Besar dari Lion King; bergerak dibidang jasa pembunuhan orang.
Yang membuat Bos Besar King senang lantaran mendapatkan sebuah bayaran fantastis dari Bos Besar dari Florest. Pria kaya dari Florest itu benaran sangat royal. Dia memberi mereka bayaran 1 triliun belum termasuk bonus atas keberhasilan penyelesaian misi.
Aurora sedikit membungkuk kemudian berkata, "Baik, terima kasih atas kemurahan hati Bos. Semoga Bos diberi umur panjang dan dilimpahkan kemurahan rezeki."
Selepas menjilat lanjut keobrolan serius menyangkut masa depannya kelak.
"Kalau begitu, aku sudah bisa pensiun menyusul Kakak seniorku yang lainnya, ‘kan, Bos?" Aurora tersenyum takut-takut, harap-harap cemas menantikan jawaban dari Bos Besar King.
"Boleh saja, asal kau menyelesaikan 1 misi lagi." Bos King buka suara dengan maksud tersembunyi dibalik untaian katanya.
"Bos, bukankah Bos sudah berjanji kemarin. Kalau aku menyelesaikan misi ini, Bos akan membiarkan aku pensiun?"
Aurora membela diri atas kekeliruan kali ini. Dia berharap Bosnya lupa kemudian setelah mengingatnya dengan cermat akan menyetujui rencana pensiunnya.
"Berubah pikiran. Lion masih membutuhkanmu. Lagi pula, aku belum menemukan penggantimu makanya perlu menahanmu beberapa bulan kedepan." kata Bos King acuh tak acuh seakan apa yang dikatakan oleh Aurora sebelumnya tidaklah penting sama sekali.
Aurora menghela napas panjang. Mengapa Bos King sangatlah sulit dibujuk saat ini. Bukankah kemarin dia sangat mudah setuju untuk membiarkan dirinya pensiun. Lantas mengapa dengan hari ini? Apa dia ada menyinggungnya, membuatnya tidak senang, lalu diam-diam menghukumnya dengan cara ini. Aurora terus menebak dalam hati, tetapi tidak mendapatkan satu pun jawaban kepastian.
"Kalau mau pensiun dini ada cara yang jauh lebih cepat."
Tatapan bola mata Bos King sangat dalam menatap ke arah Aurora. Dia harap umpan ini akan bersambut baik di tangan Aurora. Kliennya kali ini adalah seorang wanita yang dia segani. Jangan sampai Aurora menolaknya. Kalau Aurora menolaknya, dia tidak punya muka untuk dibanggakan di hadapan klein pentingnya itu.
Bos King tersenyum tertahan. Dalam hati dia sangat gembira mau mengatakan hal ini. Dia sudah tidak sabar mau melihat reaksi Aurora akan seperti apa.
"Katakan padaku, Bos. Aku akan melakukannya dengan cepat."
Mata Aurora berbinar cerah. Niat pensiunnya telah menguasai seluruh relung kehidupannya. Mana mungkin membiarkannya setelah diberi syarat yang mudah oleh Bos King.
"Ada 1 klien memintamu menaklukkan hati seorang pria. Kau tidak perlu sampai menikahinya. Kau hanya perlu menaklukkannya kemudian pergi."
"Hahaha!" Aurora Queen tertawa terbahak begitu selesai mendengar penuturan dari Bos King. "Bos, kau sedang bercanda denganku?"
"Kau pikir?!" suara Bos King berubah sinis dalam hitungan detik. Bukan ekspresi seperti ini yang dia harapkan. Dia mau melihat Aurora Queen berteriak histeris kemudian memakinya. Dengan begini, dia bisa langsung mengkonfrontasinya tanpa membuang banyak waktu untuk bernegosiasi.
Wajah bercanda barusan telah sirna dari muka Aurora Queen. Dia salah bicarakah?
"Bos... kenapa kau memberikan aku tugas seperti ini? Tidakkah Bos berpikir pekerjaan ini begitu bertolak belakang dengan Lion King?" wajah Aurora terlihat lesu dan menyedihkan. Dia berharap perkataan Bos King barusan hanya bercanda saja bukan kenyataan sebenarnya, yang harus dia patuhi.
Mengapa Bosnya ini memberi tugas lelucon seperti ini. Dia tidak pernah mendedikasikan kehidupannya terhadap percintaan merasa terhina luar dan dalam.
"Daripada Bos memberiku tugas seperti ini lebih baik berikan aku tugas membunuh orang saja. Siapa saja boleh, hari ini aku tidak akan menyelidiki identitasnya terlebih dahulu."
Aurora menurunkan persyaratan untuk memakai jasanya. Dia benar-benar tidak bisa melakukan hal itu. Asal Bos King membatalkan permintaan barusan, dia rela melakukan apapun.
"Rumah di tepian pantai di pulau pribadi lengkap dengan kemewahan beserta 1 unit jet pribadi dan landasan pacu, mimpi yang kau harapkan, ‘kan? Itu bayaran yang ditawarkan oleh klien."
Glep! Aurora menelan air liurnya saat mendengar penawaran itu. Kedua lobang telinganya langsung terbuka lebar didetik itu juga. Mengapa tawaran itu begitu menggiurkan dirinya.
"Pikirkan lagi. Ini tawaran yang tidak mungkin dimiliki olehmu dimasa mendatang." Bos King berkata lagi untuk menggoyahkan hati Aurora. Menggunakan ekor matanya dia melihat bahwa Aurora Queen sudah mulai mengigit umpan pancing yang telah disemai olehnya.
"Kau menang, Bos!"
Selesai bicara, Aurora berbalik badan meninggalkan Bos Besar King dengan kemarahan meledak di dalam kepalanya. Sialan! Mengapa dalam hidupnya tidak bisa menghindari hal seperti ini. Dia pikir dengan bergabung dengan Lion King, maka kehidupan percintaan jauh darinya. Tidak tahu malah menjerumuskan diri sendiri ke dalam lobang yang lebih dalam. Orang macam apa yang menyuruh dirinya menaklukkan pria itu, Aurora sangat ingin tahu. Mengapa dia tidak melakukannya saja sendiri. Bukankah mudah bagi orang memiliki uang untuk menaklukkan orang dalam genggamannya?
Rekan yang lainnya tertawa terbahak saat tahu Aurora mendapatkan misi menaklukkan hati seorang pria.
Permasalahan ini tidak sederhana. Bagaimana wanita yang tidak pernah mencurahkan kehidupannya untuk cinta tiba-tiba diminta untuk menakhlukan hati seorang pria.
Rekan satu timnya berjumlah 5 orang mengeluarkan uang bersiap memasang taruhan untuk itu.
"Aku yakin, kali ini Queen tidak akan berhasil!" Globe Munich sangat percaya diri menarik kesimpulan tentang akhir dari misi kali ini.
"Sama!" seru Thomas Gordon.
"Sama!" sumbangan suara hattrick dari Broke Vinlan kian memanaskan suasana.
Nick Cornelis dan Barack Menendez memilih jawaban diluar ekspektasi. "Aku yakin Queen berhasil melakukan misinya kali ini."
"Kita lihat saja bagaimana dia beraksi nantinya." Nick mengangguk-anggukan kepalanya tidak sabar menunggu akhir dari misi Aurora.
"Kalian ini! Tahu saudaranya kesusahan bukannya dibantu malah mengadakan taruhan. Sudah bosan hidupkah?"
Tatapan membunuh dari bola mata Queen sangat kentara. Kalau udara menampakkan wujudnya. Udara yang melintas di depan mata Aurora dipastikan sudah mati terbunuh didetik itu juga.
"Mana mungkin, Bro Queen. Kami hanya untuk bersenang-senang saja. Kau bisa mencari kami kalau butuh bantuan."
Diantara 4 pria lain, Globe adalah rekan kerjanya yang paling berani berkonfrontasi verbal dengan Aurora. Aurora menoleh memelototi Globe. Dalam tatapannya barusan jelas menyiratkan sebuah tindakan penjagaan diri untuk tidak diprovokasi orang lain.
Begitu melihat tatapan mata Aurora, Globe menyesal berkata, "Ampun Bro Queen, tidak lagi bercanda denganmu!"
