BAB 6
Keesokan harinya…
Lili membantu Devan mencuci banyak mainan yang sudah sangat kotor. Saat ini mereka tengah berada di halaman belakang. Namanya anak kecil selalu senang saat berhadapan dengan air, nampak Devan bukan hanya mencuci mainannya tapi juga mencuci badannya sendiri.
“Ma, mama kalau cuci mainan Devan yang lama ya? Biar aku bisa main air” ucap Devan dengan polos.
“Iya sayang” jawab Lili. Devan tidak tahu kalau mamanya sedang tidak baik-baik saja saat ini.
Saat ini Lili merasa sangat tertekan karena tatapan Rendra. Lili juga merutuki dirinya sendiri, kenapa saat menikah dia menjadi penakut.
“Hah, gue benci rasa takut ini!” kesal Lili tanpa sadar. Rendra yang sedang duduk di kursi bak seorang raja, langsung menaikkan sebelah alisnya.
“Heh si dada kecill!” panggil Rendra bermaksud memanggil Lili. Lili pun tersentak kaget, tapi dia tidak menoleh.
“Belagu amat nggak jawab” ejek Rendra.
“Papa ngomong sama siapa?” tanya Devan bingung. Rendra sampai menepuk bibirnya sendiri karena dia bisa lupa ada anaknya di sini.
“Tolong bilangin sama mama, suruh bikinkan kopi buat papa!” suruh Rendra.
“Kenapa papa nggak buat sendiri? Biasanya juga buat sendiri. Mama masih sibuk, jangan di ganggu” jawab Devan.
“Devan, itu sudah kewajiban mama untuk buatkan kopi papa”
“Ya, ini aku buatkan” ucap Lili yang ingin beranjak pergi, tapi buru-buru Devan mencegahnya.
“Mama terusin saja, biar papa buat sendiri. Papa terbiasa sendiri” Lili hanya tertawa mendengar penuturan polos Devan.
“Iya emang papa kamu terlalu lama sendiri, sampai berkarat” ucap Lili tertawa. Devan hanya mengernyit sambil bertanya dalam hati, “apanya yang berkarat?”
“Lili” tegur Rendra dengan tajam.
“Cepat buatkan atau tahu sendiri akibatnya” ucap Rendra tersenyum miring sembari menjilat bibir bawahnya sok sensual.
Seandainya posisi Rendra masih belum suami Lili, sudah pasti Lili akan tergoda dengan godaan Rendra. Namun saat sudah menikah, jangankan tergoda, yang ada malah jijik melihatnya.
“Iya iya dibuatin, ngancem terus bisanya. Awas kamu bucin sama aku, aku mau selingkuh saja!”
“Lili!” bentak Rendra yang membuat LIli langsung berlari menuju dapur.
“Pa, papa kenapa teriak-teriak sama mama?” teriak Devan mengacungkan pistol mainan ke arah papanya. Bocah itu sangat tidak terima saat mamanya di bentak-bentak walau dengan papanya sendiri.
“Papa bilang, jadi laki-laki nggak boleh bicara keras sama wanita. Kenapa sekarang malah teriak-teriak?” sungut Devan. Rendra pun mengelus rambutnya, sekarang anaknya berpihak pada wanita konyol yang menjadi istrinya.
“iya-iya, papa minta maaf, papa nggak gitu lagi deh” jawab Rendra akhirnya agar Devan berhenti mengomel.
“Nih kopinya!” Lili datang sembari membawa segelas kopi untuk suaminya. Rendra langsung mengambil kopi yang Lili taruh di meja.
“Panas banget. Kamu buatnya gimana sih?” komentar Rendra.
“Namanya kopi, dimana-mana buatnya pake air mendidih biar perut nggak kembung. Jelas aja panas, baru juga buat” jawab Lili.
“Yaudah tiupin” pinta Rendra yang langsung membuat Lili bengong.
“Papa manja deh. Biasanya juga langsung disruput sampai teriak-teriak lidahnya panas. Kenapa sekarang malah minta mama niup? Papa kok jadi caper banget?” oceh Devan tidak suka.
“Kan mama istri papa, jadi mama harus nurut dengan segala keinginan papa” ucap Rendra dengan bangga.
“Jadi orang jangan sombong dulu. Dulu sok-sok nggak mau nikahin aku, sekarang ketagihan jadi suami aku” kata Lili dengan bangga.
“Ketagihan?” tanya Rendra sok kaget sekaligus mengejak.”Suruh megang benda pusaka aja takut. Mana bisa puasin coba?” sindir Rendra.
“Napas aku bau jengkol. Biar pingsan kamu minum kopi ini” ketus Lili
“Eh, nanti aku belikan kamu pedoman untuk jadi istri solehah. Biar kamu nggak durhaka sama suami” ucap Rendra sambil mengelus lengan Lili namun Lili langsung menepis tangan suaminya.
“Jangan senggol-senggol!” ketus Lili. Ia merasa suaminya sangat mesum. Lili belum terbiasa dengan kontak fisik walau dia sudah pernah mengalami malam pertama.
“Lah gitu, bicara dengan nada tinggi sama suami itu dosa. Apalagi bernada ketus. Dah komplit jadi istri durhaka” ucap Rendra. Lama-lama Lili pusing menghadapi Rendra, padahal baru kemarin dia menikah.
“Nih minum!” ucap Lili menyodorkan kopi yang sudah hangat pada Rendra. Rendra pun langsung meminum kopinya. Namun tak lama pria itu langsung menyemburkan kopi yang baru dia minum.
“Kopi apa ini? Kenapa bisa pahit sekali?” sungut Rendra dengan kesal. Lili pun sempat berpikir dalam hati, kenapa dia dan Rendra bisa sama-sama cepat kesal.
“Itu kopi sengaja tanpa gula. Pas banget buat kamu diet” jawab Lili asal.
“Heh siapa yang mau diet?” Rendra berdiri sembari melotot.
“Kamu harus diet. Lihatlah badanmu yang sangat besar” ucap Lili sambil menatap suaminya.
“Bilang aja kalau kamu nggak kuat kalau aku tindih” ucap Rendra memegang dagu istrinya.
“Paan sih ganjen, ada anak juga” ujar Lili ketus.
Rendra kembali duduk. Matanya bersitubruk dengan tatapan tajam anaknya. Devan menatap papanya terlihat sekali kalau bocah itu marah. Devan pun menggandeng tangan Lili untuk menjauhi papanya.
“Lah kenapa thu bocah?” tanya Rendra sendiri.
Devan pun mengajak Lili menonton televisi. Lili sampai terheran-heran kenapa wajah anaknya jadi masam, padahal tadi baik-baik saja.
“Ma, mama jangan dekat-dekat sama papa. Devan nggak suka! Mama hanya mamanya Devan” ucap Devan dengan menunduk.
“Iya, mama cuma mama kamu kok”
“Iya, kamu mamanya Devan, tapi kamu juga istrinya Rendra. Ingat baik-baik itu” sahut Rendra yang ikut duduk di samping anaknya. Devan pun memukul tangan papanya saat papanya menciumnya tiba-tiba
“Papa jahat sama Mama, Devan nggak sayang sama papa” ketus Devan ngambek.
**
Malam harinya, Lili mengajak Devan untuk tidur dikamarnya. Wanita itu memeluk tubuh mungil Devan sembari pura-pura tidak mendengar saat Rendra memanggil dan mencari dirinya dan saat menemukan Lili, Rendra malah menggerutu.
“Devan, kamu tidur sendiri sana! Sudah gede masak nggak berani tidur sendiri” ucap Rendra menggelitiki pinggang Devan yang baru tertidur.
“Kamu apaan sih, anaknya baru tidur malah diganggu” Lili mencegah tangan Rendra yang ingin usil lagi.
“Bilang saja kamu mau ngulur waktu buat lawan aku di ranjang” ejek Rendra.
“Lambenya minta di gampar bolak-balik nih duda”
“Ayolah Lili, Pindahin Devan ke kamarnya. Aku sudah nggak kuat” rengek Rendra.
“Lili, udah cenut-cenut nih minta dijepit!”
“Lili, linu banget. Cepet pindahin Devan ke kamarnya”
“Lili, udah pengen goyang!”
“Lili, udah meronta-ronta nih”
Lili menyumpal telinganya dengan tangannya sendiri. Bisa-bisanya dokter yang dia kira macho dan gagah, malah merengek seperti bayi.
Bagaimana kelanjutan kisahnya? Apakah ada kekonyolan yang terjadi pada rumah tangga mereka? Nantikan di bab selanjutnya…
