
Ringkasan
Untuk gadis penyuka para sugar daddy, akan sangat menguntungkan bila dijodohkan dengan Duda Hot dan keren yang berprofesi sebagai Dokter. Lili dengan terang-terangan mengatakan, dia menyukai pria yang panas dan kaya. Membuat Rendra calon suaminya, bergidik ngeri setiap gadis yang belum genap berumur sembilan belas tahun itu bicara. Sedangkan Rendra hanya bisa mengelus dada saat harus menerima perjodohan konyol dengan gadis aneh yang selalu berpikiran mesum. Padahal wanita idamannya adalah seorang perawat yang kalem dan cantik, tapi apa daya kalau yang dia dapat hanya gadis lulusan SMK yang tidak cantik tapi bar-bar. Hallo, pembaca setia cerita-ceritaku. Tetap ikuti cerita seru lainnya karena akan ada sambungan cerita antara Lili dan Devan selanjutnya..terima kasih
BAB 1
Rendra mengerutkan dahinya lelah, laki-laki itu merebahkan tubuhnya di sofa, untuk sekedar menghilangkan penat. Di dapurnya, ada wanita yang belum genap berusia sembilan belas tahun sedang membuatkannya jus apel.
Menduda selama tiga tahun juga membuat hari-hari Rendra terasa kosong. Menjadi orang tua tunggal juga membuat ia kerap kali merasa lelah dan sering kelepasan emosi. Apalagi selain mengurus anaknya, ia juga mempunyai pekerjaan sebagai dokter spesialis di salah satu rumah sakit. Kesibukannya dengan pekerjaan membuat waktu untuk anaknya menjadi berkurang.
Dan dengan bodohnya, Rendra menyetujui perjodohan konyol orangtuanya dengan salah satu teman ibunya. Ibunya menjodohkannya dengan gadis berusia sembilan belas tahun, yang menurut ibunya bisa menjadi orangtua sambung untuk Devan, anak semata wayangnya.
Namun kenyataannya, perjodohan ibunya adalah perjodohan paling bodoh. Rendra adalah seorang dokter spesialis dengan karir yang lagi menanjak naik, sedangkan gadis yang dijodohkan dengannya hanya gadis biasa lulusan SMA, dengan pekerjaan sebagai Admin Online Shop.
Sebenarnya, Rendra tidak mempermasalahkan apapun pekerjaan gadis itu, tapi Rendra hanya menyayangkan kenapa ibunya mau menjodohkannya dengan gadis gila.
Menurut Rendra, Lili adalah gadis gila yang pernah dia temui, secara terang-terangan Lili mengatakan menyukai duda tampan dan keren, belum lagi lelaki idaman Lili adalah seorang dokter, maka dari itu Lili langsung menerima perjodohan itu,
Bagai ketiban emas, ketiban berlian pula, Lili mendapat paket komplit duda tampan dengan gelar dokter.
“Mas Duda, nih aku buatkan jus apel. Rasanya enak banget” ucap Lili dengan suara khasnya yang baru keluar dari dapur.
“Yah, makasih” jawab Rendra ingin mengambil alih gelas, tapi Lili segera menjauhkan gelasnya.
“Apalagi Lili?” tanya Rendra lelah. Belum saja menikah, ia sudah di buat darah tinggi dengan gadis ini, apalagi ketika sudah menikah, Rendra tidak sanggup membayangkan.
“Sini aku minumkan, biar mesra!” jawab Lili dengan tidak tahu malunya. Lili menahan kepala Rendra, gadis itu menyodorkan gelas pada bibir Rendra dengan kasar. Mau tidak mau Rendra juga menelan jus apel itu.
“Kapan sih kamu mau nikahin aku? Aku sudah gak sabar mau ninuninu sama kamu. Pasti besar dan panjang.” Ujar Lili dengan frontal. Rendra hanya mengelap bibirnya, ia pusing setiap kali Lili berbicara absurd.
“Kamu selalu diam kalau aku tanya soal nikah. Atau jangan-jangan kamu mau mempermainkan hubungan kita” tuduh Lili.
“Kamu jangan bikin aku pusing. Sekarang kamu jemput Devan ke lapangan bola. Aku capek!” ujar Rendra lemas.
“Kamu jadi cowok lembek banget. Jangan-jangan itu senjata kamu gak bisa bangun” selidik Lili.
“Mau bukti? Nih pegang!” sentak Rendra menantang. Ia juga sudah merasa kesal dengan pembahasan aneh Lili.
“Oke aku pegang. Awww!” Lili memekik saat Rendra memukul tangannya dengan keras.
Rendra sempat berpikir Lili tidak akan mau memegang, namun dengan percaya diri LIli mau menempelkan tangannya pada bagian bawah perutnya. Rendra sempat merinding dibuatnya. Bagaimana bisa seorang gadis perawan memegang “senjata” seorang pria. Kenapa Lili tidak ada jaim sama sekali.
“Belum aja dipegang. Udah di pukul!!” kesal Lili menoyor kepala Rendra.
“Yang sopan, Lili!” ucap Rendra dengan tajam. Lili langsung terdiam sambil menutup mulutnya.
Empat bulan sudah Rendra dan Lili melakukan pendekatan. Setidaknya Rendra bisa sedikit merubah kepribadian Lili. Dulu, Lili menggunakan panggilan Elo-Gue saat berbicara. Sekarang sudah berubah ketika Rendra mengancam akan membatalkan pernikahan.
“Hehe..maap Mas Duda”jawab Lili cengegesan.
“Sekarang jemput Devan!” titah Rendra.
“Hishh selalu menyuruh” ketus Lili merajuk.
“Kamu gak mau nurut? Mau aku batalkan pernikahannya? Aku suka gadis yang penurut” ucap Rendra dengan santai.
Sontak Lili berdiri, dengan kesal ia menendang kaki meja dengan keras. Selalu ancaman itu yang digunakan Rendra.
Dengan tergesa-gesa, Lili berjalan keluar rumah, gadis itu mengambil sepeda dan mengayuhnya dengan cepat. Ia harus segera membawa calon anaknya pulang, sebelum Mas Duda marah.
“Devannnnn!” teriak Lili dengan nyaring.
Devan yang sedang bermain bola dengan teman-temannya pun langsung menghampiri calon istri papanya.
“Heh, Lili, kamu ngapain kesini? Bikin aku malu saja” kesal Devan
“Elo sekate-kate kalau ngomong, Sini pulang sama gue. Kalau nggak pulang, gua buang mainan elo sampai habis” ancam Lili. Mendengar ancaman Lili, Devan hanya menghentakkan kakinya dengan kesal.
“Aku naik kemana? Sepeda jelekmu tidak ada boncengannya” maki Devan keras. Sekarang teman-temannya menatap Devan dan Lili dengan penasaran.
“Naik ke keranjang sini. Badan kecil aja sok-sok susah” ketus Lili mengangkat Devan dan memasukkan di keranjang depan.
“Lili gila! Aku nggak mau duduk di keranjang!” teriak Devan ketakutan.
“Diem elo, ketimbang jatuh!”
“Aaaa, Devan naek keranjang!” ejek teman-teman Devan menyoraki.
“Lili, turunin aku!” ujar Devan berteriak.
“Diem. Pegangan yang erat! Gue mau ngebut!” ucap Lili mulai mengayuh sepedanya.
Sepanjang perjalanan, Devan tidak berhenti berteriak karena dia ketakutan. Devan takut kalau Lili menabrak sesuatu dan membuatnya jatuh menggelinding.
“Astagfirullah, subhanallah, laqaula waala quwata illabilah….”
Bocah berumur lima tahun itu terus berkomat-kamit memohon keselamatan naik keranjang dengan ngebut bagai pembalap liar yang tengah bertarung di arena balap.
“Gue harus banyak-banyak ngajak lo main sepeda. Biar lu terus istigfar” ucap Lili masih dengan mengayuh sepeda.
**
Keesokan hari…
“Devan, makan yang benar. Mau gue banting mejanya sampai rusak?” serobot Lili saat melihat Devan hanya mengacak-acak nasi di piringnya.
“Lili, pakai aku-kamu. Jangan elo-gue!” tegur Rendra mengambil air minum.
“Iya iya, calon suami” jawab Lili mengedipkan sebelah matanya. Devan yang melihatnya hanya berekspresi seperti ingin muntah.
“Hari ini kita memilih cincin. Kamu siap-siap sana!” ucap Rendra menyuruh Lili.
“Gini aja deh, aku sudah cantik”
“Sisiran dulu, rambut masih berantakan kayak gitu. Berasa bawa orang gila” balas Rendra menatap penampilan Lili yang berantakan.
“Bibirnya minta di cipok?” tanya Lili yang membuat Rendra melotot. Sungguh Lili manusia buaya, ada anak kecil tapi ngomongnya frontal banget.
“Cepat sisiran! Jangan malu-maluin aku!” sentak Rendra. Lili pun segera berlari mengambil sisir dan membenahi rambutnya.
“Pak dokter ini selalu mengataiku dengan orang gila. Awas saja kalau aku sudah dandan, pasti pingsan dia” batin Lili.
“Devan, kamu mau ikut papa atau main dengan Felix?” tanya Rendra.
“Mau main dengan Felix aja, Pa. Ketimbang bersama Lili” jawab Devan.
“Panggil Lili dengan sebutan mama! Dia calon mama kamu”
“Emang Lili yang melahirkan aku? Emangnya aku ada diperut Lili?” tanya Devan bertubi-tubi.
“Enak aja. Gue juga ogah –“
“Iya, Lili yang mengandung kamu. Kamu dulu ada di perut mama Lili” sela Rendra cepat menghentikan ucapan Lili.
“Masa sih? Kok aku nggak merasa?”
Bagaimana kelanjutan ceritanya? Nantikan dibab selanjutnya…stay tuned
