Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 4

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun tiba…

Bukannya senang, Lili malah takut, perempuan itu bahkan sampai menangis. Padahal prosesi ijab Qobul akan segera di mulai.

Lili nampak anggun dengan balutan kebaya putih begitu juga Rendra tampak ganteng dengan jas putih.

Devan yang tidak tahu apa-apa, hanya pasrah saat dirinya didandani dan dipakaikan jas sama seperti ayahnya.

Rendra menatap Lili dari samping, nampak wajah Lili sangat pias. Padahal harusnya dia berjingkrak senang karena mau menikah.

“Sudah bisa dimulai?” tanya penghulu. Rendra mengangguk mantap. Dia sudah pernah menikah jadi tidak grogi.

Joni pun menjabat tangan Rendra. Ia sendiri yang akan menikahkan anaknya.

“Saya nikahkan dan kawinkan engkau Rendra Saputra dengan anak kami Liliana binti Joni dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tiga juta lima ratus ribu Rupiah dibayar tunai”

“Saya terima nikah dan kawinnya Liliana binti Joni dengan mas kawin tersebut dibayar tunai”

“Sah!”

Rendra pun bernafas lega akhirnya Ijab Qobul berjalan dengan lancar. Ia pun mencium kening istrinya sedangkan Lili mencium punggung tangannya. Sekilas Rendra mengerutkan dahinya saat tangan Lili bergetar seperti orang mau collaps.

“Kamu ngapain keder gini?” bisik Rendra. Lili tidak menjawab, gadis itu memilih melepas tangannya dari Rendra.

Setelah acara doa, lanjut pada acara pesta resepsi.

“Mama, mama cantik banget pakai baju ini” puji Devan yang membuat Lili hanya tersenyum tipis. Saat ini dia sudah berganti pakaian dengan gaun biasa.

“Eh buset, thu orang sombong ngapain datang?” gerutu Lili saat melihat Rio dan anak istrinya datang ke pesta pernikahannya. Rio pun menghampirinya dengan senyum sombongnya.

“Ngapain elo datang? Mana bawa tiga ekor lagi. Pasti mau habiskan makanan” sewot Lili yang langsung mendapat jitakan dari Rendra.

“Ngomongnya. Dia tamu, kamu yang sopan” tegur Rendra.

“Nih gue bawa amplop double. Isinya bisa buat beli tanah. Elo pikir gue miskin, noh!” Rio menyerahkan amplop pada Lili.

“Yaudah, makasih. Sana-sana elo makan, ajak anak-anak elo! Sepet mata gue lihatnya” ucap Lili setelah melihat amplop yang sangat tebal.

“Lili” tegur Rendra lagi.

“Mas Rendra. Kamu yang sabar dapat istri macam kayak gini. Sukanya menistakan orang. Jangan lupa selingkuh mas. Biar kapok thu wanita ulat” ucap Rio. Lili langsung menyingsingkan gaunnya untuk bersiap menendang Rio, tapi Rendra langsung menarik mundur Lili.

“Jangan bar-bar gitu. Malu-maluin tahu nggak, pengantin itu yang halus” bisik Rendra dengan tajam. Rio hanya terbahak dengan keras, ia pun semakin gencar mengejek Lili.

“Mas, udah kita temui orang tua Lili dulu!” ajak Keke menggandeng suaminya.

“Gila, istrinya cantik, kalem, punya suami macam Rio yang bobrok. Kasihan bener” ucap Lili menggelengkan kepalanya.

“Harusnya kamu juga kasihan sama aku” celetuk Rendra yang membuat Lili langsung menoleh.

“Kenapa?”

“Aku ganteng, pinter, baik hati, kalem, tapi punya istri bobroknya nggak ada tandingannya”

“Kok kamu malah ikut ngejek aku?” kesal Lili

“Rendra, Lili. Pengantin baru bukannya senang-senang, malah bertengkar” tegur Ani yang membuat Rendra dan Lili terdiam.

“Mama, aku lapar!” ucap Devan mendekati mamanya. Bocah itu membawa cake diatas piring kertas.

“Yaudah sini, Mama suapin” Lili mengajak Devan duduk di pangkuannya.

“Lili nggak usah disuapin. Biar dia makan sendiri” ucap Rendra.

“Biar aku suapin” jawab Lili.

“Lili, dia harus mandiri”

“Aku mamanya, aku yang akan memanjakannya” desis LIli tidak suka dengan pemikiran Rendra.

“Nanti gedenya –“

“Jangan mikir dia gede. Saat ini dia masih kecil”

“Mama, aku bisa makan sendiri” ucap Devan yang tidak mau melihat orangtuanya bertengkar.

“Kamu jangan dengerin papa. Biar mama yang suapin” Lili memotong cake yang ada dipiring dan menyuapi anak barunya yang menunduk takut karena papanya.

“Bisa nggak matanya nggak usah melotot gitu? Mau aku colok?” ancam Lili menatap sinis Rendra.

Rendra menyandarkan punggungnya ke kursi. Belum ada sehari menikah, tapi Lili sudah mengajaknya rebut. Percuma dia susah payah mendidik Devan kalau ibunya macam Lili.

Lili memang cerewet sangat pintar mencairkan suasana. Sekarang Devan juga nampak nyaman di suapi Lili, Devan sampai berceloteh ria menceritakan apapun yang membuatnya senang.

Setelah pesta usai, Rendra langsung memboyong Lili ke rumahnya. Sebenarnya Lili ingin tinggal di rumah orangtuanya, tapi Rendra ngotot ingin membawa ke rumahnya sendiri. Lili hanya malas bertetangga dengan Rio.

Devan sudah tertidur pulas karena kecapekan. Sedangkan LIli yang baru mandi memilih tiduran di sofa. Tangannya bergetar karena grogi sedangkan Rendra masih mandi.

“Apa yang harus gue lakuin? Gue belum belajar agresif lebih jauh lagi? Kalau kurang pro gimana?” Lili terus membatin dalam hati.

“Lili, ngapain tidur di situ? Masuk kamar” ucap Rendra. Lili pun berjalan perlahan menuju kamar dengan perasaan takut.

“Aku pindahin Devan dulu ke kamar sebelah” tambah pria itu.

“Kenapa dipindahkan? Biar di sini saja” ucap Lili cepat. Rendra menatapnya tajam.

“Kamu mau ditengah permainan kita, Devan bangun terus melihat kita sedang bertempur?” tanya Rendra.

“Kan aku cuma tanya. Kenapa marah gitu. Yaudah pindahin!”

Lili bingung sendiri kenapa Rendra jadi lebih mudah marah. Belum lagi, kenapa dirinya yang jadi takut dengan pria itu.

Lili pun berjingkat kaget saat Rendra membuka pintu secara tiba-tiba dan menguncinya.

“Kenapa dikunci?” tanya Lili

“Kenapa kamu jadi ciut gini? Buktikan omonganmu yang gede itu. Tunjukkan padaku kalau kamu bisa agresif” kata Rendra.

“A…a…” kata Lili gagu.

“Atau jangan-jangan kamu nggak bisa dan kamu bohong ketika kamu bilang bisa agresif dulu”

“Bisa kok” sangkal Lili cepat.

“Yaudah buktikan semua omongan kamu dulu sebelum kita menikah” titah Rendra

Lili menggigit bibir bawahnya. Badannya gemetar karena grogi dan tidak tahu harus berbuat apa.

“Duh mati gue. Apa yang harus gue lakuin? Sedangkan Rendra sudah menunggu dengan menaikkan sebelah alisnya. Sok keren” batin Lili.

“Makanya kalau nggak bisa apa-apa jangan sok keren. Sini tidur. Aku nggak akan menyakiti kamu” ucap Rendra.

“Ta…tapi-“

“Masih gadis sok udah pengalaman. Dasar payah!” maki Rendra

Lili yang tidak tahu apa-apa pun hanya pasrah dengan apa yang dilakukan suaminya. Lili pun tidak menolak karena itu memang kewajibannya sebagai seorang istri untuk melayani suaminya. Hanya saja perkataan suaminya membuat harga dirinya tersentil.

Seusai melakukan ritual malam pertama, tangan Rendra mengambil sesuatu dari laci nakas. Rendra pun memasukkan pil ke bibirnya sebelum menyatukan pada bibir Lili. Lili hanya tersedak saat merasakan ada sesuatu yang masuk ke dalam mulutnya.

Bagaimana kelanjutan ceritanya? Bagaimana keseruan kehidupan pengantin baru Rendra dan Lili? Apakah ada drama didalam rumah tangga mereka? Nantikan dibab selanjutnya…stay tuned

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel