Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 3

Awalnya kehidupan pernikahannya dengan Wina berjalan mulus, dan saat Wina mengandung, Wina mulai menunjukkan ketidaksukaannya pada pernikahan mereka.

Wina kerap mengumpat bahkan memaki Rendra yang menyebabkan dirinya hamil.

Wina yang notabene adalah seorang model tidak terima dengan bentuk tubuhnya yang semakin melar. Tiap hari ia akan mengajak Rendra untuk bertengkar. Perkaranya sederhana karena Wina sangat membenci kehamilan pada dirinya.

“Papa tetap sayang sama kamu” bisik Rendra sambil mencium pucuk kepala anaknya.

Dulu setelah seminggu melahirkan, Wina meninggalkan Devan yang dimana saat-saat Devan masih membutuhkan ASI dengan terpaksa digantikan dengan susu formula. Saat itu merupakan masa terpuruk karena Wina sudah menelantarkan anak kandungnya sendiri.

Dan saat ini Rendra akan menikah lagi, Rendra bimbang dengan pernikahannya apakah lebih bahagia di pernikahannya yang kedua yang bahkan tidak ada cinta sama sekali yang dirasakannya.

 “Papa, kenapa mama Lili nggak tidur di sini aja?” tanya Devan yang tiba-tiba membuka matanya.

“Saat ini Mama Lili masih tidur di rumahnya. Seminggu lagi, mama Lili sudah tidur sama kita” ucap Rendra.

“Kenapa begitu,Pa?”

Rendra hanya terdiam

“Kamu tidur ya, besok mama Lili, papa suruh kesini lagi”

“Mama besok kerja, Pa. katanya aku mau diajak ke kerjaannya”

“Yaudah kamu ikut aja”

“Tapi aku takut,Pa. Takut dimasukin keranjang lagi sama Mama”

Rendra terkekeh. Kadang ia juga tidak habis pikir dengan kelakuan Lili. Lili selalu membawa sepeda bututnya kemanapun.

“Besok papa yang antar”

Devan pun merasa tenang. Bocah kecil itu mulai memejamkan mata untuk mengarungi mimpi.

***

Di lain tempat….

“Halo,Kak, selamat pagi. Nih, aku mau review produk rajut dari Olshop Rebecca. Kainnya halus banget. Belum lagi nih kak, ada sakunya di samping kanan dan kiri. Sakunya saku hidup bukan saku mati kayak cinta doi, dan sakunya berpasangan gitu kayak kamu sama dia”

Lili berceloteh sambil merekam baju rajut yang sedang dia pegang. Sebagai admin dari shop online, dia harus bisa ramah agar pembeli menjadi tertarik.

“Kalau kalian menemukan uang empat puluh ribu punyaku, tolong dikembalikan ya say! Aku ganti dengan baju produk dari Rebecca sebagai imbalannya!”

“Dasar marketing!” ejek Rendra yang berdiri di belakang Lili.

“Eh, mas duda, sejak kapan berdiri disana? Sini masuk!” ajak LIli beranjak berdiri.

“Gak usah, aku mau ke Rumah sakit. Ini aku titip Devan!” jawab Rendra. Tadi malam, memang Rendra sempat menelepon Lili untuk tidak menjemput Devan. Karena dia sendiri yang akan mengantar anaknya.

“Lebih baik, kamu yang dititipin di sini” ucap Lili mengedipkan sebelah matanya.

“Lili!” tegur Rendra.

“Iya deh. Sana kamu cari uang yang banyak biar bisa cepat nikah sama aku!”

“Seminggu lagi kita nikah!”

“Woahh…beneran? Serius? Kesambet apa mas duda?” tanya Lili tak percaya.

“Aku sudah bilang, jaga ucapanmu” ucap Rendra dengan tajam.

“Ah iya, map, dedek lupa” jawab Lili tersenyum sambil menyentuh dada Rendra. Dengan segera Rendra menepis tangan Lili.

“Pelit banget!” kesal Lili.

“Jangan nekat. Ada Devan!” bisik Rendra.

“Kalau nggak ada Devan, boleh nekat dong?”

“Buktikan keagresifanmu saat malam pertama kita! Awas kalau cuma gede omong!” bisik Rendra dengan tajam. Lili memelototkan matanya, dia jadi minder sendiri.

“Mama sama Papa kenapa bisik-bisik? Aku juga pengen tahu” ucap Devan yang sejak tadi kepo dengan pembicaraan mama dan papanya.

“Anak kecil tidak boleh kepo!” jawab Lili. Devan hanya bersungut kesal.

“Yaudah aku kerja dulu. Nih uang buat jajan Devan!” Rendra memberi dua ratus ribu untuk Lili.

“Aku boleh jajan juga, kan?”

“Ya terserah!”

“Kalau kurang, pake uangku dulu. Nanti sore aku nagih ke kamu.”

Rendra tidak menanggapi. Dia memilih segera pergi daripada makin panjang urusannya. Yang terpenting anaknya aman dengan Lili.

“Kamu sudah sarapan apa belum?” tanya Lili yang mendapat gelengan kepala dari Devan.

“Yaudah ayok kita pergi beli nasi kuning dulu!”

“Mama gak malu keluar pakai pakaian itu?” tanya Devan heran.

“Ngapain malu? Biarin aja dikata gembel. Mereka yang sok kaya belum tentu juga kaya. Ya udah ayo Mama gandeng”

Devan pun menerima uluran tangan Lili. Sebenarnya mau juga di gandeng Lili yang hanya memakai daster. Sudah memakai daster, sobek pula, belum lagi rambutnya yang amburadul dan acak-acakan.

Lili mengurus Devan dengan kasih sayang, dia bahkan membersihkan cara makan bocah itu yang berantakan.

“Ma, jangan beritahu papa ya, kalau aku makannya berantakan semua!” pinta Devan menatap Lili.

“Kenapa memangnya?”

“Papa marah-marah kalau aku makannya berantakan” adu Devan.

“Kalau boleh tahu, kenapa Papa kamu sampai marah?”

“Katanya aku nggak mandiri,Ma. Kata Papa, jadi cowok harus kuat, gak boleh lemah. Mulai dari hal kecil seperti makan juga harus di perhatikan”

Mendengar jawaban Devan, Lili menggeram emosi. “

Bisa-bisanya Rendra mendidik anaknya yang masih kecil seperti ini. Lalu apa bedanya dengan Rio? Awas saja kalau sudah menjadi Mama sah dari Devan. Aku akan melindungi Devan dari sikap otoriter Rendra” batin Lili.

“Kamu kalau ada apa-apa, cerita sama mama ya! Kalau papa kamu jahatin kamu, bilang sama mama, biar mama hajar papa kamu sampai babak belur” ucap Lili menahan emosinya.

“Jangan dihajar, Ma. Kalau papa nggak bisa kerja, aku juga nggak dibelikan mainan”

“Ya deh ya, terserah kamu aja”

*****

Pada sore hari…

Lili membawa Devan ke rumahnya karena Rendra menelepon kalau pria itu mendapat tugas di luar kota. Untung saja di toko Lili ada kaos seukuran Devan, jadi Lili tidak perlu repot –repot mengambil baju ke rumah Devan.

Lili menemani Devan bermain di rumahnya bersama juga ibu Lili. Lili memang terlahir dari keluarga sederhana. Ibu Lili pun tidak masalah kalau anaknya menikah dengan duda, yang penting orangnya baik.

“Lili, Devan udah ngantuk thu” celetuk Ani, ibu Lili.

“Kamu bawa aja ke kamar” tambah Joni, ayah Lili.

“Yuk Devan, kamu harus tidur!” ucap Lili menarik tangan Devan untuk dia gandeng.

“Ma, ini jam berapa?” tanya Devan mengucek matanya.

“Jam sembilan malam,sayang”

“Papa pasti marah kalau tahu aku belum tidur, soalnya Papa nyuruhnya aku tidur jam delapan malam,Ma”

Lagi-lagi Lili menggeram kesal. Banyak sekali aturan dari dokter Duda itu,

Setelah menidurkan Devan, Lili membuka HP nya.

Sebenarnya ia masih terngiang-ngiang dengan ucapan Rendra. Agresif di malam pertama, Lili mengigit bibir bawahnya.

Lili pun membuka website internet dan bertanya pada sebuah website yang terkenal pintar, cara agresif di malam pertama.

Setelah menemukan jawabannya, Lili seketika ingin muntah saat melihat gambar yang muncul.

“Gue harus koleksi video ini. Biar waktu malam pertama, gue udah pro” ucap Lili dengan semangat.

Tiba-tiba

Clekk!

Lili seketika melempar HP nya saat tiba-tiba ada orang masuk. Ternyata dokter duda yang tidak punya sopan santun

“Kok dokter bisa masuk ke sini?” tanya Lili kaget.

“Aku mau ambil Devan” ucap Rendra yang sepertinya menahan kantuk.

Tanpa sadar Rendra melirik HP nya Lili yang menyala terang.

“Wah wah wah! Ternyata ada yang sudah nggak sabar untuk agresif di ranjang” ucap Rendra sambil tersenyum miring.

“Awas kalau cuma gede omong tapi prakteknya nol! Aku ketawain sampai tujuh turunan” tambah Rendra yang sukses membuat Lili semakin gondok mendengarnya.

Bagaimana kelanjutan ceritanya? Nantikan dibab selanjutnya…stay tuned

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel