Bagian 6
Bagian 6
Aku kembali lagi dengan update-an yang sedikit :), jangan lupa sediakan makanan dan minuman untuk menikmati karyaku, walau cuma beberapa kata tapi setidaknya update bukan, maaf. Sampai jumpa lagi besok di lain hari.
***
"Ke mana anak itu? Lama kali pulangnya, apa dia diculik," gumamku sambil mondar-mandir.
Aku semakin cemas dengan keadaannya. Apa aku salah meninggalkan dia sendirian di sana? Iya memang aku tahu kok salah, tapi itu karena aku kesal dengan dia. Jika dia tidak memperlakukan aku seperti itu aku tidak akan meninggalkan dia di sana.
Tapi, kalau dipikir-pikir tadi dia bilang lagi datang bulan dan ... apa jangan-jangan dia tidak pergi karena malu ya? Bodolah itu kan salah dia kenapa aku malah pikiri dia. Aku belum tahu sifat aslinya bagaimana, bisa saja dia hanya berbohong supaya aku semakin percaya dengannya.
Tapi, apa yang aku lakukan ini benar atau tidak ya? Kalau dia punya niat baik kayak mana? Aik ... sebenarnya yang di otakku ini apa sih, kasihan sama dia atau tidak sama sekali. Kenapa aku jadi ragu seperti ini.
"Akh! Lebih baik aku pergi ke taman mencarinya.”
Aku pun bergegas meninggalkan hotel lalu menuju taman. Sesampainya di taman, aku tidak melihat siapa pun di sana. Ke mana dia pergi, apa dia tidak tahu cara pulang?
Aku terus mencarinya, melangkahi kakiku di setiap sudut taman, mataku mencari-cari sosoknya yang entah di mana.
Kurang lebih satu jam aku mengelilingi taman ini, tapi aku tidak menemuinya.
Aku pun merasa lelah lalu duduk di kursi taman itu. "Apa aku terlalu kasar padanya?" ucapku pelan.
Setelah istirahat lima menit, aku pun mencarinya lagi di luar taman.
Sepanjang jalan aku perhatikan namun dirinya tetap tidak ada. Aku melihat ke sudut jalan, di sana banyak orang yang berkumpul seperti mempertontonkan sesuatu.
Aku pun mendekatinya, karena terlalu rame aku tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi. Akhirnya aku pun menanyakannya pada seseorang di sampingku. "Apa yang terjadi?" tanyaku pada orang yang di sebelahku.
"Katanya ada wanita yang tertabrak," jawabnya.
Mendengar itu rasanya hatiku bercampur aduk, aku tidak tahu siapa yang tertabrak itu. Bisa saja Affry yang tertabrak. Aku berusaha mendahului orang-orang agar bisa melihatnya. Badanku terhimpit-himpit dan didorong oleh banyak orang.
Aku pun merasa sesak napas, lalu keluar dari gerombolan itu.
Hatiku makin penasaran, aku harus mencari cara untuk bisa memastikan kalau itu bukan Affry. Beberapa menit berpikir aku menemukan sebuah cara,
Aku pun berteriak dengan keras.
“Semuanya minggir! Saya saudara dari saudagar yang tertabrak itu!”
Mendengar itu pun semua orang langsung membuka sebuah jalan bagiku.
Aku pun langsung melangkah maju melihat korban itu. Sesampainya di depan
"Hahaha.” Mereka semua pun tertawa.
Aku merasa malu pada diriku setelah melihat korban itu.
Aku tidak akan menyangka kalau aku akan menjadi saudara dari seekor kucing atau bisa dibilang korban tabrakan itu adalah kucing. Kenapa aku rela melakukan hal ini pada wanita itu? Kenapa aku harus menanggung malu seperti ini? Sudahlah aku harus mencarinya dulu.
"Woi ... hahaha, aku tidak menyangka kalau kamu punya saudari kucing " ucap seseorang sambil menepuk pundak belakangku. Suara itu tidak asing di telingaku, aku membalikkan badanku dan melihat Affry sedang tertawa memandangku.
"Affry!” ucapku sambil berkaca-kaca. Akhirnya wanita bodoh ini ketemu juga.
"Hm! Iya.”
"Akhirnya aku menemukanmu," ucapku langsung memeluknya erat.
"Apaan sih, lepasi tahu," ucapnya sambil melepaskan pelukan.
Dasar wanita sialan, dari tadi aku cemas mencarinya dan responsnya sekarang mala seperti ini. Kubunuh juga nanti, kenapa deh, dia tidak bisa lihat aku seperti ini. Uda rela ditertawai banyak orang demi mencarinya, eh ... dia mala ikut ketawa balik.
"Dari mana saja kamu?” tanyaku padanya.
"Oh, dari mal beli celana baru. Aku kan tadi tembus,” jawabnya santai.
"Setidaknya kan bisa telepon aku dulu.”
"Ihk!! Ngapain? Kamu aja ninggalin aku sendiri tanpa rasa bersalah," jawabnya lalu pergi.
"Eh! Mau ke mana," ucapku sambil mengejarnya.
Pov Zen end
Pasti kamu sakit hati kan karena aku tidak peduli padamu tadi Zen? Tapi mau bagaimana lagi, kamu juga melakukan hal yang sama padaku. Terima kasih karena sudah mau peduli padaku, aku tahu kok, kamu perhatian samaku.
Waktu itu, saat aku butuh kamu. Kamu kenapa pergi Zen? Kenapa kamu meninggalkan aku sendirian di taman. Apa kau tidak bisa menahan emosimu sehingga kamu meninggalkanku? Apa kamu tidak tahu perasaanku Zen.
Tapi ya sudahlah aku yakin kamu masih ragu samaku, aku yakin karena kita baru ketemu kau pasti sedikit curuga padaku dan rasa kepedulianmu itu belum muncul sama sekali. Tapi aku salut sama kamu, kamu rela ditertawai semua orang di depan umun demi mencariku.
Mungkin mulai sekarang aku akn membuka hatiku untukmu dan aku akan membuatmu membuka hatimu untukku, apa pun katanya kita sudah resmi menjadi suami istri. Kau adalah tanggung jawabku dan aku adalah tanggung jawabmu.
Tapi aku mohon jangan buat aku sakit hati lagi Zen, kulihat dia ... dan dia memberikan mata layas, aku tahu tapi rasa sakit ini tidak sesakit saat aku kau mempermalukan aku di depan wanita-wanita itu tadi.
***
J a n g a n - l u p a - t a p - l o v e, - f o l l o w, - d a n - j u g a - k o m e n. S i l a k a n - b a c a - c e r i t a - l a i n - y a n g - b e r j u d u l - Ignorant King - a t a u - k e t i k - d i - p e n c a r i a n - Ignorant King - g e n r e - f a n t a s i - R o m a n c e.
Semangat bacanya :v
