Bagian 5
Bagian 5
Aku kembali lagi dengan update-an yang sedikit :), jangan lupa sediakan makanan dan minuman untuk menikmati karyaku, walau cuma beberapa kata tapi setidaknya update bukan, maaf. Sampai jumpa lagi besok di lain hari.
***
"Terima kasih,” ucapnya.
“Iya,” balasku.
Setelah itu aku pun langsung memberikan bunga itu, aku tidak tega untuk menciumnya walau itu adalah tantangannya. Aku seorang pria juga bisa mengerti perasaan wanita. Walau dia hanya diam belagu bilang orang pasti hatinya sakit.
Aku melihat ke belakangku apakah Affry masih di situ atau tidak? Dan hasilnya pun nihil, dia sama sekali, tidak ada di situ. Apa dia cemburu?
Itu tidak mungkin, yang suruh aku melakukan ini kan dia?
kenapa dia cemburu.
Tapi sepertinya dia memang cemburu, kenapa wanita kalau bilang cemburu saja susah sih. Tinggal bilang kan masalahnya selesai, ini malah suruh melakukan hal yang membuat hatinya tambah sakit, kan aku juga yang repot.
Aku kemudian mencarinya, dan melihatnya sedang duduk di bawah pohon yang rindang sambil menangis, bagaimana caranya agar dia bisa diam nantinya? Haruskah aku meminta maaf atau membiarkannya? Kan itu kesalahannya dia juga.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya aku sambil berjalan ke arahnya, dia langsung memalingkan wajahnya sepertinya menyembunyikan tangisnya.
"Aku hanya duduk," jawabnya dengan pelan, suaranya berubah menjadi serak basah persis seperti orang yang baru saja menangis.
"Kalau begitu, kenapa harus sampai menangis? Apa kamu cemburu?" tanya aku lagi.
"Apaan sih! Gaklah," elak dia.
"Jangan bohong deh, kalau gak, kenapa kamu tinggali aku sendiri lalu duduk di sini, sambil menangis?"
"Eh! I-itu ka-karena,” jawabnya ragu, aku semakin merasa bersalah padanya.
"Terbukti kan."
"Itu karena aku tadi lagi sakit perut tahu!" teriak dia.
"Kalau sakit perut, kenapa sampai menangis?"
"Bukan urusan laki-laki.”
"Eh!! Maksudnya, terserah deh, ayo pulang," ajak aku sambil menarik tangannya tapi dia malah menepisnya. Dia sebenarnya kenapa sih, kenapa aku jadi bingung sendiri.
"Kenapa? Gak mau pulang?"
"Bukan itu!"
"Jadi apalagi, kamu ini ribet amat sih!" teriak aku padanya.
"Aku lagi datang bulang tahu!” teriak dia gak mau kalah.
"Jadi, kalau datang masalahnya apa?"
"Itu ... aku bo-bocor,” jawabnya terpotong-potong.
Astaga ini cewek bikin malu saja, bisa-bisanya di hari-hari penting kayak begini dia bisa lupa. Terus sekarang harus bagaimana?
"Maksudmu kamu gak pakai pembalut dari hotel tadi,” cetus aku.
"Itu karena aku gak tahu kalau aku bakal datang sekarang!" teriak dia dengan nada keras.
"Bodohnya kau, setidaknya kamu lihat tanggalnyalah.”
"Kamu gila ya? Mana aku ingat-ingat kalau tiap bulan harus lihat tanggal. Lagi pulakan tanggalnya gak pernah sama!" bentak dia.
"Kok jadi malah bentak balik!” balas aku lagi.
"Yang salah kan kamu,” jawab dia.
"Ya sudahlah aku mau pulang luan," jawab aku lalu pergi meninggalkan dirinya, yang masih ada di bangku taman tersebut.
Apa dia wanita gila ya? Bukanya menjawab pertanyaanku dengan baik malah membentakku. Andaikan kalau dia bilang, dirinya cemburu pasti aku akan menolongnya.
Tapi malah sebaliknya, dia malah sok tegas ... diaa pikir cuman dia yang bisa seperti itu.
Terserah dialah mau melakukan apa di sana, aku sudah muak. Niat membantuku mendadak hilang karena keegoisannya itu. Jika dia tidak seperti itu bisa saja aku membantu masalahnya sekarang
***
J a n g a n - l u p a - t a p - l o v e, - f o l l o w, - d a n - j u g a - k o m e n. S i l a k a n - b a c a - c e r i t a - l a i n - y a n g - b e r j u d u l - Ignorant King - a t a u - k e t i k - d i - p e n c a r i a n - Ignorant King - g e n r e - f a n t a s i - R o m a n c e.
Semangat bacanya :v
